(VOVWORLD) - Sebagai satu daerah tempat bermukimnya lebih dari 20 etnis, maka pesta-pesta budaya dari warga provinsi Lai Chau sangat kaya raya, variatif dan khas. Ketika datang ke provinsi Lai Chau, para wisatawan tidak hanya menenggelamkan diri pada ruang hutan dan pegunungan yang megah, menikmati kuliner, melainkan juga berbaur pada suasana pesta-pesta.
Pesta Bunga Ban |
Jika Anda adalah orang yang ingin menguak tabir aspek-aspek budaya yang khas dari warga etnis minoritas di daerah Tay Bac (daerah Barat Laut, Vietnam Utara), maka tidak bisa melepaskan pesta-pesta unik di provinsi Lai Chau, di antaranya ada Pesta bunga Ban yang diselenggarakan pada tanggal 13 bulan dua menurut kalender imlek. Pesta bunga Ban bersumber dari kisah bahwa ada pasangan asyik masyuk yang saling mencintai, tapi tidak bisa menikah dan ketika si gadis meninggal dunia, kemudian menjemal menjadi bunga-bunga Ban yang bermekaran memutih di hutan. Saat berlangsungnya pesta ini juga adalah saat ketika bunga Ban bermekaran putih di seluruh hutan daerah Tay Bac dan provinsi Lai Chau, menandai hari-hari tibanya musim semi. Saban tahun, setiap musim semi tiba, bunga Ban bermekaran memutih di gunung dan hutan, warga etnis minoritas di seluruh daerah Tay Bac pada umumnya dan di provinsi Lai Chau pada khususnya ikut pesta ini. Saudari Thanh Huong, wisatawan asal kota Hanoi memberitahukan: “Ketika datang ke tempat ini dan mendengarkan kisah tentang pasangan asyik-masyuk itu, baru melihat keindahan bunga Ban yang putih dan jernih. Saya sudah dua kali mengunjungi provinsi Lai Chau sehubungan dengan berlangsungnya pesta bunga Ban, bisa menghadiri aktivitas-aktivitas budaya, permainan-permainan tradisional, memainkan tarian Sap bersama dengan warga etnis. Saya sangat menyukai tarian-tarian dan lagu dendang sayang dari warga etnis di sini”.
Musim semi adalah saat berlangsungnya paling banyak pesta di provinsi Lai Chau, di antaranya ada pesta Tu Ti. Ini adalah pesta yang dimiliki oleh warga etnis minoritas Giay di kecamatan San Thang, kota Lai Chau dan diselengarakan pada tanggal 2 bulan dua tahun imlek. Pesta Tu Ti bertolak dari ritual kejiwaan dari etnis minoritas Giay untuk memohon satu Tahun Baru yang bercuaca baik, panenan berlimpah-limpah, semua keluarga yang cukup sandang, cukup pangan. Dulu, baru dukun dukuh dan beberapa kepala keluarga tipikal di kecamatan yang bisa menghadiri ritual Tu Ti ini. Sekarang, ritual ini dikaitkan dengan bagian pesta, permainan-permainan rakyat tradisional dan juga dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas kehidupan dan produksi, serta kerajinan-kerajian tradisional dari etnis. Saudari Lo Thi Leo, dukuh Sang Thang 1, kabupaten San Thang memberitahukan: “Kami warga etnis minoritas Giay mempunyai satu pesta Tu Ti dalam tahun. Kami bisa menari pada pesta ini dan merasa sangat gembira. Saya sendiri juga merasa gembira. Para warga selalu menunggu pesta ini, mempersiapkan sepatu dan busana tradisional dari etnis Giay untuk menghadiri pesta”.
Permainan dorong-mendorong dengan tongkat pada Pesta Bunga Ban |
Pesta Tu Ti berakhir dengan sebuah makan bersama di tempat, mempererat hubungan sesama tetangga dengan keinginan ialah berupaya menggeliat bersama-sama untuk berkembang. Dao Manh Son, Wakil Ketua Komite Rakyat Kecamatan San memberitahukan: “Pada pesta Tu Ti, para warga memohon cuaca baik, kesehatan baik dan keluarga berbahagia sepanjang tahun. Mereka memohon hujan dan hujan tiba. Hal ini membuktikan bahwa permohonan warga setempat telah dikabulkan oleh dewa. Selain bagian upacara, program-program kesenian dan olahraga yang diselenggarakan telah terukir ke dalam kebudayaan tradisional dari warga etnis minoritas Giay seperti melemparkan bola kapas, dorong-mendorong dengan tongkat, membuat kue Giay dan lain-lain”.
Saban tahun, setelah musim panenan, warga etnis minoritas Lu di provinsi Lai Chau menyelenggarakan upacara menyambut nasi baru untuk menyembah nenek moyang, menyatakan terima kasih kepada Tuhan dan memohon panenan yang berlimpah-limpah. Ini merupakan protokol pertanian yang tidak hanya mempunyai makna spiritualitas saja, melainkan juga mempunyai nilai kultural dari warga etnis minoritas Lu, menyerap hadirnya para wisdom dan wisman. Nyonya Tao Thi Da, warga kecamtan Ban Hon, kebupaten Tam Duong, provinsi Lai Chau memberitahukan: “Upacara menyambut nasi baru dari warga etnis Lu sudah ada sejak lama. Setelah menuaikan padi baru di rumah, kami membuat upacara menyembah nenek moyang, kakek-nenek, ayah dan itu untuk menyatakan terima kasih yang tulus terhadap orang-orang yang telah meninggal, bersamaan itu, mengharapkan kesehatan dan cuaca yang baik, panenan yang berhasil dalam tahun-tahun mendatang”.
Upacara menyambut nasi baru dilaksanakan di dalam rumah- ruang pemujan yang suci.Ini dianggap tampat tinggal dari arwah nenek moyang. Ketika upacara ini selesai, pemilik rumah mengundang sanak keluarga dan warga dukuh bersama-sama bergembira makan dengan gembira dan akrab.
Sekarang, kehidupan materiel dan spiritual sudah mengalami banyak perubahan, tapi warga etnis minoritas Lu di provinsi Lai Chau teta melestarikan dan mewarisi upacara menyambut nasi baru. Adat istiadat ini bersifat komunitas tinggi karena para kepala keluarga di dukuh semuanya menyelenggarakannya dan ada partisipasi dari para warga dukuh. Ini juga merupakan peluang bagi para warga untuk bertemu dan menyambut baik hasil kerja dan memperkuat persatuan di dukuh.