(VOVworld) - Putaran perundingan dengan internasional sebagai perantara antara Pemerintah Suriah dan faksi oposisi direncanakan diadakan pada Senin (25/1) di Jenewa, Ibukota Swiss, akan tetapi ditunda sampai 29/1 ini karena semua fihak belum bisa mencapai kesepakatan mengenai beberapa masalah. Akan tetapi, menjelang putaran perundingan ini, tampak-nya semua perselisihan antara berbagai fihak yang bersangkutan telah sebagian dipersempit dan hal ini telah menyulut harapan dalam menghentikan perang saudara yang sudah memakan waktu 5 tahun ini di Suriah.
Pasukan Pemerintah Suriah berada di kota madya Salma
(Foto: Getty)
Menjelang putaran perundingan damai, tentara Pemerintah Suriah merebut keunggulan besar
Pada latar belakang putaran perundingan untuk mengusahakan perdamaian untuk Suriah dengan sponsor dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berlangsung di Jenewa, ibukota Swiss, Tentara Pemerintah Suriah dan pasukan milisia daerah telah merebut hak kontrol terhadap kota madya Rabia setelah terjadi baku tembak yang sengit dengan pasukan pembangkang. Ini merupakan kemenangan yang mempunyai makna strategis dari kekuatan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad dalam waktu belum sampai 2 pekan, setelah menduduki kembali kota madya Salma dari tangan pasukan pembangkang pada 12/1 lalu. Menurut kalangan analis, kota madya Rabia terletak di persimpangan empat dari jalan pengangkutan utama di kawasan. Dengan mengontrol jalan ini, tentara Suriah bisa mencegah gerakan pemberontakan yang menuju ke Selatan. Dan dari situ, tentara akan menggunakan kota madya Rabia sebagai “batu loncatan” untuk memulai operasi di darat, melakukan serangan terhadap berbagai kota madya yang sedang diduduki pasukan pembangkang di sebelah Timur propinsi Idlib.
Sementara itu, laporan dari Stasion Pengawas Hak Manusia Suriah yang berkantor di Inggris memberitahukan: Kemenangan yang dicapai tentara Pemerintah Suriah mendapat bantuan efektif dari serangan-serangan yang dilakukan Angkatan Udara Rusia. Dari 30/9/2015, Rusia memulai operasi serangan udara terhadap semua sasaran pasukan teroris di Suriah menurut permintaan Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, sejak itu sampai sekarang ini, pesawat tempur Rusia telah melaksanakan kira-kira 5.600 serangan bom dan menembakkan kira-kira 100 rudal jelajah dari kapal-kapal induk terhadap sasaran-sasaran teroris di Suriah. Intervensi Rusia telah membalikkan posisi tempur, membantu tentara Suriah merebut keunggulan yang sifnifikan di lapangan, diantaranya ada Latakia (satu propinsi di Suriah Barat), melalui itu meningkatan posisi Presiden Bashar al-Assad.
Kontradiksi tetap masih ada
Putaran perundingan damai Suriah direncanakan akan diadakan pada 25/1, akan tetapi telah ditunda karena semua fihak masih belum bisa mencapai kesepakatan mengenai siapa yang akan mewakili delegasi-delegasi fihak oposisi. Menurut pandangan Jerman, perundingan tersebut meliputi kaum pembangkang Islam, akan tetapi unsur ini akan bukan "kaum teroris extrimis”. Sementara itu, Komite perundingan tingkat tinggi dari koalisi pimpinan Arab Saudi memberitahukan telah menyampaikan daftar yang beranggotakan tiga wakil untuk menghadiri perundingan tersebut. Namun, daftar ini dikecam keras karena ada nama Mohamed Alloush, benggolan kaum pembangkang Tentara Islam dengan peranan sebagai kepala delegasi-nya. Pemerintah Suriah selalu menganggap bahwa Tentara Islam dan beberapa kelompok bersenjata yang lain adalah “teroris”, pasukan yang mereka tidak pernah melakukan perundingan dengannya. Disamping itu, Pemerintah Suriah menyerukan memperluas unsur perwakilan faksi oposisi untuk kelompok- kelompok bersenjata orang Kurdi. Fihak Rusia juga menolak rekomendasi yang diajukan oleh Arab Saudi dan meminta agar perundingan itu harus dihadiri oleh mantan Deputi Perdana Menteri Suriah, Qadri Jamil dan para pemimpin kekuatan orang Kurdi di Suriah.
Harapan mulai tersulut
Sampai saat ini, tampaknya satu kompromi telah tercapai, menurutnya, dua delegasi perwakilan oposisi yang terpisah bisa menghadiri Konferensi damai di Jenewa, Ibukota Swiss. Meneteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), John Kerry menegaskan bahwa sampai sekarang ini, semua fihak telah mencapai kesepakatan tinggi mengenai perihal segera setelah menyelesaikan putaran pertama dari perundingan damai Suriah, kelompok bantuan internasional Suriah dipanggil, karena tidak ada yang ingin proses ini mengalami penundaan. Namun, Menlu John Kerry juga mengakui bahwa tantangan-tantangan tetap ada pada waktu mendatang. Karena masalah mengusahakan jawaban untuk masalah Suriah tidak sederhana dan akan memerlukan banyak waktu.
Satu masalah lain yang dianggap berpengaruh tidak kecil terhadap proses perdamaian di Suriah yalah masa depan Presiden Bashar al-Assad. Pada saat pekembangan-perkembangan di medan perang merupakan penegasan paling kuat tentang pendirian Moskwa tentang masa depan politik Presiden Bashar al-Assad, maka AS masih tetap mempertahankan pandangan bahwa perang saudara di Suriah tidak bisa berakhir, karena Presiden Bashar al-Assad tidak ubahnya seperti magnet yang menyerap terorisme, kekerasan dan pasukan mujahidin - para orang yang akan terus bertempur, selama dia tetap memegang jabatan. Akan tetapi, dalam satu upaya yang dianggap bertujuan mengusahakan kompromi, AS telah tidak menyebut tuntutan untuk memaksa Bashar al-Assad mengundur diri sebagai satu prasyarat dari proses transisi politik di Suriah.
Semua perkembangan tersebut dianggap sebagai harapan terakhir dengan upaya-upaya yang tidak henti-hentinya dari komunitas internasional dalam memecahkan bentrokan di Suriah. Lebih dari pada siapapun, rakyat Suriah justru merupakan orang-orang yang sedang menunggu-nunggu “fajar perdamaian” di negeri yang pernah tenggelam dalam “malam gelap peperangan” yang sudah memakan waktu 5 tahun ini.