“Hari pemutaran film Asia Tenggara” – jembatan pertukaran kebudayaan ASEAN

(VOVworld) - “Hari pemutaran film Asia Tenggara” dengan ikutsertanya para sutradara muda dari Vietnam, Kamboja, Indonesia, Myanmar dan  Thailand baru-baru ini yang berlangsung di kota Hanoi telah meninggalkan kesan-kesan baik kepada para penonton. Ini merupakan kesempatan baik bagi para sutradara muda  di kawasan Asia Tenggara  bertukar pengalaman dan meningkatkan taraf keagliannya

 “Hari pemutaran film Asia Tenggara” – jembatan pertukaran  kebudayaan ASEAN - ảnh 1
Film "Kunjungan terakhir dari saudari Phung
(Madame Phung’s last journey) ciptaan sutradara Nguyen Thi Tham.
(Foto: vov.vn)

Enam  film dokumenter  yang diputar pada “Hari  pemutaran film Asia Tenggara” terdiri  dari film-film seperti “Ke mana saya pergi” (Where I go) ciptaan sutradara  Kamboja, Neang Kavich; “Di belakang layar” (Behind the screen) ciptaan sutradara Myanmar, Aung  Hthway; “Televisi berwarna yang lain” (Another  colour TV) ciptaan sutradara Indonesia, Yovista Ahtajida dan Dyantini Adeline; “Pertimbangan”  (Consider) ciptaan sutradara Thailand, Panu Saeng Xuto; dan dua film Vietnam “Puncak  A Mu Sung” (Mount A Mu Sung) ciptaan sutradara Le Tuan Anh dan “Kunjungan terakhir dari saudari Phung” (Madame Phung’s last journey) ciptaan sutradara wanita Nguyen Thi Tham. Setiap film membawa isi dan pesan yang berbeda dan mengeluarkan masalah-masalah yang patut difikirkan di kalangan masyarakat sekarang. Film “Pertimbangan” ciptaan sutrara Thailand mengungkapkan masalah perubahan gender dari sudut multidimensi di kalangan masyarakat. Film “Televisi berwarna yang lain” ciptaan sutradara Indonesia mencatat situasi yang benar tentang syarat kebudayaan dan ekonomi  dari satu keluarga di satu daerah pinggiran  kota di Indonesia, diantaranya sang ibu menjadi  tokoh sentral. Dia tinggal sendiri di rumah dengan televisi yang juga adalah sahabat satu-satunya bagi dia dalam keluarga. Minh Long, mahasiswa Institut Politeknik Ha Noi memberitahukan: “Ini adalah film-film dari para sutradara  di kawasan, sehingga isi-isinya sangat dekat. Film Kamboja sangat mengharukan, berbicara tentang masalah anak peranakan, membantu saya lebih mengerti tentang sebagian kenyataan orang Kamboja, beberapa orang yang sedang menjumpai kesulitan. Terimakasih, mesikpun saya tidak tinggal di Kamboja untuk bisa  mendekati kenyataan yang sedang mereka alami, tapi film ini sangat sedikit ditayangkan di Televisi.  Film  ini  juga membantu saya  merasakan secara  lebih jelas  kehidupan di tempat lain. Film dokumenter tidak berbunga-bunga  seperti film rekreasi. Film ini berbicara tentang kenyataan dan  lebih bersifat humanisme. Ada aktivitas-aktivitas seperti ini sangat baik. Itulah temu pergaulan dan pertukaran. Hal yang penting ialah warga masing-masing negara  akan lebih mengerti”.

Tidak hanya  ada kalangan muda yang memperhatikan dan menyambut  “Hari pemutaran film Asia Tenggara”, melainkan juga  ada para penonton yang berusia lanjut  seperti  Hoang Hien, seorang penonton di kota Hanoi  yang  mengatakan: “Para sutradara muda  menemukan cara-cara memandang yang sangat unik, kreatif, memberikan banyak hal yang aneh kepada para penonton. Saya sangat berharap akan ada berkali-kali  pemutaran film  seperti ini untuk lebih mengerti tentang semua segi dalam aktivitas kehidupan dan sosial di negara-negara Asia Tenggara. Hanya film dokumenter barulah membantu para penonton mengerti tentang aktivitas kehidupan dari rakyat negara-negara  di kawasan  secara paling nyata dan paling aktual, seperti  kita bisa melakukan kunjungan sendiri”.

 “Hari pemutaran film Asia Tenggara” – jembatan pertukaran  kebudayaan ASEAN - ảnh 2
Temu pergaulan  antara sutradara Kamboja 
dan para penonton
(Foto: vov.vn)

Hari pemutaran film Asia Tenggara” yang berada dalam proyek DocNet Asia Tenggara dilaksanakan di atas dasar ide Institut Goethe dengan sponsor Uni Eropa. Proyek ini dilaksanakan oleh Vietnam, Myanmar dan Filipina. Dalam kerangka proyek ini, juga diselenggarakan kurusus-kursus dengan ikutsertanya para pakar  internasional tentang film dokumenter; lokakarya  tentang kepandaian dari para produser film muda Asia Tenggara. Melalui itu, membantu para produser film muda meningkatkan kemampuan membuat film dokumenter, memperkenalkan film-film ini kepada dunia. Naeng Kavich, sutradara Kamboja memberitahukan: “Aktivitas ini sangat interesan dan siginifikan karena itu membantu saya mengakumulasi banyak pengalaman dan pengetahuan profesi, belajar teori dan praktek. Meskipun datang dari banyak negara, dengan bermacam-macam kebudayaan, tapi aktivitas ini  membantu memperkuat  saling pengertian antar-nagara di kawasan”.


 “Hari pemutaran film Asia Tenggara” – jembatan pertukaran  kebudayaan ASEAN - ảnh 3
Memberikan hadiah kepada film-film bagus
(Foto: vov.vn)

Hari pemutaran  film Asia Tenggara” diselenggarakan dua tahun sekali. Meskipun ini untuk kedua kalinya diselenggarakan, tapi telah mendapat  sambutan hangat  dari  para penonton Vietnam dan  dukungan positif dari  para sutradara muda di kawasan Asia Tenggara. Ini juga adalah salah satu diantara aktivitas-aktivitas untuk memperkuat saling pengertian antara rakyat  dari negara-negara di kawasan yang mengarah ke  pembangunan komunitas bersama ASEAN pada tahun 2015./. 


Komentar

Yang lain