(VOVworld) – Pada masa belakangan ini, situasi di semenanjung Korea menjadi tegang kembali ketika semua fihak bersangkutan terus- menerus meningkatkan gerak-gerik militer. Hal ini membangkitkan kecemasan tentang tahap instabilitas baru dalam hubungan antar dua bagian negeri Korea, menciptakan rintangan-rintangan terhadap usaha mengadakan kembali perundingan-perundingan 6 fihak tentang denuklirisasi di semenanjung Korea.
Serdadu-serdadu Amerika Serikat dan Republik Korea
melakukan latihan perang di Yeoncheon pada bulan Mei 2013
(Foto: vietnamplus.vn)
Situasi di semenanjung Korea menjadi panas kembali pada latar belakang Amerika Serikat dan Republik Korea melakukan latihan perang periodik tahunan. Pada waktu ini juga, Republik Demokrasi Rakyat (RDR) Korea terus-menerus melakukan uji coba puluhan rudal jarak pendek ke lepas laut negara ini. Semua gerak-gerik di atas berlangsung pada latar belakang Republik Korea akan memperingati ultah ke-4 (26 Maret 2010) hari kapal Angkatan Laut Cheonan Republik Korea secara mendadak meledak dan tenggelam di Laut Kuning, sehingga 46 awak kapal tewas. Tim investigasi internasional yang dikepalai oleh Seoul telah menyampaikan kesimpulan bahwa kapal itu terkena torpedo RDR Korea, akan tetapi tuduhan ini telah ditolak oleh Pyong Yang.
Mendemosntrasikan kekuatan militer
RDR Korea mengkonformasikan telah meluncurkan puluhan rudal jarak pendek ke pantai laut sebelah Timur dari negara ini selama dua minggu ini untuk memanifestasikan sikapnya terhadap latihan perang bersama Amerika Serikat-Republik Korea yang dimulai dari awal Februari lalu dan akan berkepanjangan sampai pertengahan April mendatang. Semua rudal yang diluncurkan oleh RDR Korea merupakan jenis rudal FROG jarak pendek darat ke darat yang pernah digunakan oleh Uni Soviet pada tahun-tahun 60-an abad lalu. Uji coba peluncuran rudal bertubi-tubi yang dilakukan Pyong Yang mencemaskan opini umum tentang ketegangan-ketegangan baru di kawasan. Untuk menjelaskan tindakanya, Pyong Yang terus-menerus mencela latihan-latihan perang bersama Amerika Serikat-Republik Korea dan menganggap itu sebagai tindakan agresi. Pyong Yang beranggapan bahwa uji coba peluncuran rudal ini hanya merupakan latihan- latihan normal dan sukses di wilayah negara ini dan tidak menyasar fihak manapun.
Pada latar belakang itu, pada Senin (24 Maret) Republik Korea melakukan lagi gerak-gerik mengguyur minyak ke dalam api ketika memberitahukan akan membiayai dana sebanyak USD 7 miliar untuk membeli pesawat terbang supermodern F.35 dari perusahaan Lockheed Martin. Kontrak pembelian jenis pesawat terbang ini bertujuan memperkuat kekuatan pertahanan udara untuk Seoul pada saat ketegangan di kawasan perbatasan dengan RDR Korea tetap sedang serius. Seoul juga memberitahukan akan membeli 4 pesawat terbang tanpa pilot Global Hawk dari perusahaan Northrop Grumman untuk memperkuat aktivitas patroli di kawasan perbatasan dengan RDR Korea.
Kecaman dan deterensi sebagai pengganti dialog.
Pada latar belakang peningkatan ketegangan di semenanjung Korea, seorang juru bicara dari pasukan rudal strategis RDR Korea mengecam Republik Korea dan Amerika Serikat menimbulkan situasi tersebut ketika mereka melakukan latihan perang tahunan berskala besar sebagai tindakan provokatif. Bahkan juru bicara ini juga menunjukkan bahwa jika tindakan provokatif Amerika Serikat dan Republik Korea berjalan terlampau jauh, maka semua latihan penembakan rudal bisa berganti dari bela diri menjadi memberikan balasan.
Wakil Duta Besar RDR Korea di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ri Tong Il, pada Senin (24 Maret), mengatakan bahwa Amerika Serikat hanya memperhatikan usaha menghasut ketegangan di semenanjung Korea, menuduh prasyarat-prasyarat yang diajukan Washington untuk mengadakan kembali perundingan 6 pihak tentang denuklirisasi semenanjung Korea hanyalah dalih untuk menolak dialog. Dia juga memperingatkan bahwa RDR Korea akan melakukan langkah-langkah menghadapinya jika Amerika Serikat tidak menghentikan tindakan-tindakan menunda-nunda dialog. Namun, pejabat diplomat ini juga menegaskan bahwa Pyong Yang tetap membuka perundingan tanpa memaksankan sebarang prasyarat manapun.
Bersangkutan dengan masalah ini, pada Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan nuklir ke-3 di Denhaag, Belanda, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon mendesak RDR Korea supaya cepat memecahkan masalah-masalah yang masih ada melalui langkah damai.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Republik Korea, Kim Kwan-jin mencela bahwa peluncuran rudal yang berkali-kali dilakukan Pyong Yang dalam waktu pendek telah menimbulkan ketegangan di semenanjung Korea. Kim Kwan-jin menyatakan bahwa Republik Korea tetap masih mempertahankan kewaspadaaan terhadap RDR Korea yang menambahkan tindakan provokatif. Semua latihan perang yang dilakukan Washington dan Seoul hanya demi tujuan defensif saja.
Meskipun semua peluncuran rudal yang dilakukan RDR Korea tidak menyasar pada sasaran manapun, akan tetapi semua gerak-gerik Pyong Yang dan Republik Korea akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa situasi di semenanjung Korea tetap berada dalam ketegangan. Hal ini jelaslah tidak menguntungkan semua fihak./.