(VOVWORLD) - Pemerintah Indonesia sedang bertujuan menjadi perekonomian terbesar ke-5 di dunia dan pendapatan per kapita sebanyak 23.000 USD pada th 2045. Namun, sebagai negara ke-5 di dunia yang mempunyai persentase anak stunting yang bisa mempengaruhi strategi jangka panjang Indonesia. Presiden Indonesia, Joko Widodo baru-baru ini menargetkan untuk mengurangi persentase anak stunting menjadi 14% pada 2024 dengan penegasan ialah mengintervensi stunting sebagai salah satu prioritas pengeluaran dari Pemerintah pada th 2023. Pham Ha, wartawan tetap VOV di Indonesia menulis artikel yang mengungkapkan upaya-upaya Indonesia dalam memecahkan masalah stunting tersebut.
Dalam hasil pengkajian terbaru, Lembaga Survei Status Gizi Indonnesia atau SSGI dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2021, persentase stunting di negara ini mencapai 24,4%. Dengan demikian, di antara empat anak Indonesia di bawah 5 tahun (anak balita) ada seorang anak yang mengalami stunting. Pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 merebak, UNICEF memprakirakan bahwa lebih dari 2 juta orang anak Indonesia kekurangan gizi berat dan lebih dari 7 juta orang anak balita mengalami stunting. Indonesia dinilai sebagai negara ke-5 di dunia yang mempunyai persentase anak stunting yang tinggi.
Melakukan intervensi gizi kepada anak menjadi prioritas dalam anggaran belanja pemerintah Indonesia pada tahun 2023. Foto: Jakarta Post.jpg |
Tentang sebab-musabab, gizi dianggap sebagai faktor utama yang menimbulkan stunting di kalangan anak-anak, namun itu bukan satu-satunya sebab di Indonesia. Sebab-musabab lainnya terdiri dari kekurangan pengetahuan, kemampuan mengakses layanan kesehatan, kesehatan kaum ibu, faktor-faktor lingkungan, dan sebagainya. Ibu Fahmi Aryati yang putrinya berusia 2 tahun terkena stunting, kekurangan gizi mengatakan:
Dalam sebuah pidato mengawali masa jabatan Presiden kedua pada tahun 2019, Presiden Indonesia, Jokowi menegaskan kembali visi agar Indonesia menjadi satu negara maju pada tahun 2045 dan perekonomian terbesar ke-5 di dunia. Hingga tahun 2045, populasi Indonesia diprakirakan akan melebihi 300 juta jiwa, sedangkan pendapatan per kapita negara ini diharapkan akan mencapai 23.000 USD.
Anak-anak yang kekurangan gizi akan menghadapi banyak kesulitan dalam menjamin prestasi belajarnya di sekolah, bahkan harus putus sekolah. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mencari pekerjaan, pendapatan rendah, dan kemungkinan yang lebih tinggi lagi ialah hidup dalam kemiskinan sepanjang hidupnya. Akibat ekonomi dari situasi stunting tidak hanya masalah perorangan saja, tetapi juga mempengaruhi perekonomian nasional. Bank Dunia memprakirakan bahwa situasi stunting dan masalah-masalah gizi lainnya akan mengurangi Total Produk Domestik sekitar 3% per tahun.
Dalam satu peraturan yang diberlakukan pada tahun lalu tentang percepatan pengurangan stunting di kalangan anak-anak, Presiden Jokowi menetapkan tujuan untuk mengurangi persentase menjadi 10,4% dalam waktu belum sampai dua setengah tahun.
Indonesia adalah negara dengan tingkat anak stunting tertinggi ke-5 di dunia. Foto: Jakarta Post.jpg |
Target ini sangat ambisius, karena dari tahun 2013 hingga 2021, Indonesia hanya berupaya memangkas persentase sekitar 2% per tahun. Namun, Presiden Jokowi menegaskan bahwa target ambisius ini akan dilaksanakan karena investasi pada program-program untuk mengurangi situasi stunting di kalangan anak akan menghasilkan generasi-generasi yang berkualitas di masa depan. Presiden Jokowi menegaskan bahwa interrvensi pada stunting akan menjadi salah satu prioritas pengeluaran dari Pemerintah Indonesia pada th 2023.
Berkonsultasi, menambahkan gizi dan bekerja sama dengan sektor swasta menjadi beberapa langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mengatasi situasi stunting.
Strategi tersebut terdiri dari intervensi-intervensi yang konkret seperti perbaikan gizi di kalangan anak dalam waktu 1.000 hari pertama kehidupan, peningkatan kesehatan ibu setelah melahirkan anak.
Salah satu upaya yang dinilai efektif adalah jejaring lebih dari 1,5 juta relawan yang berpartisipasi dalam pos medis komunitas di seluruh Indonesia, melakukan konsultasi dan memantau pertumbuhan ibu dan bayi, serta mengobati penyakit lumrah, dan konsultasi gizi. Ibu Lilis Srimuliaty, seorang kepala bidan di Sukadami, Jawa Barat mengatakan:
Pemerintah Indonesia juga berkomitmen memperluas sistem jaring pengaman sosial, membantu keluarga miskin agar mereka dapat lebih memperhatikan sistem gizi anak-anak dan ibu hamil. Selain itu, program bantuan pangan non tunai, asuransi kesehatan nasional, peningkatan gizi dalam pendidikan prasekolah agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, dan lain-lain.. semuanya tengah memperbaiki secara berarti situasi stunting, di negara ini.