(VOVWORLD) - Hubungan Amerika Serikat (AS)-Tiongkok sekali lagi menjadi titik fokus bagi media dunia setelah AS terus-menerus menuduh Tiongkok telah menyembunyikan informasi tentang virus SARS-CoV-2, sehingga membuat pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia. Tidak berhenti di situ, Presiden AS, Donald Trump juga mengancam akan mengenakan tarif baru terhadap Tiongkok sebagai satu langkah balasan. Nampaknya, pandemi Covid-19 bisa menjadi satu peluang bagi AS dan Tiongkok untuk memperbaiki hubungan, tapi dalam kenyataannya meningkatkan kontradiksi-kontradiksi pokok antara dua negara ketika dua negara ini melakukan persaingan tentang pengaruh ekonomi dan politik global.
Ketegangan hubungan AS-Tiongkok pada pandemi Covid-19 (Foto: AFP) |
Krisis yang ditimbulkan oleh wabah Covid-19 telah dan sedang menyeriusi lagi hubungan yang menegangkan antara AS dan Tiongkok. Wabah ini telah mematahkan situasi tenteram sementara antara dua pihak setelah permufakatan dagang tahap pertama ditandatangani pada awal tahun ini. Wabah Covid-19 bukan merupakan sebab yang menimbulkan kesulitan-kesulitan baru dalam hubungan AS-Tiongkok, tapi hanya mendorong lagi kecenderungan-kecenderungan yang sudah ada selama bertahun-tahun ini ketika dua negara melakukan persaingan tentang pengaruh ekonomi dan politik global.
Tuduhan terus-menerus dari AS
Dalam berbagai pembicaraan telepon pada awal bulan Februari lalu, Presiden Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump berjanji akan melakukan kerjasama untuk menanggulangi merebaknya wabah Covid-19, tapi hingga kini, opini umum belum mencatat peluang kerjasama manapun yang sebenarnya. Bahkan, kalangan pengamat menilai bahwa sungguh tidak realis ketika berharap pada perubahan hubungan AS-Tiongkok menurut arah yang baik berkat krisis wabah Covid-19. Dan hal ini telah benar ketika semua kecurigaan tentang ketransparanan dalam pencegahan dan penanggulangan wabah Covid-19 yang dilakukan oleh Tiongkok telah menjadi pemantik api ketegangan antara negara ini dengan Barat, konkretnya AS.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Mike Pompeo, di kanal televisi ABC menyatakan “ada banyak bukti” yang menunjukkan bahwa virus corona tipe baru yang menyebabkan wabah Covid-19 berasal dari satu laboratorium di Kota Wuhan. Sementara itu, dalam keterangannya kepada wartawan di Gedung Putih pada tanggal 30 April lalu, Presiden AS, Donald Trump menekankan kecemasannya tentang peranan Tiongkok tentang asal-usul dan penyebaran virus SARS-CoV-2 yang sedang diletakkan di atas upaya membina permufakatan dagang dengan Tiongkok. Presiden AS menilai bahwa Beijing mungkin telah tidak bisa mengekang wabah atau dengan sengaja membiarkan virus ini menular. Menurut pemimpin AS, Tiongkok dan AS telah menandatangani satu permufakatan dagang. Tiongkok telah sepakat akan membeli komoditas-komoditas AS dan dalam kenyataannya telah banyak membeli. Tapi hal itu sekarang ini telah menjadi tidak penting lagi terbanding dengan apa yang sedang terjadi terhadap virus. Situasi sekarang ini tidak bisa diterima.
Pernyataan Presiden AS ini dikeluarkan pada latar belakang ada banyak sumber berita yang memberitahukan bahwa AS sedang mengusahakan tindakan balasan terhadap Tiongkok karena bersangkutan dengan pekerjaan menangani wabah Covid-19 dari negara ini dan menuduh Tiongkok yang menyembunyikan informasi tentang virus SARS-CoV-2. Para pejabat senior Pemerintah AS telah melakukan perbahasan tentang langkah-langkah yang dimungkinkan seperti meminta santunan keuangan.
Dampak-dampak yang negatif
Menurut kalangan analis, faktor-faktor yang membuat hubungan bilateral AS-Tiongkok menjadi dingin akan tidak berubah dan tetap ada ketika pandemi ini melemah. Nampaknya putaran yang menurun ke bawah dari hubungan bilateral telah mengalami eskalasi dan memasuki satu periode baru dengan lebih banyak risiko mengarah ke situasi konfrontasi.
Kenyataannya ialah dalam menghadapi serangan terus-menerus dari pihak para pejabat AS sejak pandemi Covid-19 merebak, Tiongkok telah memberikan balasan-balasan keras. Tiongkok menyatakan telah berperilaku secara terbuka, transparan dan bertanggung-jawab dalam perang melawan pandemi, berbagi informasi kepada komunitas global dan segera mulai menggerakan kerjasama internasional pada waktu secepat mungkin.
Di aspek internasional, pada latar belakang jumlah pengidap Covid-19 menjadi lebih dari 3,6 juta orang, dengan lebih dari 250.000 kasus kematian, perdebatan sengit antara AS dan Tiongkok telah memecah-belah komunitas internasional. Menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, satu komunitas internasional yang dipecah-belah akan mengurangi kemampuan membantu negara-negara miskin dalam perang melawan pandemi, karena AS dan Tiongkok merupakan dua negara penting. Sumbangan yang diberikan oleh Tiongkok dan AS kepada perang melawan wabah Covid-19 dan memecahkan masalah-masalah internasional yang lain adalah sangat perlu.
Memang sudah berselisih tentang serentetan masalah panas, sangkaan semula pandemi Covid-19 bisa menjadi satu peluang bagi AS dan Tiongkok untuk memperbaiki hubungan, mengurangi laju kecendrungan berbentrokan antara dua negara, tapi dalam kenyataannya, hingga saat ini, hubungan AS-Tiongkok jatuh pada ketegangan yang baru.