(VOVWORLD) - Konferensi ke-55 Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM-55) sedang berlangsung di Phnom Penh, Kamboja. Selain menegaskan tekadnya untuk melaksanakan Rencana Pembangunan Komunitas dan Visi ASEAN setelah tahun 2025, ASEAN terus meningkatkan tanggung jawab, mempertahankan solidaritas, dan mempertahankan peranan sentralnya dalam kerja sama, penegakan, serta penjagaan perdamaian.
Para Menlu ASEAN pada sesi pembukaan Konferensi ke--55 Menlu ASEAN (AMM-55) di Phnom Penh, Kamboja, 3 Agustus. (Foto: Tuan Anh) |
Dengan semangat “ASEAN Bertindak: Bersama-sama menghadapi tantangan-tantangan bersama”, selain kerja sama internal, AMM 55 menekankan usaha menghadapi tantangan bersama dalam konteks kawasan dan dunia tengah mengalami banyak perkembangan yang kompleks, dan di luar dugaan.
Pendirian ASEAN dalam Isu-Isu Regional dan Internasional
Selama ini, ASEAN pada umumnya dan negara-negara anggota ASEAN pada khususnya selalu menetapkan untuk tidak memihak, tetapi hanya demi kepentingan ASEAN. Dengan pandangan yang begitu jelas, ASEAN selalu memiliki pendirian tersendiri terhadap isu-isu internasional dan regional.
Dalam hubungan dengan para mitra, ASEAN mengusulkan agar mitra memanfaatkan sepenuhnya keuntungan yang diberikan oleh hubungan kemitraan strategis dan strategi yang komprehensif, bekerja sama dengan ASEAN untuk membangun komunitas, dan bersama-sama berupaya demi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama. Para mitra mengusulkan banyak langkah kerja sama yang intensif, ekstensif dan beragam untuk membantu ASEAN dalam membangun komunitas, mempercepat pemulihan, dan menuju pembangunan yang berkelanjutan. Di antara inisiatif-inisiatif tersebut selama beberapa waktu terakhir telah muncul konten strategis untuk jangka panjang seperti pertukaran perdagangan, konektivitas antar wilayah, mempersempit kesenjangan, inovasi, transformasi digital, energi, menghadapi perubahan iklim, dan lain-lain. Bersamaan itu, negara-negara menyebut langkah-langkah yang telah dan sedang dilaksanakan seperti kerjasama di bidang kesehatan, keamanan maritim, anti-terorisme, kriminalitas transnasional, dan keamanan siber.
Pada konferensi kali ini, dalam menghadapi isu-isu yang sedang muncul, ASEAN sekali lagi menegaskan pendiriannya yang konsisten pada isu-isu Laut Timur, Myanmar, Ukraina, Semenanjung Korea, ketegangan antara negara-negara besar... ASEAN menegaskan kembali pendiriannya, sekaligus mengimbau semua pihak untuk menjunjung tinggi hukum internasional, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) dan Perjanjian Keakraban dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC). Negara-negara dan para pihak terkait perlu mempertahankan dialog, menegakkan kepercayaan, menjadikan perdamaian sebagai tujuan, bekerja sama sebagai instrumen, menghormati hukum, menahan diri, dan menghindari membiarkan perselisihan dan kontradiksi berubah menjadi konflik. ASEAN juga berbagi dengan mitra tentang kegiatannya untuk melaksanakan konsensus 5 poin tentang Myanmar, kemajuan penyusunan Kode Etik COC untuk menuju ke pembangunan Laut Timur menjadi wilayah laut perdamaian, stabilitas, kerja sama, dan pembangunan.
ASEAN mengeluarkan Pernyataan tentang perkembangan di Selat Taiwan, menyatakan keprihatinan tentang risiko ketidakstabilan, implikasi serius dan tak terduga untuk kawasan tersebut. Pernyataan tersebut mengimbau untuk mengekang diri secara maksimal, mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB dan TAC. Negara-negara ASEAN menegaskan kembali dukungan mereka terhadap kebijakan 'Satu Tiongkok”; menjunjung tinggi pentingnya kerja sama, hidup berdampingan secara damai dan persaingan yang sehat demi perdamaian, keamanan, stabilitas, pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
ASEAN Terus Bersolidaritas, Menciptakan "Brand"
Bisa ditegaskan bahwa ASEAN adalah mitra yang tidak bisa kurang dalam forum-forum multilateral tingkat tinggi di kawasan, peranan sentral ASEAN selalu dihormati. ASEAN sendiri dan mitra dialog besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, Jepang, Republik Korea, India, Australia, dan Selandia Baru telah membentuk saluran dialog tingkat tinggi bilateral (ASEAN+1) dan para mitra ini juga telah mengakui peranan sentral ASEAN dalam mekanisme-mekanisme kerja sama di kawasan. Baru-baru ini, Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Amerika Serikat telah berlangsung dan ditegaskan oleh Presiden Joe Biden sebagai "peristiwa bersejarah", yang akan membuka "era baru" dalam hubungan antara kedua belah pihak, menunjukkan satu cara pendekatan dan visi strategi yang komprehensif dari Washington dengan ASEAN. Presiden Biden menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung dan menghormati peranan sentral ASEAN dan berharap dapat bekerja sama dengan ASEAN untuk meningkatkan hubungan kemitraan ke level yang baru, bergandengan tangan untuk secara efektif menagani tantangan yang timbul di kawasan.
Upacara penandatanganan dokumen perpanjangan TAC untuk Denmark, Yunani, Belanda, Oman, Uni Emirat Arab dan Qatar. (Foto: dangcongsan.vn) |
Selain itu, mekanisme-mekanisme yang dipimpin ASEAN seperti Forum Regional ASEAN (ARF), Kerja Sama ASEAN+3, Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS), Konferensi Menteri Pertahanan ASEAN yang Diperluas (ADMM+), Forum Maritim ASEAN yang Diperluas (EAMF) dengan partisipasi dari negara-negara yang memiliki kepentingan besar di kawasan, semuanya mengakui peranan sentral ASEAN.
Prinsip konsensus memainkan peranan utama dalam proses pembentukan dan pembangunan ASEAN, dan telah menjadi fondasi utama bagi kerja sama Asosiasi selama beberapa dekade terakhir. Ini adalah konsensus, memiliki suara yang sama, yang telah berkontribusi untuk menciptakan brand ASEAN sebagai blok yang solid, membantu ASEAN menjadi motivasi bagi banyak kerja sama di kawasan dan antar-kawasan. AMM 55 terus mengembangkan tanggung jawab, mempertahankan solidaritas, dan mempertahankan peranan sentral dalam kerjasama, penegakan dan penjagaan perdamaian./.