(VOVworld) – Vietnam telah menjadi satu negara anggota Komunitas ASEAN dari 31 Desember 2015. Ikut serta dalam satu lapangan main yang berkaliber regional dan internasional, maka kebudayaan merupakan faktor untuk mengidentifikasikan citra dan posisi satu bangsa, tapi itu juga merupakan satu kemsempatan bagi perkembangan kebudayaan di aspek baru.
Pertunjukan kesenian Vietnam dalam
Festival Kesenian ASEAN 2014 di Kamboja
(Foto: tuoitre.vn)
Segera setelah Vietnam melakukan integrasi internasional, jembatan penghubung pertama selalu adalah kebudayaan, fundasi untuk mengaitkan ekonomi dan politik. Selama puluhan tahun ini, integrasi Vietnam dengan dunia internasional secara kuat telah membuka kesempatan untuk mendekati bermacam-macam nilai dalam kebudayaan dan kehidupan warga maupun budaya-politik dari setiap negara, budaya-ekonomi dari para mitra, badan usaha dan lain-lain. Oleh karena itu, pemahaman yang lengkap dan selangkah demi selangkah melakukan pembauran kultural antara Vietnam dengan semua negara adalah sangat penting. Masalah yang senantiasa dihadapi oleh Vietnam dan negara-negara lain dalam integrasi budaya ialah perbedaan bahasa, kemudian ialah adat istiadat dan langgam hidup. Oleh karena itu, masuk menjadi anggota Komunitas ASEAN sedang mengajukan tantangan-tantangan tidak kecil. Akan tetapi, harus percaya diri melihat bahwa bangsa Vietnam dalam proses sejarah menegakkan dan mempertahankan Tanah Air selalu menganggap integrasi sebagai kebutuhan yang niscaya untuk memperkokoh kekuatan bangsa. Sejarawan Duong Trung Quoc memberitahukan: “Misalnya, dinasti Ly adalah satu Negara yang mandiri dan kuat telah menerima memuja Konfusius, menerima aksara Han sebagai aksara nasional tetapi tetap mempertahankan bahasa Vietnam asli, mempertahankan kebudayaan dalam linkungan pedesaan Vietnam secara sangat berkesinambungan. Lalu kita menggeliat ke arah Selatan untuk mendekati dan menerima banyak kebudayaan dari komunitas warga setempat seperti, kebudayaan Khmer, kebudayaan Cham Pa dan sebelumnya ialah kebudayaan Phu Nam, Oc Eo dan lain-lain. Keanekaragaman itu menciptakan kapabilitas kepada Vietnam maupun kebutuhan menganggap integrasi sebagai masalah penting”.
Dalam proses integrasi, keunggulan yang dimiliki Vietnam ialah kapabilitas budaya dan praktek dari sejarah. Artinya ialah integrasi merupakan proses yang menciptakan kekuatan. Profesor, Guru Rakyat Nguyen Quang Ngoc dari Institut Pengkajian Vietnam menyatakan bahwa kebudayaan itu sendiri mempunyai hukum perkembangan, hukum akulturasi dan selalu mengalami renovasi. Di atas dasar kebijakan yang tepat, mengidentifikasikan keunggulan dan membatasi keterbatasan untuk mengembangkan keunggulan, maka proses masuknya Vietnam ke dalam Komunitas ASEAN merupakan dasar sangat penting untuk memulihkan kebudayaan. Bapak Nguyen Quang Ngoc mengatakan: “Dari zaman prasejarah, kita berkembang di atas dasar kebudayaan Dong Nai, maka ketika ada dampak-dampak dari luar seperti kebudayaan India dan beberapa kebudayaan kawasan-kawasan di dunia melalui hubungan jalan laut (dengan kawasan Nam Bo yang menjadi pusat antar dunia pada saat itu), maka kita berkembang menjadi kebudayaan Oc Eo yang menjadi fundasi bagi lahir dan berkembang Kerajaan Phu Nam yang kuat. Oleh karena itu, kita tidak merasa cemas bahwa banyak dampak itu yang akan mengubah kebudayaan. Perubahan itu merupakan perubahan menurut arah memulihkan kebudayaan. Saya pikit itu merupakan satu kesempatan sangat baik”.
Dengan posisi geografi alam yang sudah ada, Vietnam adalah tempat bersambungnya dua kebudayaan besar yaitu kebudayaan Asia Timur dan kebudayaan laut dan pulau dari negara-negara Asia Tenggara. Mengalami ribuan tahun didominasikan oleh feodalisme Utara, peperangan dan kontak dengan kebduayaan Barat pada awal abad ke-20 telah menciptakan keluwesan dan satu keunggulan lagi bagi orang Vietnam untuk mudah berbaur dan berintegrasi. Sisanya ialah kita harus mendapatkan satu “kartu identifikasi” melalui pelestarian nilai-nilai poros kebudayaan bangsa. Misalnya, pada latar belakang integrasi, masalah menggunakan bahasa Inggeris untuk mendekati banyak ruang. Sejarawan Duong Trung Quoc melihat bahwa selain faktor kesamaan menciptakan konektivitas secara alami, maka keanekaragaman juga tidak kurang arti pentingnya. “Kecenderungannya ialah mencari musyawarah dan mufakat. Tapi, musyawarah dan mufakat bukan berubah menjadi satu, tapi akan ada banyak negara yang kuat dan negara yang lemah, budaya yang kuat dan budaya yang lemah. Kecenderungan ini telah tampak dalam bahasa, misalnya bahasa Inggeris. Tetapi, jelaslah bahwa sekarang ini, dalam sejarah dunia, sejarah harus variatif, harus berhasil melestarikan variasi”.
Banyak peneliti dan aktivis budaya menyatakan bahwa Vietnam adalah negara sedang berkembang, masalah memprioritaskan ekonomi adalah satu keniscayaan. Akan tetapi, kalau melupakan pelestarian dan pengembangan identitas budaya, maka Vietnam akan melemahkan fundasi spirituil sehingga mendatangkan banyak akibat sosial. Oleh karena itu, ketika menjadi anggota Komunitas ASEAN, Vietnam selalu dengan khusus mementingkan pelestarian identitas budaya nasional agar supaya dengan percaya diri melakukan integrasi tapi tanpa kehilangan diri sendiri.