(VOVWORLD) - Pemerintah Spanyol mengeluarkan ultimatum kepada Katalonia, menangkap pemimpin organisasi penuntut kemerdekaan di kawasan Katalonia, menggunakan “tangan besi” untuk mencegah gerakan separatis. Semua perkembangan di Spanyol ini sedang menaikkan kontradiksi antara pemerintah pusat dengan kawasan otonomi Katalonia ke taraf yang lebih berbahaya, belum ada jalan keluar.
Demonstrasi menuntut kemerdekaan di Katalonia (Foto :AFP/VNA) |
Semua upaya keras melakukan perundingan tetap sedang berlangsung tapi belum cukup untuk menyembuhkan perpecahan dan perselisihan. Pada saat pemerintah Katalonia menandatangani pernyataan kemerdekaan, meski ditunda pelaksanaannya untuk mencari kesempatan dialog, maka pemerintah pusat Madrid menyatakan tidak memberikan konsesi, meminta jawaban yang jelas “ya atau tidak” mendeklarasikan kemerdekaan?
Memberi ultimatum merampas hak otonomi
Batas waktu terakhir terakhir yang diajukan Madrid kepada Katalonia yalah Hari Kamis (19/10), pemimpin kawasan ini harus jelas memberi jawaban “ya atau tidak” mendeklarasikan kemerdekaan, memisahkan diri dari Spanyol. Kalau jawaban tidak selayaknya, Katalonia akan menghadapi akibat serius, menurutnya, Spanyol akan mengaktifkan pasal 155 Undang-Undang Dasar (UUD) yang mengizinkan Madrid mengenakan wewenang langsung terhadap kawasan otonomi Katalonia dan mengorganisasi pemilihan di kawasan ini.
Krisis dimulai ketika Katalonia mengadakan referendum tentang pemisahan diri dari Spanyol pada 1/10 ini, tanpa memperdulikan tentangan Madrid. Berdasarkan pada hasil referendum ini, dalam sidang parlemen Katalonia pada 10/10, pemimpin Katalonia telah menandatangani pernyataan untuk memisahkan diri dari Spanyol, tapi menunda pelaksanaan-nya. Dalam menghadapi pernyataan tersebut, para pemimpin Katalonia berseru supaya ada waktu 2 bulan untuk melakukan dialog, bersamaan itu meminta kepada Madrid supaya menghentikan semua penindasan di Katalonia.
Penindasan yalah disinggung pimpinan Katalonia ialah perintah Mahkamah Agung Spanyol pada Senin (16/10), menangkap pemimpin dari dua organisasi terbesar yang menuntut kemerdekaan di kawasan Katalonia dengan alasan melakukan investigasi atas kejahatan menghasut kekacauan. Hal ini menimbulkan beberapa demonstrasi dan pawai besar di Katalonia selama beberapa hari ini, menimbulkan destabilias serius di kawasan.
Asal usul kontradiksi
Kalau melihat kembali masa lampau, kontradiksi antara pemerintah pusat Spanyol dengan Katalonia pada kenyataannya telah ada sejak 3 abad lalu, ketika raja Spanyol, Philip V menduduki Barcelona pada tahun 1714. Pada tahun 1932, para pemimpin kawasan ini menyatakan membentuk Republik Katalonia. Pemerintah Spanyol telah menyetujui Katalonia menjadi kawasan otonomi. Katalonia kehilangan hak otonomi pada tahun 1939 pada zaman pemimpim baru Spanyol dan perjuangan menuntut kemerdekaan digerakkan dari waktu itu sampai sekarang seperti api dalam sekam.
Pada tahun 2006, Katalonia mencapai kemajuan besar ketika melakukan perundingan dengan Madrid tentang hak istimewa yang menuntut pengakuan kawasan ini sebagai “negara”. Akan tetapi, pada tahun 2010, Mahkamah Konstitusi Spanyol mengajukan vonis yang menolak tuntutan tersebut, sehingga suara untuk menuntut kemerdekaan meledak kuat.
Sebagai kawasan yang kaya dengan taraf industrialisasi yang paling tinggi di Spanyol, ditambah dengan destinasi wisata terkenal yang menyerap kedatangan banyak wisatawan, meski hanya menduduki 6% wilayah Spanyol dan 16% jumlah penduduk, tetapi Katalonia memberikan 1/5 GDP Spanyol. Justru karena itu membantu Katalonia menguasai lebih banyak hak istimewa terbanding dengan kawasan yang lain di Spanyol. Dalam taufan utang publik dari Eropa dengan banyak kesulitan dari kawasan ini selama bertahun-tahun belakangan ini, suara menuntut penindasan menjadi lebih kuat dari pada yang sudah-sudah. Katalonia mengeluh bahwa mereka menyetor jumlah pajak besar kepada pemerintah Spanyol tetapi yang diterima kembali tidak setimpal.
Katalonia menuntut pemisahan diri dari Spanyol, titik balik menuju ke mana (Foto : AFP/VNA) |
Jalan belok mana untuk Katalonia?
Menurut kalangan analis, tanpa memperdulikan bagaimana perkembangan yang akan datang, tetapi di depan Katalonia adalah satu penggalan jalan panjang yang sulit. Kalau dengan tegas memisahkan diri, hasil referendum atau pemungutan suara yang independen manapun di parlemen Katalonia pasti akan tidak pernah diakui oleh Spanyol.
Hal ini akan disusul dengan destabilitas-destabilitas dan kekacauan ketika demontrasi-demonstrasi besar akan meledak. Pada kenyataan-nya, pernyataan kemerdekaan sangat sulit terlaksana karena kewarganegaraan dari banyak orang Katalonia yang menolak pemisahan karena tidak mau dengan mendadak bertukar kewarga-negaraan. Pemerintah-pemerintah asing dan organisasi internasional ada banyak kemungkinan tidak mengakui pernyataan kemerdekaan, sehingga Katalonia menjadi negara yang dicampakkan di tengah-tengah benua Eropa.
Sedangkan, kalau skenario pemisahan tidak terjadi, Katalonia menghapuskan referendum, sangat ada kemungkinan pemerintahan pusat harus berkompromi tentang beberapa hal, menyerahkan kepada mereka hak otonomi yang lebih besar lagi, di antaranya ada kemungkinan Katalonia mendapat hak mengontrol pajak-pajak daerah. Soal ini juga menimbulkan destabilitas-destabilitas baru ketika ada kesenjangan yang tidak merata antarkawasan di Spanyol, menciptakan preseden buruk untuk benih-benih perpecahan dalam internal masyarakat.
Setelah lima dekade Katalonia bersama-sama eksis di tengah-tengah dalam hati Spanyol, Katalonia sedang melakukan langkah-langkah catur vontura dengan pernyataan kemerdekaannya, melakukan perundingan, berkompromi, mengusahakan solusi yang dibuat sementara bisa diterima antara dua fihak adalah hal yang perlu sekarang ini. Karena, walaupun berbelok ke arah mana pun, berpisah atau tidak, semua-nya meninggalkan akibat-akibat yang sulit diduga, sehingga semua fihak harus membuat perhitungan yang benar-benar cermat.