(VOVworld) – Agar mata pelajaran sejarah yang kaku dan terasa membosankan tapi mata pelajaran yang memukau pelajar, ibu guru Truong Chau Giang, guru yang mengajar mata pelajaran sejarah SMP Nguyen Tri Phuong, distrik Ba Dinh, kota Hanoi telah berhasil mengusahakan metode memperbarui pengajaran yang sesuai. Dengan mengaitkan mata pelajaran sejarah pada alamat dan kisah yang kongkrit sehingga membantu para pelajar mudah mengerti dan mudah ingat, maka ibu guru Truong Chau Giang telah selangkah demi selangkah menyampaikan api kegandrungan terhadap mata pelajaran sejarah kepada para pelajarnya.
Ibu guru Truong Chau Giang dan para pelajarnya
(Foto: vovworld.vn)
Dalam sayembara dengan tema “Saya mencintai sejarah Vietnam” yang dicanangkan dan dievaluasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Pelatihan Vietnam pada awal Februari lalu, tim mata pelajaran sejarah SMP Nguyen Tri Phuong telah memperoleh 7 hadiah, diantaranya ada 2 hadiah pertama dan 5 hadiah ke-2. Ini adalah satu-satunya SMP diantara semua SMP di kota Hanoi yang memperoleh hadiah “Kolektif menonjol” dalam sayembara ini. Ujian mata pelajaran sejarah dipresentasikan para pelajar dengan bahan-bahan dari rakyat seperti kertas Do, kartu bambu dan lain-lain. Menurut ibu guru Pham Thi Huong Giang, Kepala SMP Nguyen Tri Phuong, distrik Ba Dinh, untuk mencapai prestasi yang membanggakan ini karena banyak upaya yang dilakukan oleh kolektif sekolahan dan ibu guru Truong Chau Giang sendiri. Dia mengatakan: “Cara mengajar yang dilakukan oleh ibu guru Truong Chau Giang sangat menarik. Ini bukanlah pengetahuan-pengetahuan sejarah semata-mata yang berada dalam buku pengajaran, tapi, mata pelajaran sejarah ini telah dikaitkan dengan alamat-alamat kongkrit dan para subyek sejarah. Justru oleh karena itu, mata pelajaran sejarah di sekolah telah mencapai prestasi yang menonjol. Untuk bisa mencapai prestasi ini, bisa dikatakan bahwa orang yang telah menyalakan dan mempertahankan api serta memelihara kegandrungan bagi mata pelajaran sejarah di kalangan para pelajar untuk mencapai prestasi yang kongkrit itu ialah ibu guru Truong Chau Giang”.
Sejak masa kecil, ibu guru Truong Chau Giang telah menggemari legenda-legenda dan para tokoh sejarah dan telah berusaha mengoleksi, membaca artikel-artikel tentang para hulubalang dan pahlawan bangsa seperti Tran Quoc Toan, Raja Quang Trung dan lain-lain. Dengan kegandrungannya pada mata pelajaran sejarah, maka ketika tamat SMA, Truong Chau Giang menempuh ujian masuk fakultas sejarah, Sekolah Tinggi Keguruan Hanoi 1 dan menjadi guru mata pelajaran sejarah seperti yang dia impikan. Dalam proses belajar mata pelajaran sejarah, dia melihat bahwa dengan metode mengajar lama, guru membaca dan pelajar mencatat maka akan sangat kaku dan terasa membosankan. Peristiwa sejarah banyak dan volume pengetahuan juga begitu maka masalah memaksa pelajar harus hafal adalah hal yang sulit dan membuat pelajar tidak mau belajar mata pelajaran sejarah lagi. Bbanyak berpikir bagaimana agar pelajar tidak melalaikan mata pelajaran sejarah, maka Truong Chau Giang bertekad harus berusaha untuk memperbarui metode pengajaran mata pelajaran sejarah, membantu pelajar menggemari mata pelajaran ini. Proses mencari metode mengajar dan belajar mata pelajaran sejarah ini bukanlah hal yang mudah. Dia menyatakan bahwa pada permulaannya, dia menjumpai banyak kesulitan karena banyak guru lain masih menerapkan metode mengajar dan belajar lama, bersamaan itu mereka menyatakan bahwa cara belajar baru ini juga tidak membantu pelajar lebih menggemari mata pelajaran sejarah. Akan tetapi, dengan simpati dan sokongan dari badan pimpinan SMP Nguyen Tri Phuong, dia tetap bertekad melaksanakannya. Ibu guru Truong Chau Giang mengatakan: “Mata pelajaran ini memberikan banyak sumbangan dalam mendidik pelajar. Dalam masyarakat dewasa ini, kalau tidak memperhatikan sejarah, maka moral sosial akan mengalami degradasi. Hal yang membuat saya banyak berpiki ialah saya harus membuat persiapan secara baik ketika mengajar, berusaha menyalakan api di hati pelajar dengan aktivitas-aktivitas atau pekerjaan mengajar di klas. Yaitu mengubah mata pelajaran sejarah menjadi kisah-kisah dan membiarkan pelajar dengan bebas menyampaikan keinginan maupun pengetahuannya”.
Agar supaya pelajaran tidak kaku dan tidak terasa membosankan, semua pelajaran sejarah yang diajarkan oleh ibu guru Truong Chau Giang selalu dikaitkan dengan praktek kehidupan. Para pelajar ikut belajar dengan kunjungan-kunjungan praktek, misalnya datang ke situs-situs peninggalan sejarah seperti pusaka Benteng Kerajaan Kuno Thang Long, benteng Cua Bac, melakukan temu pergaulan dengan saksi-saksi sejarah dan lain-lain.
Bagi sejarah dunia, ibu guru Truong Chau Giang juga dengan luwes mengubah semua peristiwa yang sulit diingat menjadi karya-karya kecil yang menyenangkan. Misalnya pengajaran tentang Perang Dunia ke-2, para pelajar memainkan peranan sebagai wartawan di medan perang, sedangkan dia adalah kepala redaktor untuk menerima informasi-informasi dari medan perang yang dikirim oleh para pelajar. Dengan bimbingannya, para pelajar mengoleksi dokumen sendiri, lalu memanifestasikan pengetahuannya tentang peristiwa yang mereka ikut sertai. Ngo Gia Huu, pelajar klas 6A5 mengatakan: “Ibu guru Truong Chau Giang mengajar sangat baik. Saban pekan, saya hanya ingin belajar mata pelajaran yang dia ajarkan. Saya mendapatkan pengajaran tentang pengetahuan-pengetahuan sejarah yang bermanfaat dan mendengarkan kisah-kisah sejarah yang sangat menyenangkan”.
Selama lebih dari 16 tahun mengajar sejarah, ibu guru Truong Chau Giang telah mencapai gelar guru pandai dan guru dengan banyak gagasan dan guru berpengalaman tentang mata pelajaran sejarah tingkat kota Hanoi selama bertahun-tahun. Akan tetapi, bagi dia berhasil menciptakan antusiasme dan berhasil menyampaikan api kegandrungan terhadap mata pelajaran sejarah kepada generasi pelajar barulah merupakan hadiah yang paling berarti./.