(VOVWORLD) - Kalau datang ke Dukuh Yen, Kecamatan Kim Truy, Kabupaten Kim Boi, Provinsi Hoa Binh (Viet Nam Utara), menanyakan di mana rumah pak guru Bui Van Binh, semua orang akan tahu. Yaitu pak guru difabel yang selama lebih dari sepuluh tahun ini dia sepenuh hati mengajar anak-anak miskin tanpa mendapai imbalan. Terkena penyakit polio sejak masih kanak-kanak, ayahnya meninggal ketika dia masih kecil maka kehidupannya menjumpai banyak kesulitan. Tetapi dengan mengatasi segala-galanya, dia tetap hidup dengan semangat optimisme dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat bagi kehidupan.
Panorama klas pak guru Bui Van Binh (Foto: hoabinh.tintuc.vn) |
Pada usia 6 tahun dia sudah yatim, ketika belajar di klas 4, setelah mengalami demam berat, pak guru Bui Van Binh terkena penyakit polio. Ketika belajar di klas 10, ibunya meninggalkan dua orang anaknya untuk menikah lagi. Itu merupakan saat-saat yang sulit dalam kehidupannya. Akan tetapi, di tengah-tengah kesulitan itu, lelaki difabel itu tetap rajin belajar dan mencapai hasil tinggi.
Pada suatu hari, pasangan suami-istri temannya yang tak tahu aksara telah membawa anaknya ke rumah bapak Bui Van Binh untuk minta supaya mengajar huruf kepada anaknya. Memang mengherankan, setelah anak ini mencapai hasil belajar yang baik, banyak orang lain telah meminta kepada bapak Bui Van Binh supaya mengajari anaknya dan bapak Bui Van Binh menjadi berkaitan dengan klas kasih sayang dari sejak waktu itu.
Pada pagi hari akhir pekan, Minh, pelajar kelas 4 dari Sekolah antar-tingkat Kim Truy (Kabupaten Kim Boi-Provinsi Hoa Binh) bangun pada pukul 6.00 pagi untuk datang ke pak guru Bui Van Binh untuk belajar tambahan. Di tangan pelajar etnis minoritas Muong ini adalah buku bahasa Viet Nam. Setelah 10 menit, dia telah tiba di rumah pak guru Binh-kelas kecil untuk banyak anak-anak di desa dan abang serta kakaknya. Keadaan klas di rumah pak guru Binh membuat semua orang merasa sangat terharu. Pak guru duduk di ranjang, semua anak dari berbagai usia duduk di sekitarnya untuk mendengarkan pengajaran yang diberikan oleh pak guru. Pak guru Bui Van Binh bercerita bahwa anak-anak ini pada pokoknya adalah warga etnis minoritas Muong, mereka berkomunikasi satu sama lain dengan bahasa etnis-nya, oleh karena itu, mereka belum fasih dengan bahasa Viet Nam. Saya mengajar bahasa Viet Nam kepada mereka agar ketika datang ke sekolah mereka sudah bisa menerima pengajaran dalam bahasa Viet Nam. Pak Guru Bui Van Binh mengatakan: “Dari anak-anak yang belum tahu membaca dan tahu menulis, setelah melalui proses belajar, mereka telah dapat mengejakan soal matematika, tahu membaca dan tahu menulis. Saya merara sangat gembir dan yang paling gembira ialah ketika mereka mencapai hasil belajar baik di klas, banyak anak mencapai piagam pujian”.
Walaupun sulit bermobilitas dan kesehatannya tidak stabil, tetapi selama bertahun-tahun ini, klas yang diasuh pak guru Bui Van Binh belum pernah berhenti sehari pun, ada hari di mana dia mengajar sampai 50 orang anak dan harus dibagi menjadi beberapa sift Saudari Bui Thi Hoa dari Dukuh Yen yang punya anak perempuan belajar di klas asuhan pak guru Binh mengatakan bahwa anak perempuan saya sedang belajar di klas 4, sebelum datang ke klas asuhan pak guru Binh, dia belajar kurang baik. Sejak dia belajar di sini, dia mengalami kemajuan yang jelas. Pada tahun lalu, dia mendapat gelar pelajar baik. Di dukuh saya, semua orang juga mencintai dan berbagi keadaan dengan pak guru difabel.
Selama 10 tahun lebih membuka klas ini, pak guru Binh tidak menuntut uang lelah berapa pun dari orang tua pelajar. Mengerti akan kesulitan yang dihadapi oleh warga dukuh, maka siapa yang membawa anaknya datang, pak guru Binh juga dengan gembira menerimanya. Pak guru Bui Van Binh mengatakan: “Saya merasa gembira ketika menyediakan tenaga untuk mengajar anak-anak. Mengajarkan anak-anak seperti ini membuat semangat saya menjadi nyaman. Tentang perbelanjaan, saya hanya menggunakan uang tunjangan untuk kaum difabel yang diberikan kepada kaum difabel saja”.
Di ruangan yang kecil dari pak guru Bui Van Binh penuh dengan buku-buku. Ada tiga kursi beroda, satu kursi bereoda sedang dia gunakan dan dua kursi beroda lain masih cukup baru. Pak guru Binh mengatakan bahwa itu merupakan kursi beroda pemberian organisasi-organisasi amal. Hal yang baik punya daya sebagai jauh banyak organisasi dan perseorangan telah datang untuk menyemangati, berbagi rasa dan membantu pak guru yang penuh dengan hati perikemanusiaan ini.