(VOVWORLD) - Presiden Rusia, Vladimir Putin dan timpalannya dari Amerrrika Serikat (AS), Donald Trump berencana melakukan pertemuan puncak pada 16/7 ini di Helsinki, Finlandia. Setelah terjadi serentetan ketegangan, hubungan antara dua negara sedang berada pada tarap paling rendah sejak Perang Dingin, ada saat-saat hampir bisa jatuh pada situasi konfrontasi. Melalui Pertemuan Puncak kali ini, apakah dua pemimpin tersebut bisa menghilangkan semua kontradiksi yang bertumpuk-tumpuk selama ini untuk bisa membina hubungan yang lebih tepercaya pada masa depan atau tidak, menjadi masalah yang sedang mendapat perhatian khusus dari opini umum.
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden AS, Donald Trump |
Ini untuk pertama kalinya Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan resmi sejak Donald Trump masuk ke Gedung Putih dan juga untuk pertama kalinya dua kepala negara ini melakukan pertemuan resmi sejak tahun 2009.
Hubungan yang mengalami banyak kesulitan
Hubungan Rusia-AS dinilai sebagai salah satu di antara hubungan-hubungan negara besar yang paling rumit di dunia. Perbedaan tentang institusi politik, konfrontasi tentang kekuatan militer membuat dua negara ini sulit bisa membina hubungan tepercaya satu sama lain.
Selama 10 tahun lebih ini, hubungan Rusia-AS mengalami banyak peristiwa penting, di antaranya yang patut diperhatikan yalah krisis Ukraina dan bergabungnya Krimea dengan Rusia, intervensi militer Rusia di Suriah, krisis diplomatik Rusia-AS melalui pengusiran para diplomat dan perang mulut yang tidak henti-hentinya berlangsung selama beberapa tahun ini di sekitar bidang pemangkasan senjata nuklir, sistem pertahanan rudal. Semua perselisihan ini membuat kecenderungan hubungan bilateral AS-Rusia berkecenderungan merosot menurut arah terjun bebas.
Sejak Donald Trump berkuasa di AS sampai sekarang, hubungan antara AS dan Rusia tidak lebih baik dari pada dulu. Pada awal April tahun ini, AS meningkatkan langkah dan memperketat sanksi terhadap Rusia di bidang-bidang ekonomi, perdagangan dan keuangan karena bermacam-macam alasan. Dalam serangan racun terhadap manta mata-mata bermuka dua Rusia, Sergei Skripal di Inggris, meskipun bukti baru merupakan tudahan-tuduhan hampa dari Inggeris, pihak AS telah menjadi pelopor dalam perang diplomatik anti-Rusia. Isi undang-undang baru yang diberlakukan oleh Vladimir Putin adalah langkah-langkah Rusia untuk menghukum semua negara, organisasi dan perorangan yang bekerja sama dengan AS dan bersama-sama AS menghukum Rusia. Selama ini, orang sudah amat terbiasa dengan sanksi-sanksi dan pemberian balasan setimpal dari kedua fihak telah menjadi salah satu di antara prinsip-prinsip pembimbing dalam hubungan antara dua negara ini.
Namun, untuk bisa melaksanakan dan menjaga kepentingan politik dan keamanan di mana saja di dunia, Donald Trump memerlukan dukungan dan partisipasi dari Rusia atau ada Rusia yang berjalan seperjalanan masih tetap lebih baik dan lebih kondusif bagi AS. Sementara itu, Vladimir Putin juga mempunyai kebutuhan yang sama dalam hubungan antara Rusia dengan AS dan berminat mendiferensikan AS dengan para sekutu serta para mitra strategis AS di banyak kawasan di dunia. Oleh karena itu, kalau ditinjau secara mendalam, kedua fihak membuat perhitungan dan memberikan perlakuan di tarap yang tidak membuat ketegangan berjalan jauh di luar kontrol.
Sulit ada terobosan, membawa lebih banyak makna simbolik
Untuk menuju ke Pertemuan Puncak kali ini, belakangan ini, dua fihak terus-menerus melakukan gerak-gerik “mencairkan es” melalui pertemuan-pertmuan tingkat tinggi, di antaranya ada kunjungan yang dilakukan delegasi legislator AS di Rusia. Tapi, indikasi positif yang patut diperhatikan yalah keinisiatifan Presiden AS, Donald Trump, ketika dia berturut-turut menyatakan dukungan untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia, menganggap dialog langsung sebagai cara sebaik-baiknya untuk memecahkan masalah-masalah antara dua negara.
Dengan meguasasi “momentum emas” ini, kedua fihak sekarang ini sedang berupaya keras untuk menyiapkan pertemuan yang dinilai amat penting. Namun, menurut penilaian para pakar, pertemuan ini akan memberikan lebih banyak makna simbolik. Dan alih-alih mengusahakan pendirian bersama tentang masalah-masalah sulit seperti Ukraina atau Suriah, Washington dan Moskow akan berfokus untuk membahas langkah-langkah menurunkan ketegangan dalam hubungan AS- Rusia, di antaranya Istana Kremlin pasti akan menggerakkan AS memberikan bantuan untuk memitigasi semua sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia. Dan sangat ada kemungkinan, ini juga merupakan persyaratan yang diajukan oleh AS bagi Rusia untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran, membuat Republik Islam Iran harus menghentikan kehadiran militer di Suriah dan mengekang pengaruh Iran di kawasan.
Berdasarkan pada semua perkembangan sekarang ini, bisa tampak bahwa satu pertemuan puncak belum cukup bagi kedua fihak untuk menghapus semua perselisihan, namun sedikitnya juga merupakan satu kemajuan menurut arah yang tepat guna menghindari bekas jalan dari satu kereta yang sudah runtuh, sehingga mendatangkan satu Perang Dingin yang lain. Hal yang paling penting yalah pertemuan puncak kali ini akan digunakan sebagai “batu loncatan” yang membantu hubungan bilateral “mencairkan es”.