(VOVworld) – Pada Selasa (3 Maret), Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu membacakan pidato di depan Kongres Amerika Serikat untuk menyatakan kekhawatiran Israel tentang permufakatan internasional nuklir Iran yang sedang dirundingkan oleh Amerika Serikat dan beberapa sekutunya guna cepat tercapai. Meskipun, tahu jelas tidak mendapatkan sambutan dari Gedung Putih, tapi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menerima karena langkah-langkah yang penuh dengan perhitungan menjelang pemilihan umum Israel pada 17 Maret ini.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memperingatkan kepada
Amerika Serikat tentang permufakatan nuklir dengan Iran
(Foto: vietbao.vn)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tiba di Amerika Serikat pada Minggu (1 Maret) atas undangan Ketua Parlemen John Boehner, legislator Partai Republik tanpa melalai saluran diplomatik resmi dari Gedung Putih. Sebelum naik pesawat terbang, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa dia datang ke Washington dengan satu missi sejarah yaitu mendesak Kongres Amerika Serikat menyepakati sanksi-sanksi baru terhadap Iran. Kunjungan ini berlangsung 4 pekan sebelum waktu terakhir bagi satu permufakatan kerangka tentang masalah nuklir Iran pada tanggal 31 Maret ini, menuju ke tercapainya permufakatan-permufakatan yang bersifat teknis selambat-lambatnya pada tanggal 30 Juni mendatang.
Gedung Putih tidak menyalakan lampu hijau.
Satu hal yang pasti ialah dalam kunjungan ini, baik Presiden Amerika Serikat, Barack Obama maupun Menteri Luar Negeri John Kerry semuanya tidak menemui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Alasannya yang diajukan oleh Gedung Putih ialah menurut tradisi, Presiden Amerika Serikat tidak menemui pemimpin asing menjelang pemilihan umum negara mereka. Sebelumnya, Presiden Barack Obama mengecam kunjungan Benjamin Netanyahu di Amerika Serikat atas undangan Ketua Parlemen John Boehner tanpa melalui Gedung Putih sebagai melanggar prinsip-prinsip dasar dalam hubungan dua negara. Sementara itu, Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden juga akan tidak berada di depan acara dengar pendapat, meskipun menurut kebiasaan, ketika ada pemimpin asing yang membacakan pidato di depan Kongres, Wakil Presiden harus hadir. Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Susan Rice mengecam Ketua Parlemen John Boehner yang telah mengundang Benjamin Netanyahu untuk membacakan pidato di depan Kongres Amerika Serikat pada saat hanya dua pekan sebelum pemilihan umum Israel tidak sesuai dengan persekutuan ketat Amerika Serikat-Israel. Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan bahwa hubungan antara Israel dan Amerika Serikat tidak bisa turun sampai tarap hubungan antara Partai Likud di Israel dan Partai Republik di Amerika Serikat - dua Partai yang mengikuti garis politik konservatif.
Langkah percaturan politik
Perdana Menteri Israel tampaknya memprakirakan dulu reaksi-reaksi dari Gedung Putih, namun bagi dia, mengusahakan opini umum menjelang pemilihan umum di Israel pada 17 Maret ini adalah hal yang lebih penting. Kenyataan menunjukkan pada saat yang sudah dekat dengan hari pemilihan umum di Israel, berhadapan dengan lawannya Isaac Herzog dari Partai Buruh, Benjamin Netanyahu sedang melakukan lobi politik untuk dia sendiri dengan memindahkan titik berat ke masalah-masalah luar negeri untuk menghadapi kedok dalam kampanye pemilihan yang menyasar pada masalah-masalah ekonomi dan politik dalam negeri yang sedang sulit dia hadapi. Oleh karena itu, penggunaan masalah nuklir Iran dianggap sebagai opsi optimal karena Iran sejak lama dianggap sebagai ancaman yang langsung berbahaya baik di depan mata maupun jangka panjang terhadap keamanan Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu justru merupakan orang yang terus-menerus mengecam perundingan dengan Iran. Dia mengatakan bahwa dalam perundingan-perundingan belakangan ini, Amerika Serikat telah banyak memberikan konsesi pada saat Teheran tetap punya ambisi memproduksi senjata nuklir dan hal ini tidak hanya mengancam keamanan Israel, melainkan juga menimbulkan instabilitas di kawasan Timur Tengah dan seluruh dunia. Sehari sebelum membacakan pidato di depan Kongres Amerika Serikat dan di depan Komisi urusan masalah-masalah umum Amerika Serikat-Israel (AIPAC), satu kelompok lobi pro-Israel di Washington, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan kekhawatiran bahwa upaya Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dalam mengusahakan permufakatan nuklir dengan Iran mengancam hidup matinya Israel.
Alasan kedua yang membuat Benjamin Netanyahu membacakan pidato di depan Kongres Amerika Serikat ialah warga Israel ingin melihat Perdana Menteri mereka memanifestasikan secara kuat pandangan Israel di depan para legislator Amerika Serikat. Oleh karena itu, suksesnya dalam pidato di depan Kongres Amerika Serikat pada Selasa (3 Maret) sudah berarti separo sukses tercapai di kampung halamanya bagi Benjamin Netanyahu.
Hubungan Amerika Serikat dan Israel sudah sejak lama telah menjadi masalah penting di gelanggang politik dua negara. Israel selama ini merupakan sekutu strategis bagi Amerika Serikat di Timur Tengah. Namun, Benjamin Netanyahu menyatakan di depan Konferensi tahunan AIPAC pada Senin (2 Maret) bahwa persekutuan Amerika Serikat-Israel sedang lebih erat dari pada yang sudah-sudah, akan terus berkembang dan Gedung Putih menolak informasi akan memutus bantuan kepada Israel, tapi pada kenyataannya, hubungan antara dua negara telah mengalami kontradiksi-kontradiksi. Kunjungan yang penuh dengan perhitungan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu di Amerika Serikat membuat kontradiksi ini semakin mendalam./.