(VOVWORLD) - Bergotong-royong mengelola hutan air asin di tepian pantai merupakan pola yang sedang diikutsertai dan dilaksanakan secara sangat berhasil-guna oleh banyak warga di Desa Au Tho B, Kecamatan Vinh Hai, Kotamadya Vinh Chau, Provinisi Soc Trang, Vietnam Selatan. Dengan batuan dari Organisasi Kerjasama dan Perkembangan Jerman (GIZ), hutan lindung di sana berkembang secara baik, selangkah demi selangkah menggeliat ke laut, menciptakan satu perisai yang melindungi kehidupan dan harta benda warga.
Ilustrasi (Foto: Internet) |
Kawasan Desa Au Tho B, Kecamatan Vinh Hai, Kotamadya Vinh Chau, Provinsi Soc Trang, diselimuti warna hijau dari hutan-hutan air asin sepanjang 2 Km di jalur pantai. Tidak banyak orang tahu bahwa kira – kira 20 tahun yang lalu, kawasan ini merupakan satu lapangan tanah timbunan, pohonnya sedikit, di banyak tempat ombak laut yang menghempas ke pantai sehingga tanah dan palawija terhanyutkan dan mengancam jiwa warga. Pada waktu itu, instansi pertanian dan pemerintahan setempat telah memperhitungkan solusi mengungsikan warga ke kawasan yang aman, bersamaan itu menjalankan reboisasi untuk mencegah ombak laut dan melindungi pantai. Bapak Thach Soal, kepala kelompok “Bergotong-royong mengelola hutan air asin di pantai” di Desa Au Tho B, Kecamatan Vinh Hai, Kotamadya Vinh Chau memberitahukan: “Pada waktu itu, pasukan polisi kehutanan tipis, pemerintahan daerah juga menaruh sedikit perhatian, sehingga hutan sering mengalami pengrusakan. Saat itu, warga setempat juga miskin serba kurang, tidak sejahtera seperti sekarang ini, jadi beberapa orang merusak hutan untuk mengambil kayu bakar, sehingga membuat hutan tidak bisa berkembang”.
Banyak solusi telah dilaksanakan oleh daerah, tapi pada tahun 2009, ketika pola “Bergotong-royong mengelola hutan lindung digelarkan dengan bantuan GIZ, maka hasil-gunanya baru berkembang baik. Pada waktu permulaan digelarkan, pola tersebut telah diikutsertai oleh 240 anggota di sebuah area seluas lebih dari 110 Ha. Semuanya adalah para warga yang tinggal dan berkaitan dengan wilayah laut ini, oleh karena itu warga di sini menganggap tanahnya sebagai harta dan sekaligus perasaan-nya sendiri sehingga tidak bisa dipisahkan. Badan pengelola proyek tersebut telah menyerahkan hak kepada warga dalam memiliki dan melindungi hutan dan menterbukakan keuntungan ekonomi dari hutan kepada warga. Thach Bun Thone, anggota proyek penanaman hutan mengatakan: Selain bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya hutan, warga juga saling mengawasi dengan tujuan bersama ialah melindungi hutan untuk memanfaatkannya secara berkesinambungan dan berjangka panjang. Dia mengatakan: “Setiap kepala keluarga memiliki satu area tanah di pantai untuk melakukan produksi. Kalau ada orang yang memotong pohon, maka hutan akan hilang, air laut akan masuk tepian, sehingga menimbulkan kerugian untuk tanah produksi. Hal itu telah mendorong saya ikut serta dalam Kelompok gotong-royong mengelola hutan agar berpadu tangan melindungi hutan”.
Sekarang, selain sumber keuntungan alami, untuk menambah hasil-guna dari pola tersebut, Kelompok gotong-royong mengelola hutan juga menjalankan percobaan membudidayakan siput di bawah rimbunan hutan. Ini merupakan jenis hasil perikanan yang mudah dibudidayakan dan punya nilai ekonomi tinggi, memiliki pasar yang kondusif, jadi dikembangkan oleh banyak warga. Thai Dam, anggota Kelompok gotong-royong mengelola hutan asin Desa Au Tho B, mengatakan bahwa karena ada pendapatan dari sumber keuntungan di bawah rimbunan hutan, maka kehidupan warga di daerah pesisir menjadi lebih stabil.
Pola bergotong-royong mengelola hutan air asin di tepian pantai di Desa Au Tho B dibagi menjadi 4 kawasan untuk dikelola, yaitu: kawasan hutan lindung, kawasan hutan pemulihan di dalam, kawasan hutan pemulihan di luar dan kawasan pemanfaatan yang berkesinambungan. Mengembangkan hasil-gunanya dan merupakan tali yang mengaitkan kerjasama antara badan-badan fungsional dengan warga, bersama-sama melindungi sumber daya alam di tepian pantai, pola tersebut juga turut mengurangi kerugian-kerugian akibat perubahan iklim. Menurut Thach Soal, Kepala Kelompok gotong-royong mengelola hutan Desa Au Tho B, selama bertahun-tahun ini, Kelompok ini telah bersama dengan instansi pertanian dan pemerintahan daerah memperkuat penanaman lebih banyak area hutan yang baru, memperluas sabuk hutan air asin yang dikelola kelompok ini menjadi 370 Ha.
Sebagai titik cerah dalam koordinasi menanam, melindungi hutan, bersama-sama berbagi kepentingan dari sumber daya alam yang dianugerahkan oleh alam secara berkesinambungan dan berhasil-guna, pola Bergotong-royong mengelola hutan air asin di tepian pantai yang dilaksanakan di Desa Au Tho B, Kecamatan Vinh Hai, Kotamadya Vinh Chau, Provinsi Soc Trang telah membantu warga mengubah pemahaman dan bersama-sama melindungi hutan. Cara pelaksanaan seperti ini sedang digandakan secara luas di hutan-hutan di pantai lain di daerah dataran rendah sungai Mekong.