(VOVWORLD) - Tanggal 21 Maret setiap tahun dipilih oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial Sedunia. Dalam konteks meningkatnya konflik, instabilitas ekonomi, krisis iklim, dan meledaknya teknologi, perjuangan melawan diskriminasi rasial di seluruh dunia menghadapi banyak tantangan besar.
Pada tahun 1979, Majelis Umum PBB secara resmi menetapkan tanggal 21 Maret setiap tahun sebagai Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial Sedunia, untuk mengenangkan 69 pengunjuk rasa kulit hitam Afrika Selatan yang dibunuh saat melakukan pawai damai melawan rezim Apartheid di negara ini pada tanggal 21 Maret 1960.
Sekjen PBB, Antonio Guterres berbicara di persidangan ke-55 Dewan HAM PBB (Foto: Salvatore Di Nolfi/AP) |
Keadilan untuk Afrika
Menurut data PBB, saat ini di dunia ada sekitar 200 juta orang keturunan Afrika yang tinggal di Amerika Serikat dan ratusan juta orang lainnya tinggal di banyak negara lain di luar Afrika, seperti: Inggris, Prancis, Brasil, negara-negara kepulauan Karibia. Mereka adalah obyek utama dari diskriminasi rasial di dunia, dan juga adalah orang-orang yang menderita akibat serius dari perbudakan dan kolonialisme pada masa lalu. Dalam laporan hak asasi manusia pada Agustus lalu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) memberitahukan bahwa diskriminasi rasial terhadap orang kulit hitam keturunan Afrika masih meningkat di seluruh dunia. Juru bicara OHCHR, Ravina Shamdasani mengatakan:
“Laporan kami menunjukkan bahwa diskriminasi rasial yang bersifat sistemik terus berdampak negatif terhadap semua aspek kehidupan masyarakat keturunan Afrika. Kematian orang-orang keturunan Afrika selama dan setelah kontak-kontak dengan petugas pelaksana hukum terus terjadi dan ada sedikit kemajuan dalam memberikan hukuman terhadap tindakan ini, tanpa memedulikan upaya-upaya dari pihak keluarga untuk menuntut tanggang jawab”.
Menurut Ibu Epsy Campbell Barr, Ketua Forum Permanen mengenai Keturunan orang Afrika, salah satu prioritas yang perlu segera dilakukan ialah menangani warisan dari masa perdagangan budak dan kolonialisme. Data PBB menunjukkan bahwa sekitar 25-30 juta orang Afrika diperdagangkan untuk menjadi budak dan dipaksa pindah dari Afrika dari pertengahan abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Orang-orang ini diperlakukan dengan buruk, dirampas semua hak politik, sosial-ekonomi, dan keturunannya harus menderita diskriminasi yang sistematis selama beberapa generasi. PBB menganggap hal ini sebagai kejahatan terhadap umat manusia dan beranggapan bahwa keadilan dalam mengatasinya harus dilakukan. Oleh karena itu, selama beberapa tahun terakhir, 15 negara anggota Komunitas Karibia (CARICOM) telah mengawali tindakan hukum untuk memaksa 10 negara Eropa membayar kompensasi materiil dan spiritual kepada orang keturunan Afrika.
Anti diskriminasi rasial di era teknologi
Selain upaya untuk merebut kembali keadilan dan menjamin perlakuan yang adil bagi komunitas orang keturunan Afrika, PBB dan badan-badan fungsional dari organisasi ini selama ini juga lebih banyak memberikan suaranya mengenai munculnya berbagai bentuk diskriminasi rasial baru, dalam konteks radikalisasi sedang berlangsung di masyarakat dan platform-platform teknologi yang membuat penyebaran pikiran-pikiran diskriminasi rasial semakin sulit dikendalikan. Menurut Sekjen PBB, Antonio Guterres, satu tren sangat berbahaya yang muncul dalam beberapa tahun terakhir ialah banyak politisi sayap kanan dan populis di berbagai negara menggunakan argumentasi-argumentasi xenofobia dan diskriminasi rasial demi tujuan politik.
Sekjen PBB memperingatkan bahwa setelah waktu meningkatnya kesadaran yang signifikan tentang anti-diskriminasi rasial, banyak negara kini sedang menyaksikan tren pembalikan, ketika kebijakan-kebijakan dan cara berperilaku yang memiliki unsur diskriminasi rasial meningkat kembali. Selain itu, menurut Sekjen PBB, risiko informasi yang salah dan informasi palsu terkait dengan tema-tema rasial semakin besar ketika teknologi kecerdasan buatan (AI) diterapkan secara luas, sehingga menyebabkan situasi diskriminasi rasial menyebar luas di ruang digital. Oleh karena itu, dalam pesan yang disampaikan pada Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial Sedunia tahun ini, Sekjen PBB Antonio Guterres untuk pertama kalinya menyerukan kepada grup-grup teknologi untuk bergandengan tangan bertindak untuk mengendalikan AI, dengan demikian menghapuskan semua informasi yang berprasangka buruk yang mengkibatkan diskriminasi rasial di dunia./.