(VOVworld) – Pada Selasa (23 September), Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang penanggulangan perubahan iklim dibuka di kota New York (Amerika Serikat). Lebih dari 120 Kepala Negara, ratusan Grup ekonomi besar, Organisasi-organisasi keuangan dan organisasi-organisasi massa sosial profesi telah menghadiri Konferensi ini. Dengan skala paling besar dalam sejarah tentang perubahan iklim, Konferensi kali ini diharapkan akan mencapai satu permufakatan yang bersifat hukum yang mengikat, menuju ke penandatanganan satu perjanjian tentang penanggulangan perubahan iklim pada tahun 2015.
Konferensi kali ini diharapkan akan mencapai satu permufakatan
yang bersifat hukum yang mengikat.
(Foto:vov.vn)
Konferensi kali ini berlangsung pada latar belakang semua penelitian tentang ilmu pengetahuan, lingkungan hidup dan ilmu ekonomi diajukan secara terus-menerus menunjukkan bahwa dunia memerlukan investasi secepat-cepatnya untuk perang menanggulangi perubahan iklim, karena kalau terlambat, maka dalam waktu 15 tahun mendatang, seluruh dunia akan menghadapi musibah yang tidak bisa diduga. Oleh karena itu, tujuan Konferensi kali ini yalah membentuk kerangka untuk semua perundingan tentang satu Traktat mengenai pemangkasan emisi gas limbah rumah kaca pada akhir tahun ini di Peru dan Perancis pada tahun berikutnya, sebagai pengganti Protokol Kyoto yang tidak efektif lagi.
Harga yang harus dibayar oleh umat manusia ketika belum bersatu padu bertindak
Menurut data Bank Dunia (WB), diperkirakan, kerugian ekonomi akibat musibah cuaca selama 10 tahun ini telah mencapai kira-kira 200 miliar dolar Amerika Serikat per tahun dan angka ini sedang terus meningkat. Semua akibat yang ditimbulkan bencana alam tidak mengecualikan negara manapun. Taupan dan banjir semakin lebih mengerikan, bola bumi semakin lebih memanas dan menurut satu pengumuman yang diajukan kaum ilmuwan Inggris akhir-akhir ini, satu gumpalan es raksasa yang besarnya sama dengan seluruh kawasan Manhattan (Amerika Serikat) telah terpisah dari Kutub Antartika berhanyut-hanyut di laut. Jelaslah, dunia sedang menghadapi musibah-musibah yang sudah dekat, namun segala yang dijanjikan akan dilakukan oleh semua negara selama bertahun-tahun ini tetap berhenti di omongan kosong saja. Setiap Konferensi perubahan iklim PBB berlangsung, orang menyaksikan perdebatan-perdebatan antar-negara maju dan sedang berkembang tentang komitmen memangkas emisi gas limbah rumah kaca, mekanisme menyumbangkan keuangan dan transfer teknologi dll…
Konferensi Kopenghagen tentang perubahan iklim-tahun 2009 pernah merupakan peristiwa yang menyerap perhatian dari semua negara dengan ikutsertanya kira-kira 100 kepala negara. Tapi, pelaksanaan-nya tidak mencapai hasil karena kurang ada koordinasi yang sinkron antar-negara dan teritorial. Yang paling belakangan ini, adalah Konferensi perubahan iklim PBB yang diselenggarakan di Polandia. Pada Konferensi ini, tetesan-tetesan air mata dari Kepala delegasi Filipina ketika mengungkapkan penduduk di negaranya yang sedang menderita musibah tauphan Haiyan hanya cukup bisa mengguncangkan hati manusia, tapi belum berhasil mengeluarkan aksi-aksi koordinasi yang efektif. Tindakan mogok makan selama 12 hari berlangsungnya Konferensi ini bersama-sama dengan seruan yang mendesak kepada dunia supaya melakukan sesuatu sebelum terlambat dari kepala delegasi Filipina, meskipun menerima banyak simpati dari banyak utusan semuanya juga belum membangunkan umat manusia berpadu tenaga untuk bertindak.
Dari tekat sampai aksi- jaraknya masih jauh
Meskipun mengakui kerugian-kerugian akibat perubahan iklim yang sedang menyakitkan seluruh dunia, namun sekarang semua negara tetap tidak bisa mengusahakan suara bersama untuk memecahkan soal yang masih ada. Harus ada kesetaraan dalam tanggung jawab, tugas dan kewajiban antar-negara di dunia tentang soal bersama tentang perubahan iklim. Slogan ini berulang kali diungkapkan dalam setiap Konferensi, tapi bagaimana bertindak untuk mengubah tekat ini menjadi aksi, itu adalah hal yang belum ada jawaban. Oleh karena itu, orang juga jangan terlalu menunggu-nunggu akan ada permufakatan penting pada konferensi kali ini. Namun, opini umum berharap akan bisa membuat satu rencana terinci untuk mulai mencari jawaban terhadap problematik sekarang. Banyak upaya sedang dilaksanakan untuk memberikan hasil yang kongkrit dari New York. Perang menimbulkan dari fihak komunitas sedang naik pasang lebih dari pada yang sudah-sudah. Menjelang Konferensi ini, kira-kira 600.000 orang telah turun ke jalan untuk melakukan pawai di lebih dari 2.000 tempat di 161 negara untuk menyerukan kepada dunia supaya bertindak secara darurat guna menanggulangi perubahan iklim.
Bersatu-padu bertindak demi satu dunia masa depan
Menurut penelitian dari para pakar, dalam waktu 15 tahun mendatang merupakan waktu yang menentukan supaya berganti dari bahan bakar fosil menjadi sumber-sumber energi bersih. Kalau terlambat, umat manusia akan harus membayar harga yang sama dengan musibah yang tidak bisa diduga. Diprakirakan dalam waktu 15 tahun mendatang, dunia perlu menanam investasi sebesar 90 triliun dolar Amerika Serikat, diantaranya berfokus pada tiga bidang pokok yalah energi hijau, pembangunan kota sedikit karbon dan penggunaan lahan yang rasional. Dan kalau ekonomi tetap beroperasi seperti sekarang ini, maka polusi udara akan menimbulkan kira-kira 4,4 persen GDP global, kesehatan rakyat terpengaruh, dan diikuti dengan biaya untuk pengobatan akibat polusi.
Dengan bukti ilmiah ini, jelaslah bahwa untuk bisa mendapatkan kehidupan yang baik, ekonomi berkembang, tidak bisa kurang usaha membela lingkungan hidup dan menurunkan gas limbah. Akan tetapi, bagaimana bisa secara serempak mengembangkan pertumbuhan ekonomi, menanggulangi perubahan iklim, menciptakan lapangan kerja, mengentas dari kelaparan dan kemiskinan serta menurunkan gas limbah karbon? Ini memang merupakan satu soal yang sulit dijawab.
Akan tetapi, tidak ada hal yang tidak mungkin. Kalau semua negara mencapai kebulatan pendapat, tidak berfikir akan kepentingan pribadi, pasti perubahan tentang teknologi dan reformasi struktur dalam ekonomi global akan membantu dunia membangun perekonomian yang sedikit karbon, bersamaan itu tetap bisa mencapai pertumbuhan yang baik. Ini justru merupakan soal yang dimana semua bangsa dan semua negara mengharapkan supaya masalah-masalah yang diajukan pada Konferensi kali ini akan digelarkan./.