(VOVworld) - Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK), pada Kamis (23 Juni), menyatakan sudah berhasil meluncurkan rudal balistik jarak menengah Musudan sehari sebelumnya dan menganggap bahwa rudal-rudal itu bisa menyerang kekuatan Amerika Serikat, mengancam sekutu-sekutu Amerika Serikat di kawasan. Kasus iini sekali lagi membangkitkan ketegangan-ketegangan di kawasan, membuat semua upaya keras denuklirisasi di semenanjung Korea mengalami jalan buntu.
RDRK telah terus-menerus meluncurkan dua rudal Musudan
(Foto: Reuters)
Dua kali peluncuran rudal dilaksanakan dari kota pelabuhan Wonsan. Peluncuran rudal pertama yang dilakukan pada pukul 5.58 (watktu lokal) tidak berhasil. Dua jam kemudian pada pukul 8.05, rudal ke-2 diluncurkan dan terbang kira-kira 150 Km. Rudal yang diluncurkan oleh Pyong Yang ialah rudal Musudan, diprakirakan punya jarak tembak kira-kira 3000 Km, cukup sampai ke wilayah Guam, Amerika Serikat di Pasifik. RDRK dianggap memiliki puluhan rudal Musudan. Peluncuran rudal kali ini menandai peluncuran rudal ke-5 terus-menerus yang dilakukan oleh Pyong Yang sejak awal tahun sampai sekarang.
Ketegangan terus terjadi.
Pada saat pemimpin RDRK, Kim Jong-un memuji peluncuran rudal dobel pada tanggal 22 Juni ini sebagai “peristiwa besar”, memperkuat kemampuan serangan nuklir dari Pyong Yang, maka Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di kawasan tidak menilai tinggi peluncuran-peluncuran rudal ini. Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memprotes keras dua peluncuran rudal tersebut dan menganggap bahwa RDRK telah melanggar resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menurut itu melarang Pyong Yang menggunakan semua teknologi rudal balistik. Jepang dan Republik Korea juga menempatkan tentara-nya dalam keadaan siaga dan mencela bahwa dua peluncuran rudal terkini yang dilakukan oleh Pyong Yang akan meningkatkan upaya keras global untuk menentang program senjata RDRK.
Gerak-gerik tersebut berlangsung pada saat RDRK tetap sedang mengalami pengaruh dari perintah larangan dari PBB tentang pengembangan senjata nuklir, penggunaan teknologi rudal balistik. Uji coba rudal ini juga menunjukkan bahwa sanksi yang dikenakan oleh dunia sampai sekarang tetap berpengaruh terhadap kemungkinan RDRK dalam membeli bahan-bahan mental dan teknologi yang perlu untuk memproduksi senjata. Di depan Dialog ke-26 tentang Kerjasama Asia Timur Laut yang diadakan di Beijing, ibukota Tiongkok pada tanggal 22 Juni ini, para Utusan Khusus Amerika Serikat, Republik Korea dan Jepang telah mengutuk keras tindakan provokatif RDRK. Amerika Serikat mendesak negara ini supaya menghentikan segera semua uji coba rudal balistik dan menekankan bahwa tindakan pemerintah Pyong Yang semakin membuat komunitas internasional mendorong embargo terhadap negara ini. Namun, untuk menanggapinya, Utusan Khusus RDRK di depan Dialog tersebut telah membela program pengembangan nuklir RDRK dan menegaskan: Pyong Yang akan tidak pernah melepaskan senjata pembunuh massal kecuali “seluruh dunia melepaskan senjata nuklir”. Wakil RDRK juga mengatakan bahwa perundingan enam pihak tentang program senjata nuklir RDRK “sudah mati”.
Perundingan 6 fihak mengenai Program senjata nuklir RDRK mengalami jalan buntu
Dari awal tahun sampai sekarang ini, RDRK telah terus-menerus meluncurkan rudal, yang perlu mendapat perhatian khusus yalah jenis rudal Musudan, senjata dengan jarak tembaknya dari 3.000-5.500 Km. Pada bulan Mei lalu, negara ini telah melakukan uji coba rudal Musudan kali ke-4, akan tetapi rudal ini telah meledak sebelum dilepaskan dari landasan. Pada akhir April lalu, uji coba doble rudal Musudan juga gagal. Sebelumnya, pada peringatan hari lahir Pendiri RDRK, Kim Il Sung, RDRK melakukan uji coba rudal, akan tetapi tidak berhasil.
Menurut kalangan analis, peluncuran rudal terus-menerus oleh RDRK ada banyak penyababnya, diantara-nya tidak mengecualikan kemungkinan menjumpai tantangan tentang keuangan. Pemerintah Kim Jong Il baru saja menderita sanksi-sanksi baru yang dikenakan PBB yang selama ini bertujuan mencegah negara ini mendekati sistem keuangan internasional. Grup Industri Kaesong Bersama dari RDRK dan Republik Korea ditutup oleh Seoul. Peluncuran tampaknya merupakan langkah-langkah menyerap lagi perhatian dari komunitas internasional yang dipilih Pyong Yang. Juga menurut penilaian kalangan pengamat, mengembangkan rudal berarti mengembangkan senjata nuklir. Senjata nuklir memberikan kepada Pemerintah Pyong Yang kekuatan perundingan dengan bagian sisanya di dunia.
Sampai saat ini, opini umum mengajukan pertanyaan tentang hasil-guna sanksi-sanksi yang dikenakan oleh Dewan Keamanan PBB terhadap RDRK. Tampaknya sanksi-sanksi ini tidak cukup melempuhkan tekat pengembangan senjata nuklir Pyong Yang. Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Republik Korea dan Jepang ingin mendorong langkah-langkah yang lebih kuat untuk membatasi aktivitas-aktivitas keuangan dan sumber daya RDRK. Pada saat Rusia dan Tiongkok ingin mengusahakan satu peraturan yang lebih ringan. Sementara itu, Tiongkok dan Rusia mendukung pandangan yang menganggap bahwa semua sanksi tersebut tidak bisa memecahkan secara pada pokoknya masalah nuklir di semenanjung Korea, maka sema pihak perlu kembali ke orbit perundingan dan dialog. Namun, pada kenyataannya ialah perundingan dan dialog selama bertahun-tahun ini juga tidak memberikan hasil-hasil seperti yang diinginkan.
Dari situasi sekarang, tampaknya sangat sulit diharapkan pada satu solusi untuk mengurangi suhu ketegangan di semenanjung Korea.