(VOVworld) – Akan merupakan hal yang pantas disayangkan terhadap siapa saja yang mengunjungi negeri Myanmar, tapi melepaskan peluang memandangi salah satu diantara keajaiban-keajaiban dunia agama, kompleks pagoda emas Shwedagon. Lokasinya di puncak bumi Singuttara, kota kuno Yangon, Shwedagon yang megah dan indah merupakan kebanggaan dan menjadi jantung-nya daerah bumi yang selama ini dianggap sebagai “negeri dari menara-menara emas”ini.
Pagoda Shwedagon - jantung emas di Myanmar
(Foto: tourdulichmyanmar.vn)
Di Kompleks pagoda Shwedagon ada 4 jalan masuk dari kaki bukit. Di setiap jalan masuk, ada pasangan singa dewa yang tingginya 9 meter yang berjaga di dua sisi. Turis biasanya datang ke sini pada waktu senja, karena itulah saat yang paling indah sepanjang hari untuk memandangi keindahan pagoda dengan menara-menara emas yang menerangi satu ruang awan langit. Saudari Christine Wang, seorang turis Hong Kong-Tiongkok memberitahukan: “Saya belum pernah melihat satu kompleks pagoda yang begitu besar seperti itu. Sinar kuning di menara-menara pagoda membuat saya tidak bisa melihat mereka tanpa memicing mata. Harus diakui bahwa pagoda ini merupakan satu bangunan yang luar biasa indahnya”.
Pagoda Shwedagon yang luar biasa indahnya di danau Keluarga Raja
(Foto: thanglongtour.com)
Menurut sejarah, kompleks pagoda Shwedagon yang sudah berusia lebih dari 2 500 tahun mengubah tempat ini menjadi salah satu diantara bangunan-bangunan Buddha yang paling lama baik di Myanmar maupun di dunia. Bangunan ini yang terdiri dari 1 000 pagoda yang besar dan kecil mengelilingi menara pusat yang tingginya 99 meter. Hampir semua pagoda berlapiskan emas. Khususnya, menara pusat dilapisi dengan 20 000 lapisan emas yang tipis dan dihias oleh seribu satu butir batu murni, intan, mutiara merah, genta emas dan genta perak. Di atas puncak menara, ada bendera juga dibuat dari emas yang bertatahkan intan yang beratnya 76 karat (sama dengan 15 gram). Pada malam hari kalau berdiri di halaman yang luas di bawah kaki menara, turis akan melihat intan yang menampilkan bermacam-macam warna seperti kuning, putih, hijau dan lain-lain…Menurut perkenalan saudari Thiri Aung, pemandu wisata di Pagoda Shwedagon, selama banyak abad mendapatkan sumbangan dari para raja dan rakyat Myanmar, sekarang jumlah emas digunakan di pagoda ini menjadi sampai 60 ton. Dia memberitahukan: “Tradisi mempersempahkan emas kepada pagoda Shwedagon dimulai sejak abad ke-15 dan dicetuskan oleh Ratu Shin Sawbu dengan jumlah emas yang sama dengan berat dia sendiri kira-kira 50 Kg. Tradisi itu dijaga sampai sekarang. Di pagoda ini ada sebagian orang yang menerima jumlah uang derma dari rakyat, penganut Buddhis dan penjiarah. Setiap 5 tahun sekali mereka menggunakan jumlah uang derma itu untuk membeli emas dan melapiskan emas pada pagoda”.
Hutan menara emas yang berkilau-klau di pagoda Shwedagon
(Foto: thanglongtour.com)
Kehidupan rakyat Myanmar yang dikaitkan dengan agama Buddha membaut mereka menganggap persembahan emas kepada pagoda kadang-kadang lebih penting dari pada makanan dan minuman sehari-hari. Termasuk bagi kaum miskin, mereka tetap akan bersama-sama memberikan sumbangan selama sepanjang tahun, berupaya keras membeli cukup satu lapisan emas yang tipis untuk dipersembahkan kepada pagoda sehubungan dengan pesta pada hari bulan purnama. Bagi mereka, mempersembahkan emas kepada pagoda merupakan satu bukti sebagai kesetiaan mereka terhadap Sang Buddhis, berharap agar mendapat berkah untuk mendapat kehidupan yang cukup sandang, cukup pandang dan kebahagiaan. Saudari Thiri Aung memberitahukan: “Rakyat memberikan sumbangan kepada pagoda karena mereka percaya bahwa hal itu akan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada kehidupan mereka. Lebih lagi, sebagian besar rakyat Myanmar percaya pada reinkarnasi, oleh karena itu dalam kehidupan setiap orang, mereka berupaya keras memberikan sumbangan kepada pagoda makin banyak makin baik untuk menghimpun kebaikan buat kehidupan berikutnya”.
Menara pokok yang menonjol di latar belakang langit
(Foto: thanglongtour.com)
Di sekitar kaki menara pusat di pagoda Shwedagon ini, ada 8 patung Buddha yang menghadap ke delapan penjuru sebagai simbol dari 7 hari sepekan, khususnya hari Rabu yang dibagi menjadi pagi hari dan sore hari. Di sini, orang akan mengadakan acara mempersembahkan bunga, memandi Sang Buddha, memohon hal-hal baik untuk keluarga dan dirinya sendiri. Bapak Channarong, seorang turis Thailand memberitahukan: “Saya sangt suka ketika datang ke pagoda ini, karena punya kesamaan-kesamaan dengan pagoda-pagoda di Thailand. Warga di sini juga menganut agama Buddha, sehingga sebagian besar mereka akrab dan baik hati. Barang kali, karena itu samakin ada banyak warga Thailand yang suka datang mengunjungi Myanmar”.
Di pintu pagoda Shwedagon, ada pasangan singa dewa yang tingginya
9 meter yang berjaga di dua sisi
(Foto: thanglongtour.com)
Dengan keindahan dan arsitektur yang megah, serta sejah yang lama, pagoda emas Shwedagon merupakan salah satu diantara faktor-faktor pokok yang menyerap kedatangan turis internasional ke Myanmar, khususnya di sebuah negeri yang punya kebudayaan Buddha seperti halnya dengan Vietnam, Thailand, India. Pagoda yang sudah berusia ribuan tahun ini tidak hanya merupakan simbol spiritual dari rakyat di sini, melainkan juga merupakan tempat wisata yang cerah, membantu Myanmar mengembangkan ekonomi setelah resmi dibuka kepada dunia pada tahun 2011.