(VOVworld) - Semua negara Asia pada umumnya dan Asia Tenggara pada khususnya selalu dianggap sebagai tempat asal-usul dari peradaban khas dari umat manusia dengan jumlah pusaka raksasa yang luar biasa yang sedang dijaga dan disimpan. Namun, dengan ciri-ciri-nya sendiri, setiap negara Asia Tenggara merebut keberhasilan sendiri dalam aktivitas-aktivitas mengelola, menjaga dan mengembangkan pusaka. Pada Konferensi ke-4 tentang museum-museum nasional Asia yang baru saja berlangsung di kota Hanoi, semua negara Asia Tenggara telah berbagi pengalaman-pengalaman dalam mengkonservasikan dan mengembangkan nilai-nilai pusaka budaya.
Sebagai satu negara kepulauan terbesar di dunia di kawasan Asia Tenggara, Indonesia telah memperoleh banyak keberhasilan dalam mengkonservasikan dan mengembangkan pusaka budaya. Dari tahun 2009, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia telah mencanangkan program: “Daya hidup Museum” dan museum menunjang kampanye nasional dengan satu pesan yang dekat: “Museum dalam hati saya”. Semua program ini dianggap sebagai upaya meningkatkan kualitas museum demi kepentingan masyarakat dengan fungsi agar supaya masyarakat memahaminya bahwa itu adalah “tempat-tempat yang harus dikunjungi”. Program ini telah mendapat dukungan yang hangat dari semua museum di Indonesia dan bersamaan itu juga dimasyarakatkan melalui bermacam aktivitas. Doktor Intan Mardiana Napitupulu, Direktur Museum Nasional Indonesia memberitahukan: “Sejak mencanangkan kampanye ini dengan pesan yang dekat: “Museum dalam hati saya” telah membuat rakyat Indonesia mengubah lebih banyak lagi pemahaman dalam mencari tahu dan mempertahankan pusaka. Sekarang ini, ada banyak kelompok obyek yang telah berusaha datang ke museum-museum untuk mencari tahu dan menguak tabir banyak pusaka Tanah Air. Bukan demikian, museum sekarang tidak dianggap sebagai tempat yang sepi dan menyedihkan, maka dianggap sebagai tempat wisata yang interesan”.
Sepandangan dengan Doktor Intan Mardiana Napitupulu, Direktur Museum Nasional Indonesia, bapak Kong Virech, Direktur Museum Nasional Kamboja mengatakan: “Sebagai satu negara yang punya banyak museum dan hampir semuanya dibangun pada zaman pejajahan Perancis, oleh karena itu Kamboja juga menjumpai banyak kesulitan dalam pekerjaan mengkonservasikan dan memberikan pendidikan tentang pemahaman rakyat dalam mengkonservasikan dan mengembangkan pusaka. Namun, berkat adanya pekerjaan mendaftarkan benda dan mengelola dokumen dan data basis, sehingga pengelolaan telah dilaksanakan secara baik. Di samping itu, untuk turut mengubah pemahaman masyarakat tentang konservasi pengembangan pusaka, Kamboja juga telah melakukan program-program pendidikan dan pameran spesialis, memperkenalkan peninggalan sejarah yang dicuri untuk mengubah sikap semua orang”.
Candi Borobudur - peninggalan Buddha terbesar di dunia.
(Foto: thdt.vn)
Terhadap Laos, pengalaman mengkonservasikan dan mengembangkan pusaka dilaksanakan pada pokoknya melalu pendidikan tradisi sejarah untuk para pelajar sekolah umum. Direktur Museum Nasional Laos, Phetmalayvanh Keobunma memberitahukan: “Saban pekan, kami berkoordinasi dengan semua sekolah umum mengorganisasi para pelajar datang ke museum untuk mencari tahu tentang pusaka-pusaka, tradisi sejarah yang cemerlang dari bangsa. Melalui semua benda yang dipamerkan secara sistematis dan kedegaran tentang pengarahan di museum, para pelajar akan terukir secara mendalam dalam hati tentang pelajaran-pelajaran poros sejarah Tanah Air. Melalui itu, mereka bisa memanfaatkan informasi-informasi dan ideologi tentang setiap tema tertentu”.
Museum tidak hanya merupakan tempat memamerkan dan menyimpan benda-benda, tradisi budaya khas yang tipikal, melainkan juga merupakan tempat mengendapkan mengkonektivitaskan sejarah bangsa antara masa lampau, masa kini dengan masa depan. Oleh karena itu, pekerjaan mengkonservasikan dan mengembangkan pusaka-pusaka dari umat manusia di semua museum di kawasan akan turut mengkonektivitaskan pusaka budaya manusia dan komunitas bangsa-bangsa Asia Tenggara./.