(VOVworld) - “Pahlawan pemberani menyelamatkan putri raja”; “Pertempuran antara kebaikan dan kejahatan”; “Cerita tentang Si Tongkat” dan lain-lain adalah acara-acara yang meninggalkan kesan-kesan mendalam di tengah-tengah hari anak-anak Vietnam. Ini adalah acara-acara bagus yang dipresentasikan oleh rombongan-rombongan Indonesia dan Filipina diantara lebih dari 10 acara pada Festival Wayang Golek Asia Tenggara yang baru-baru ini berlangsung di kota Hanoi.
Di teater wayang golek Vietnam, semua kursi sudah penuh penonton, yang dua per tiga diantara mereka adalah anak-anak. Ruang di panggung yang diam sedang menunggu munculnya para tokoh wayang. Suara musik bergema dan layar panggung mulai terbuka, lima tokoh pokok mengenakan pakaian seperti raja pada zaman dulu. Raja, permaisuri, putri raja dan pahlawan pemberani yang mengenakan pakaian yang warnanya kuning berkilau-kilau memanifestasikan kebesarannya, tokoh setan dengan pakaian yang berwarna kuning campur merah dan dengan jenggot dan rambut hitam sampai punggung. Ini adalah cerita tentang laki-laki yang berani berkelahi melawan setan untuk menyelamatkan putri raja dan kemudian merebut asmara putri raja.
Pahlawan pemberani menyelamatkan Putri Raja
(Foto: vov.vn)
Acara yang kedua dari rombongan Indonesia ialah acara yang juga dipertunjukkan oleh manusia. Dengan pakaian merah sebagai simbol kejahatan dan pakaian putih sebagai simbol kebaikan, dua orang berkelahi secara sengit, tapi akhirnya kebaikan tetap menang. Dua acara tersebut berdasarkan pada legenda-legenda.Tran Thai Lam, pelajar Sekolah Dasar Dinh Cong sangat menyukai-nya. Dia memberitahukan: “Saya menyukai cerita-cerita seperti itu. Putri raja sangat cantik, sedangkan laki-laki yang menyelamatkan putri raja itu sangat gagah berani. Orang yang memainkan peranan sebagai setan terkejut karena dia mengancam kami. Melalui acara ini saya menarik pelajaran ialah kita selalu berani untuk menyelamatkan orang yang lebih lemah dari pada kita. Orang yang baik selalu menang terhadap orang yang buruk”
Si Tongkat
(Foto: vov.vn)
Berbeda dengan suasana yang agak diam terbanding acara sebelumnya, acara yang dipertunjukkan oleh rombongan Filipina sangat bergelora dengan nama: “Si Tongkat”. Sepon dikaitkan dengan seniman yang meniru gambar manusia. Si Tongkat hanya tahu berdiri diam, tapi kemudian pada sesuatu hari, kupu-kupu dewi memberikan kesaktian kepada-nya agar kemudian dia bisa menari seperti manusia.Tapi dia ingin lebih banyak lagi, yaitu dia ingin terbang seperti kupu-kupu dewi merasa marah karena ketamaan-nya yang tanpa batas, oleh karena itu telah mengambil lagi kesaktian itu dan dia menjadi lagi Si Tongkat.
Ibu Phannaly Thepphavongsa, kepala rombongan Laos memberitahukan: “Wayang-wayang golek digunakan sebagai instrumen untuk mendidik manusia, memberikan pelajaran-pelajaran tentang cara hidup lebih baik dari manusia. Karena wayang golek menyampaikan pesan, maka akan lebih baik dari pada manusia bicara dan pelajaran-pelajaran itu akan membuat orang lebih lama ingat. Oleh karena itu, peranan wayang golek dalam aktivitas kehidupan adalah sangat penting”.
Para seniman-seniwati pada Festival Wayang Golek Asia Tenggara
(Foto:vov.vn)
Dengan sangat menyukai acara pertunjukan yang sangat signifikan itu, saudari Hoang Thu Giang, penonton dari kabupaten Thanh Xuan, kota Hanoi-salah seorang penonton bertepuk tangan ketika menonton acara ini memberitahukan: “Saya bekerja sepanjang hari dan merasa letih, tapi ketika menonton acara-acara yang bergelora dan bersifat mendidik seperti ini saya merasa santai dan lenyaplah keletihan. Melalui itu, juga menarik pelajaran untuk juga mengajar anak-anak.”.
Setelah hampir dua jam berlangsungnya pertunjukan, penonton cilik Vietnam dapat berpotret dengan para seniman-seniman yang mereka sukai. Para penonton cilik pulang setelah menonton dengan keinginan bahwa pada tahun 2016 Vietnam akan menyelenggarakan Festival Wayang Golek untuk bisa menikmati acara-acara baru dan atraktif./.