(VOVWORLD) - Menghadapi eskalasi kekerasan yang serius dalam beberapa hari terakhir antara orang Palestina dan Israel di Tepi Barat, komunitas internasional telah dan sedang memperkuat upaya untuk menghentikan pertumpahan darah dan menegakkan kembali stabilitas di Timur Tengah.
Setelah berbulan-bulan untuk sementara mereda, pada pekan lalu, kekerasan telah meledak secara serius di kawasan Tepi Barat antara orang Palestina dan Israel. Pengumuman resmi dari Palestina dan Israel menunjukkan: setidaknya 16 orang di kedua belah pihak telah tewas dan puluhan orang lainnya terluka dalam kekerasan yang baru dan dianggap sebagai paling berlumuran darah di Tepi Barat dalam beberapa tahun ini.
Orang Palestina mencari perlindungan setelah pasukan Israel menyerbu kota Jenin yang diduduki di Tepi Barat pada tgl 26 Januari 2023. Foto: AFP |
Kekerasan Yang Berlumuran Darah di Tepi Barat
Kekerasan itu berasal dari penggerebekan yang dilakukan tentara Israel terhadap kamp pengungsi orang Palestina di Tepi Barat Utara pada tgl 26 Januari. Pengumuman dari tentara Israel mengatakan, penggerebekan tersebut bertujuan mencegah rencana penyerangan terhadap wilayah Israel yang dilakukan cabang Palestine Islamic Jihad (PIJ). Sementara itu, kelompok mujahidin PIJ cabang Jenin menyatakan bahwa para anggotanya telah berjuang melawan tentara Israel dengan senapan dan alat peledak yang dipasang sebelumnya. Pada akhir tgl 26 Januari, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa sembilan orang Palestina sudah tewas dan 20 orang lainnya luka-luka dalam bentrokan di Jenin.
Sehari setelah serangan tersebut, seorang pria Palestina berusia 21 tahun melakukan pemberondongan di dalam sebuah sinagoga Yahudi di Yerusalem (juga di Tepi Barat), sehingga menewaskan tujuh orang Israel dan melukai 10 orang lainnya.
Segera setelah serangan tersebut, polisi dan tentara Israel telah menahan puluhan orang Palestina untuk diinvestigasi.
Pada pihak Palestina, gerakan Islam Hamas di Jalur Gaza dan kelompok PIJ di Tepi Barat telah mengimbau seluruh orang Palestina supaya melakukan tindakan balasan terhadap Israel. Sementara itu, Pemerintahan Palestina menyatakan penghentian segera rencana kerja sama keamanan dengan Israel di Tepi Barat.
Nakes medis di lokasi penembakan di sinagoga Yahuni, zona pemukiman Neve Yaakov, Yerusalem pada tgl 27 Januari. Foto: AP |
Segera Mengakhiri Kekerasan, Menegakkan Kembali Stabilitas di Timur Tengah
Menghadapi kenyataan tersebut, banyak pengamat regional dan internasional khawatir bahwa siklus kekerasan baru yang berlumuran darah dapat meledak antara orang Palestina dan Israel, akan menjadi pemberontakan Intifada baru dari orang Palestina untuk melawan tentara Israel, mirip dengan pemberontakan Intifada periode 2000-2005.
Untuk mencegah skenario terburuk ini, banyak negara dan organisasi internasional telah terus-menerus mengimbau Palestina dan Israel untuk mengekang diri dan melakukan perundingan untuk memulihkan stabilitas. Dari Vatikan, Paus Fransiskus pada tgl 29 Januari mengimbau Israel dan Palestina supaya melakukan dialog guna menemukan solusi damai bagi konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun; Sekaligus, ia mendesak komunitas internasional supaya segera mencari jalan, yaitu dialog yang tulus untuk mengusahakan perdamaian antara Israel dan Palestina. Pada hari yang sama, Rusia, Tiongkok, dan Uni Eropa juga mengimbau Israel dan Palestina supaya mengekang diri dan mengurangi eskalasi ketegangan.
Mengusahakan solusi untuk mengakhiri kekerasan antara orang Palestina dan Israel serta menegakkan kembali stabilitas di Timur Tengah juga menjadi agenda utama dalam pembahasan antara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dan Presiden Mesir, Abdel-Fattah El-Sisi serta para pejabat senior lainnya pada tgl 30 Januari di Kairo (Mesir). Pada temu kerja itu, kedua belah pihak terus menekankan perlunya harus mengekang diri dari kekerasan dan segera menyelenggarakan kembali perundingan damai Palestina-Israel dengan bantuan internasional. Di antaranya, Presiden Mesir, Abdel-Fattah El-Sisi mengulangi kembali pendirian yang konsisten dari negaranya tentang perlunya mencapai solusi yang komprehensif dan adil untuk menjamin hak-hak orang Palestina sesuai standar internasional, serta mencapai perdamaian, stabilitas, kerja sama, dan perkembangan bersama di kawasan Timur Tengah.