(VOVworld) - Unik, mengesankan dan atraktif. Begitulah kesan-kesan dari para penonton pada malam temu pertukaran dan pertunjukan kesenian Indonesia-Vietnam yang berlangsung pada Selasa (2 Desember) di kota Hanoi. Peristiwa ini turut menyosialisasikan cirri-ciri khas kebudayaan multi suku dari dua negara, bersamaan itu, mendorong temu pertukaran dan saling pengertian antara rakyat dua negeri Vietnam dan Indonesia.
Duta Besar Indonesia Mayferfas membacakan pidato
pembukaan malam temu pertukaran seni-budaya Indonesia-Vietnam.
(Foto: vov.vn)
Di Akademi Tari Hanoi, malam temu pertukaran seni-budaya Indonesia-Vietnam dibuka dengan bagian pertunjukan dari vokalis Trie Aprina Safitri bersama dengan ansambel musik tradisional asal Indonesia di tengah-tengah tepukan tangan dan keasyikan para penonton. Dua lagu diawali ialah “Kalangkang” dan “Tibelat” yang dipertunjukkan bersama-sama dengan instrument-instrumen musik tradisional seperti Kecapi, Suling. Lagu-lagu ini bicara tentang asmara dari seorang gadis ketika baru jatuh cinta dengan gejolak romantic yang dimilik-nya.
Tarian Maung Lugay (Indonesia)
(Foto: vov.vn)
Malam pertunjukan menjadi lebih bergelora dengan tarian Maung Lugay yang unik dari suku Sunda di Bandung yang dibawakan oleh dua penari Hardyanti Pratiwi dan Agus Badeng. Dalam pakaian tarian tradisional dari suku Sunda yang terdiri dari kain yang turun sampai mata kaki, baju yang berjurai-jurai dan kaya warna, berikat kepala, kakinya tidak bersepatu, dua penari telah membawakan tarian Maung Lugay secara kuat dan kompak. Isi tarian ini bicara tentang kehidupan budaya, adat istiadat tradisional nenek moyang suku Sunda. Yoyon Darsono, seniman dalam rombongan kesenian Indonesia memberitahukan: "Mayung Lugai itu harimau bangkit dan ini diekspresikan dengan gerakan-gerakan yang sangat energik dan dari situ ingin tercipta sebuah keberanian untuk membela yang benar dan keberanian. Jadi tarian ini sebagai ekspresi kegembiraan juga. Jadi memperjuangkan nilai hidup bagi manusia".
Tarian Doger Kontrak (Indonesia)
(Foto: vov.vn)
Dengan tujuan mengadakan temu pertukaran, para mahasiswa Akademi Tari Vietnam juga memberikan kesan-kesan yang mendalam kepada para penonton pada umumnya dan sahabat-sahabat asal Indonesia pada khususnya. Tarian dari gadis etnis Co Tu (Vietnam) telah direkonstruksi oleh para penari Vietnam secara benar melalui gerak-gerak yang lembut dan lincah. Dalam rok yang turun sampai mata kaki, pinggiran rok dan bagian dada dihias dengan kain ikat khas, tarian ini telah berhasil menonjolkan kewanitaan dan keramah-tamahan dari orang etnis Co Tu pada khususnya dan orang Vietnam umumnya. Sedangkan pertunjukan tarian Thai, para mahasiswa Akademi Tari Hanoi dalam kain kuning yang utuh ke bawah, kepalanya dihias dengan bunga Ban putih, tangannya memegang caping tradisional telah memberikan satu nuansa lain kepada para penonton. Semua gerak yang ringan, luwes kadang-kadang timbul dan kadang-kadang lenyap di belakang caping dalam sinar lampu yang remang-remang, sehingga memberikan kepada para penonton tentang keatraktifan dan kemisteriusan dari komunitas orang etnis di daerah pegunungan Vietnam Utara.
Tarian Co Tu (Vietnam)
(Foto: vov.vn)
Malam temu pertukaran seni tari telah benar-benar menjadi satu jamuan kesenian dengan tarian Mojang Priangan yang dipertunjukkan oleh para mahasiswa Akademi Tari Hanoi dengan bimbingan dari para penari asal Indonesia. Do Thi Trang Huyen, penari Akademi tersebut yang ikut pada malam temu pertukaran ini memberitahukan: Tidak terlalu sulit untuk belajar tarian ini, namun untuk benar-benar memanifestasikan secara tuntas semangat tarian ini adalah hal yang tidak sederhana. Dia mengatakan: “Saya adalah salah seorang diantara para peserta temu pertukaran dengan para sahabat Indonesia, saya melihat bahwa tarian Vietnam biasanya lebih dalam dan lembut, sedangkan tarian-tarian Indonesia lebih kuat dan lebih lapang, terkesan lebih bebas. Para penari Indonesia sangat professional”.
Temu pertukaran kesenian Indonesia - Vietnam telah memberikan kesan-kesan dalam hati penonton. Ini tidak hanya merupakan satu pertunjukan kesenian, melainkan juga merupakan peluang untuk mendekati kebudayan dan kesenian Indonesia. Begitulah kesan Dao Thi Yen, mahasiswi Akademi Pariwisata Hanoi setelah temu pertukaran kesenian tersebut. Dia mengatakan: “Saya melihat bahwa kebudayaan Indonesia sangat interesan. Sesudah ikut serta pada pertunjukan ini, saya bisa lebih mengerti tentang sebagian kebudayan negara mereka. Semua tarian mereka sangat indah. Saya berharap supaya aktivitas-aktivitas ini akan diselenggarakan lebih banyak bagi para mahasiswa Vietnam untuk bisa lebih mengerti tentang kebudayaan dari negara-negara tetangga dan memperluas lagi pengertiannya”.
Acara penutupan temu pertukaran seni-budaya Indonesia-Vietnam
(Foto: vov.vn)
Menurut Sadikin, Atase Kebudayaan dan Informasi Indonesia di kota Hanoi, program temu pertukaran seni-budaya ini merupakan salah satu diantara aktivitas-aktivitas khusus untuk mengarah ke peringatan ultah ke-60 penggalangan hubungan diplomatik Vietnam-Indonesia (30 Desember 1955 - 30 Desember 2015) yang akan diadakan pada tahun depan. Satu program temu pertukaran seni-budaya yang serupa juga akan diadakan di Indonesia pada akhir bulan ini. Dia juga menambahkan bahwa program temu pertukaran seni tarian sekali lagi akan diselenggarakan di Institut Musik Hanoi pada Kamis (4 Desember). Ini merupakan peluang bagi massa rakyat Vietnam untuk bisa terus mendekati dan mencari tahu tentang negara multi-budaya, multi-suku Indonesia./.