(VOVWORLD) - Di tengah-tengah udara panas yang kering-kerontang pada akhir musim kemarau di daerah Nam Bo (Viet Nam Selatan), bahaya kebakaran hutan sangat tinggi dan bisa terjadi kapan saja. Di tengah-tengah ujian itu, para petugas di Zona Konservasi Alam-Budaya Dong Nai, Provinsi Dong Nai sedang siang malam berusaha keras untuk menjaga hutan dan menanggulangi kebakaran hutan.
Para polisi kehutanan di Provinsi Dong Nai (Foto: vov.vn) |
Satu-satunya Jalan Ba Hao dari Kotamadya Vinh An, Kabupaten Vinh Cuu, Provinsi Dong Nai yang menerobos porosnya Zona Konservasi Alam-Budaya Dong Nai, di dua tepiannya adalah hutan-hutan rimba belanrara. Tempat yang mendapat sebutan sebagai “paru-paru hijaunya” daerah Nam Bo Barat telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Zona Cadangan Biosfer Dunia.
Zona Konservasi Alam-Budaya Dong Nai sedang mempertahankan alarm kebakaran di tingkat 5 yaitu tingkat teramat berbahaya. Di semua jalan masuk ke hutan, para polisi kehutanan selalu berada di zona ini dengan koordinasi dari warga daerah untuk menjaga, melakukan patroli dan memantau pekerjaan pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan. Saudara Ha Van Linh, seorang polisi kehutanan selama sebulan ini tidak berpeluang pulang ke rumah. Istri dan anaknya sedang tinggal di Provinsi Binh Phuoc, jauhnya kira-kira 100 kilometer dari tempat kerjanya. Menurut ketentuan, dalam waktu sepekan, dia dan para rekannya di Pos Polisi Kehutanan Suoi Trau akan dapat beristirahat sehari. Akan tetapi, pada hari-hari ini, di sana tidak ada yang berpikir tentang masalah mengunjungi keluarga, seluruh 66 pos polisi kehutanan di zona konservasi ini berada dalam rezim siap siaga ssiang-malam. Saban hari, saudara Ha Van Linh dan para rekannya terus-menerus berpatroli di hutan-hutan yang dikelola oleh Pos Polisi Kehutanan Suoi Trau untuk mengawasi kebakaran. Saudara Ha Van Linh mengatakan: “Sekarang ini adalah bulan klimaks musim kemarau, pada umumnya, waktu hidup di samping keluarga sangat sedikit. Kami sangat rindu akan istri dan anak-anak. Walaupun agak sedih, tapi demi pekerjaan, maka saya harus berkorban diri demi tugas, karena saya menyukai pekerjaan ini”.
Menara pengawasan yang dibuat dari besi tingginya kira-kira 25 meter, artinya lebih tinggi terbanding dengan pohon-pohon yang paling tinggi di hutan. Dengan pengalaman dari seorang yang pernah menjaga hutan selama bertahun-tahun, ketika di puncak pohon ada awan-awan yang berwarna putih atau berwarna hitam, maka harus berfokus memantaunya secara teliti. Kalau awan yang berwarna putih atau berwarna hitam naisk dari bawah ke atas, artinya sedang terjadi kebakaran dan kalau sebaliknya maka situasinya tenteram. Pham Ngoc Hai, seorang yang telah melakukan tugas di menara pengawasan ini selama 10 tahun memberitahukan: “Kerjanya tidak pontang-panting, tetapi menegangkan. Karena harus berjaga dan pada pokoknya ialah mengawasi, maka tidak dapat tidur. Bahayanya ialah kalau tidur dan terjadi kebakaran hutan, maka saya tidak bisa menyampaikan laporan kepada pos polisi kehutanan akan tidak bisa mengerahkan pasukan untuk memadamkan kebakaran”.
Zona Konservasi Alam-Budaya Dong Nai terletak di sebuah area yang luasnya 67.000 hektar, khususnya ialah ada banyak daerah pemukiman penduduk, warga etnis minoritas dan melakukan cocok tanam tumpang sari di hutan, maka bahaya kebakaran pada musim kemarau sangat besar.
Satu kriterium yang penting lagi bagi para penjaga hutan di sini ialah haruslah warga setempat, tidak hanya harus sehat, tapi harus memiliki banyak pengalaman dan kewibawaan terhadap warga yang hidup berselang-seling di zona konservasi ini. Nguyen Hoang Hao, Kepala Cabang Polisi Kehutanan Zona Konservasi Alam-Budaya Dong Nai memberitahukan: “Peranan warga sangat penting. Dalam melaksanakan metode pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan ada partisipasi warga, selain untuk meningkatkan pendapatan, maka pemahaman warga dalam menjaga hutan juga lebih baik”.
Karena menggelarkan semua solusi secara sinkron dalam mencegah dan memadamkan kebakaran hutan, maka hutan di Zona Konservasi Alam-Budaya Dong Nai tetap tenteram melalui musim-musim kemarau yang kering-kerontang. Para polisi kehutanan dan warga daerah sedang siang malam dengan tanpa banyak bicara menjaga hutan, turut mengkonservasikan dan menjaga Zona Konservasi Alam-Budaya Dong Nai.