(VOVworld)- Pada hari-hari akhir tahun, ketika mengunjungi kecamatan Son Vi, kabupaten Lam Thao, provinsi Phu Tho, Vietnam Utara secara kebetulan mendengar suara genderang pemujaan telah membuat saya datang ke tempat yang bergema suara-suara yang suci itu. Suara genderang bergema dari kuil yang terletak di tengah-tengah desa. Dalam ruang yang khidmat,suara genderang membuat semua orang juga mau berhenti untuk merasakannya dan memohon semua hal yang baik untuk keluarga dan tetangga.
Genderang pemujaan
(Foto: my.opera.com)
Di halaman kuil ada kira-kira lima orang pria yang berusia dari 60 tahun ke atas sedang asyik menabuh genderang. Ini merupakan satu latihan menabuh genderang pemujaan untuk membuat persiapan hari pesta desa yang berlangsung pada tanggal 3 bulan pertama menurut kalender Imlek. Suara genderang pemujaan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan spiritualitas rakyat di desa-desa. Genderang pemujaan adalah ragam musik spiritualitas yang sudah ada sejak lama dan selalu dimainkan pada hari-hari pesta yang penting dari desa atau marga. Kieu Trung Hieu, seorang penabuh genderang pemujaan memberitahukan: “Setelah suara genderang pemujaan bergema, warga desa mengetahui bahwa pada hari ini di desa berlangsung upacara pemujaan di kuil. Menabuh genderang pemujaan termasuk pada masalah spiritualitas, ia harus berhasil memasuki hati orang. Ketika suara genderang bergema, rakyat desa merasa terpesonadan angker, jadi bukan seperti suara genderang biasa”.
Genderang pemujaan
(Foto: pda.vietbao.vn)
Kecamatan Son Vi adalah satu desa kuno. Sistim kuil tempat ibadah di desa Son Vi semuanya memuja para dewa dan hulubalang zaman Raja Hung. Semua pesta yang terkenal di desa Son Vi seperti pesta Phet pada tanggal 3 bulan pertama menurut kalender Imlek tidak hanya menyerap partisipasi rakyat setempat, tapi juga menyerap partisipasi rakyat di provisi-provinsi di sekitarnya seperti Vinh Phuc, Tuyen Quang dan Yen Bai. Dalam suasana yang ramai-ramai pada hari pesta, bergemanya suara genderang pemujaan yang kedengaran megah dan khidmat memberikan indikasi bahwa desa sedang punya hajat besar.
Pesta genderang pemujaan
(Foto: nguoiyenthanh.com)
Setiap tahun, genderang pemujaan desa Son Vi bergema untuk lima kali, tapi yang paling khidmat ialah pada tanggal 3 bulan pertama menurut kalender Imlek, yaitu hari pesta desa Son Vi. Sebelum hari pesta berlangsung, semua ritual membakar hio harus dilaksanakan dalam kuil. Satu upacara ini memakan waktu kira-kira satu jam tiga puluh menit. Menabuh genderang pemujaan tidak sulit, tapi agar supaya suaranya memasuki hati sanubari pendengar dan memberikan suasana khidmat bukan mudah. Suara-suara genderang pemujaan yang bergema dalam ruang yang sentosa tenteram di desa daerah lereng gunung berbaur dengan suara bonang meninggalkan arti tentang eksistensi dalam hati rakyat. Tidak tahu dari kapan suara genderang pemujaan telah masuk memory warga desa Son Vi dan tidak bisa kurang dalam hari-hari pesta dan dalam kehidupan spiritualitas mereka. Bui Van Ky, warga desa Son Vi memberitahukan bahwa sejak masa kecil, dia telah ingin mendengarkan suara genderang pemujaan di kuil. Dia mengatakan: “Suara genderang desa Son Vi bergema menurut spiritualitas dan semua orang merasa sangat suci dan memohon agar rakyat sentosa tenteram. Oleh karena itu, ketika mendengarkan suara genderang pemujaan, semua orang berdiri dengan diam”.
Pesta genderang pemujaan
(Foto: congannghean.vn)
Suara genderang pemujaan bisa menimbulkan suasana sedih, tapi harus punya daya sebar dan menciptakan rasa antusias dan gembira. Dalam ruang yang luas di daerah pedesaan, suara genderang pemujaan kedengaran seperti menggugah alam, membuat panenan menjadi lebih baik, padi penuh di gudang dan lain-lain. Justru oleh karena itu, tim genderang pemujaan desa Son Vi menyediakan banyak waktu untuk melakukan latihan sebulan sebelum berlangsung pesta musim semi di desa. Mengalami sejarah selama ribuan tahun, suara genderang desa Son Vi telah terukir secara mendalam dalam kehidupan spiritualitas dan semangat rakyat desa Son Vi. Walaupun pergi ke mana saja dan tinggal di mana saja, tapi, warga desa Son Vi akan ingat untuk selama-lamanya tentang suara genderang pemujaan desanya yang senantiasa bergema pada hari-hari pesta desa yang besar./.