(VOVworld) - Memulai Tahun Baru 2015 dengan cara menaklukkan puncak gunung Fansipan adalah aspirasi dari kaum muda dan orang-orang yang menyukai petualangan. Fansipan merupakan puncak gunung yang paling tinggi di barisan gunung-gemunung Hoang Lien Son yang megah dan juga merupakan puncak gunung yang paling tinggi di Vietnam. Fansipan merupakan nama yang bagi semua orang suka berwisata dan menguak tabir tidak bisa melepaskannya.
Untuk mendaki puncak gunung Fansipan di ketinggian 3 143 mter dari permukaan air laut, Anda harus melampaui dinding-dinding batu yang menggelincir dan lintasan-lintasan dengan tanjakan-tanjakan yang naik tegak dan rawa-rawa lumpur. Perjalanan menaklukkan puncak gunung Fansipan begitu sulit, tapi punya daya tarik yang kuat terhadap semua orang yang suka berwisata. Kelompok teman saudari Duong Viet Yen yang sedang tinggal dan bekerja di kota Hanoi terdiri dari dua orang wanita dan seorang pria juga tidak terkecualikan. Bagi para pemuda ini, menaklukkan puncak gunung Fansipan merupakan satu impian yang panas berkobar. Dieu Linh, anggota yang usianya paling muda dalam kelompok ini mengatakan: “Sebagai seorang muda, perasaan ingin menaklukkan sesuatu sangat kuat. Untuk kali ini memilih mendaki puncak gunung Fansipan juga cukup avonturis karena belum ada pengalaman dalam mendaki gunung. Topografi di sini tidak rata, terus naik dan turun, oleh karena itu saya harus berupaya”.
Jalan yang menuju ke puncak gunung Fansipan
(Foto: thegioivanhoa.com.vn)
Seluruh kelompok ini bertolak dari Tram Ton, pintu taman nasional Hoang Lien Son di ketinggian 1800 meter dari permukaan air laut. Jalan ini yang panjangnya 16 Km dengan perjalanan dua hari dan satu malam, biasanya diperuntukkan bagi pendaki gunung amatir dan wisatawan. Penggalan jalan pertama cukup sederhana dengan lintasan-lintasan yang tanjakan-nya landai dan anak sungai kecil yang berliku-liku. Menempuh jalan yang memanjang di bawah rimbunan pohon tua elah memberikan rasa nyaman kepada saudari Yen dan dua teman seperjalanan. Semakin naik tinggi, pemandangan alam-nya semakin interesan dengan rimbunan pohon, daun-daun yang lebat dan ramainya suara kicau burung, suara anak sungai bergemiricik di ruang yang sangat sepi di tengah-tengah hutan rimba belantara. Tapi semakin naik tinggi, embun semakin menempel di muka dan rambut. Langkah-langkah manusia tampaknya menjadi berat. Viet Yen adalah orang yang paling tua dalam kelompok ini, pada permulaannya berjalan di depan, tapi semakin kemudian, dia harus mendapat bantuan dan dorongan semangat dari teman seperjalanan dan para wisatawan lain, dia juga naik ke puncak gunung Fansipan. Dia memberitahukan: “Saya melihat bahwa kesehatan merupakan faktor yang penting, tapi bagi saya juga ada tekat dan semangat. Saya melihat bahwa seorang teman seperjalanan saya yang lebih kurus dan usia lebih tinggi dari pada saya, tapi tetap bertekat naik. Saya berfikir dengan semua harga harus berhasil naik ke puncak gunung Fansipan untuk membuktikan bahwa saya telah mengatasi diri saya sendiri. Kadang-kadang saya berfikir ingin patah jalan tidak melanjutkan lagi perjalanan, tapi teman-teman seperjalanan telah membantu saya mengatasi-nya”.
Begitulah jalan yang penuh kesulitan itu, tapi sebagai gantinya kelompok kami menikmati satu ruang alam yang primitif, gunung dan hutan megah Hoang Lien Son. Tempat yang kami singgahi pada hari pertama di ketinggian 2800 meter. Malam hari di tengah-tangah hutan rimba belantara, suhu di udara luar di bawah 5 derajat celsius, semua orang merasa sangat dingin. Udara dingin malam lalu juga cepat lewat karena semua orang juga dengan antusias menunggu satu penggalan jalan pada hari yang ke-2. Hanya tinggal 300 meter lagi sampai ke puncak gunung, tapi itu adalah satu penggalan jalan yang lebih sulit dari pada waktu lalu, udara lebih dingin dan lebih tipis. Di atas penggalan jalan ini, kami harus melampaui banyak kesulitan dan ujian seperti dinding batu gunung dan air terjun yang berbahaya dan menggelincir. Saudari Viet Yen memberitahukan: “Kami merasa sangat gembira ketika melihat fajar di puncak gunung Fansipan. Seumur hidup saya tidak bisa melupakan saat itu. Kalau dilihat dari atas, kelihatan kota madya Sa Pa kecil. Saya merasa bangga karena sudah melampaui banyak kesulitan dan rintangan. Saya tidak akan pernah melupakan saat ini dalam kehidupan”.
Puncak gunung Fansipan
(Foto: thegioivanhoa.com.vn)
Berdiri di atas puncak gunung Fansipan, di tengah-tengah ruang alam yang luas dan berangin keras, manusia tampaknya menjadi kecil, tapi saya merasa bangga karena telah menaklukkan puncak gunung yang paling tinggi di Vietnam. Semua keletihan habis terhanyut, hanya ada kegembiraan yang sulit dilupakan ketika merabakan tangan pada puncak gunung Fansipan yang tingginya 3143 meter./.