(VOVWORLD) - Suasana gembira bagi warga di seluruh negeri sehubungan dengan peringatan ultah ke-75 Hari Nasional (2/9/1945-2/9/2020) juga merupakan saat bagi penjahit bendera di Desa Kerajinan Tu Van, Kecamatan Le Loi, Kabupaten Thuong Tin, Kota Hanoi untuk sibuk bekerja secara tepat waktu dalam menyelesaikan pembuatan bendera Tanah Air untuk pasar seluruh negeri. Bendera-bendera, baik dicetak atau dibordir, besar atau kecil juga ditiupkan “jiwa” ke dalamnya oleh penjahit.
Hari-hari di bulan September, pekerjaan menjahit dan menyulam bendera di desa Tu Van menjadi lebih sibuk. Mulai dari tahap memotong kain dan menjahit bendera dengan berbagai ukuran berbeda, hingga pencetakan bintang, logo, bordir, penjahitan dan sebagainya berlangsung dalam kompleks rumah yang luasnya ratusan meter persegi milik keluarga Vuong Thi Nhung. Keluarga ini adalah generasi ke-3 dalam keluarga yang membuat bendera Tanah Air. Ibu Le Thi Tinh, 70 tahun, sosok yang selama bertahun-tahun menjahit bendera Tanah Air berbagi, kerajinan ini hanya sesuai dengan orang-orang yang tenang dan teliti, kalau tidak mencintai kerajinan ini maka tidak bisa bertahan.
Para penjahit bendera nasional di desa kerajinan Tua Van, Kecamatan Le Loi, Kabupaten Thuong Tin, Kota Hanoi (Foto: VOV) |
Kerajinan jahit bendera Tanah Air mengalami lebih banyak kesulitan dibandingkan kerajinan-kerajinan jahit dan sulam yang lain. Setiap keluarga memiliki rahasia sendiri-sendiri, tetapi yang paling sulit ialah harus meniup “jiwa” ke bendera-bendera, baik besar atau kecil, dicetak atau dibordir.
“Kami menyintai kerajinan ini dan akan menjalaninya sampai kami tidak mampu lagi melakukannya. Saat ini, kerajinan ini dilakukan hanya oleh orang-orang tua seperti kami, karena para pemuda di desa bekerja di perusahaan. Namun ketika mereka sudah tua, mereka juga akan menjalani kerajinan ini. Kerajinan jahit bendera nasional tidak akan pernah hilang”.
Menurut catatan sejarah, sejak abad ke-16, Desa Tu Van telah terkenal di dalam dan luar negeri karena berbagai produk sulaman dan tenunnya. Pada momen bersejarah 19 Agustus 1945, revolusi Agustus meledak, puluhan ribu bendera desa Tu Van telah berkibar di banyak sudut jalan di Ibu Kota Hanoi. Saat itu, desa Tu Van menjadi desa sulam bendera nasional. Dang Hong Hieu, orang yang bekerja selama bertahun-tahun di desa berbagi bahwa ketika keluarga-keluarga yang lain memilih pencetakan, penjahitan, dan sulam bendera nasional dengan mesin, keluarga Hieu dan Nhung adalah satu-satunya keluarga di desa yang tetap menyulam bendera nasional secaran manual. Bendera yang sudah diselesaikan tidak hanya akurat secara standar saja, melainkan juga tajam dan kokoh, bintang kuning menonjol dengan latar belakang merah. Begitulah alasan para pelanggan dari mana-mana yang suka membeli bendera sulam Keluarga Hieu.
Kebutuhan membeli bendera nasional semakin meningkat dan para pengunjung di mana-mana juga mengetahui desa tradisional yang menjahit bendera nasional pun kian banyak. Ada saatnya, terutama kesempatan tim sepak bola Vietnam meraih Kejuaraan Asia Tenggara 2018 dan Medali Emas Sepak Bola Putra di Pesta Olahraga Asia Tenggara 2019 (SEA Game 2019), seluruh Keluarga Vuong Thi Nhung harus menggerakkan puluhan pekerja pemotong, penjahit, dan penyulam bekerja siang dan malam. Ia menjelaskan:
“Ada saatnya sangat sibuk, para pelanggan memesan jumlah besar, kami harus bekerja siang dan malam untuk mencetak spanduk, slogan, dan bendera untuk melayani pembeli dari seluruh penjuru negeri. Ini menjadi kebiasaan keluarga kami. Sekarang sudah ada teknologi mesin modern yang lebih mudah dibanding jaman dulu, proses pencetakan pun jauh lebih mudah dari sebelumnya”.
Bendera nasional yang disulam secara manual (Foto: VOV) |
Dengan itikad mewariskan kerajinan bagi generasi mendatang, banyak keluarga telah mendidik anak-anaknya mengenal kerajinan sejak mereka masih kecil. Memahami bahwa ini adalah kerajinan yang diturunkan pendahulunya dan menjadi kebanggaan Desa Tu Van, Pham Thu Trang, remaja berusia 15 tahun yang sedang rajin belajar menyulam bendera berbagi:
“Membuat bendera dengan cara mencetak dan menjahit hanya memakan waktu singkat, tetapi menyulam bendera memakan waktu lebih 10 kali lebih lama atau lebih. Produk cetak dan jahit terdapat di banyak tempat, tetapi produk sulam hanya dipegang keluarga saya, saya pun merasa sangat bangga dan istimewa. Saya ingin menjaga agar kerajinan ini tidak punah atau hilang tradisinya”.
Mengalami berbagai kejadian dan pasang-surut, hingga sekarang kerajinan sulam dan jahit bendera nasional di desa Tu Van tetap dipertahankan. Mengalami kesulitan dan susah payah seperti itu namun bendera-bendera yang dibuat oleh tangan-tangan yang rajin dan cekatan para pekerja di desa Tu Van tetap bertahan dan indah sepanjang waktu, berkibar di seluruh negeri. Itulah kebanggaan dan juga dipercaya bahwa kerajinan jahit bendera nasional di Desa Tu Van akan abadi.