(VOVWORLD) - Bertepatan seperti skenario yang sudah diprakirakan, pasukan Taliban tengah meningkatkan serangan-serangan dan terus-menerus memperluas hak kontrol di Afghanistan. Bahaya pasukan pembangkang yang bisa menduduki Ibukota Kabul dan merebut hak kontrol terhadap negara Afghanistan kian menjadi jelas.
Pasukan Satgas Afghanistan di satu pos di Provinsi Herat pada 1 Agustus (Foto: AFP) |
Beberapa sumber berita independen di Eropa mengumumkan Taliban telah merebut hak kontrol terhadap sekitar 65 persen wilayah Afghanistan, di antaranya banyak kota strategis, bersamaan itu tengah mengancam menyerang dan menduduki serentetan provinsi lainnya. Laju maju pasukan Taliban berlangsung secara kuat, sementara itu kekuatan Afghanistan tengah berkumpul untuk fokus membela kota-kota besar sisanya, di antaranya Ibukota Kabul.
Situasi yang Patut Mencemaskan
Seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) yang tak mau disebut namanya pada 11 Agustus mengatakan bahwa intelijen AS menilai Taliban bisa mengepung Kota Kabul selama 30 hari dan menduduki ibukota ini selama 90 hari. Dengan demikian, skenario pemerintah pusat Afghanistan yang kehilangan hak kontrol sepenuhnya tanah air bisa berlangsung secara lebih cepat dibandingkan prakiraan yang dikeluarkan intelijen AS sebelumnya yakni Taliban bisa merebut hak kontrol Afghasnitan dalam waktu 6 bulan sejak AS dan sekutunya menarik semua kekuatan tempur dari Afghanistan.
Kesimpulan yang mencemaskan ini dikeluarkan setelah Taliban mencapai kemenangan terus-menerus dalam hampir semua baku tembak dengan tentara Pemerintah Afghanistan di serentetan kota penting yang terletak jauh di dalam wilayahnya maupun kawasan-kawasan perbatasan dengan negara-negara tetangga. Konkretnya, hanya dalam waktu sepekan saja (dari 6-12 Agustus), Taliban telah menyerang dan merebut hak kontrol terhadap lebih dari 10 ibukota provinsi dan kota penting. Di antaranya, hanya pada 12 Agustus saja, pasukan pembangkang telah merebut hak kontrol terhadap kota strategis Ghanzi yang jauhnya hanya 150 kilometer dari Ibukota Kabul, bersamaan itu menyatakan mengontrol kota yang terbesar kedua di Afghanistan yakni Kandahar.
Kemenangan-kemenangan terus-menerus yang dicapai Taliban di medan perang mengakibatkan situasi di kawasan pintu gerbang masuk Ibukota Kabul menjadi kacau balau. Ribuan orang yang melarikan diri dari Taliban di kawasan-kawasan sekitarnya sedang mencari cara untuk masuk ibukota dengan harapan akan dilindungi oleh tentara pemerintah.
Pasukan Taliban masuk ke Kota Ghanzi pada 12 Agustus (Foto: Reuters) |
Sebab dan Bahaya
Menurut kalangan analis, Taliban yang mencapai kemajuan pasukan yang “berturut-turut” pada waktu lalu bertolak dari banyak sebab. Pertama pasukan ini memiliki motivasi dan semangat tempur yang lebih tinggi dibandingkan tentara Pemerintah Afghanistan. Taliban menganggap penarikan serdaru AS dan para sekutunya adalah kemenangan mereka, adalah “kesempatan emas” untuk memperluas wilayah kontrol. Oleh karenanya, Taliban tengah memusatkan seluruh kekuatannya untuk merebut hak kontrol terhadap kian banyak area wilayah kian baik, targetnya yakni menciptakan satu situasi yang sulit dibalikkan, menciptakan keunggulan yang berkelebihan di meja perundingan dengan Pemerintah Afghanistan di masa depan.
Sebaliknya, bagi tentara Pemerintah Afghanistan, penarikan serdadu aliansi internasional telah membuat mereka kehilangan perlindungan yang efektif tentang kekuatan senjata dan sandaran spiritual. Selama beberapa tahun terakhir, tentara Afghanistan nampaknya belum pernah bertempur secara independen dalam berbagai operasi atau pertempuran melawan Taliban dengan skala besar. Mereka senantiasa mendapat bantuan kekuatan senjata yang kuat dari Angkatan Udara AS, kadang-kadang bantuan pasukan artilery dan infanteri.
Di samping itu, kemampuran tempur tentara Pemerintah Afghanistan terbatas meskipun tentara Afghanistan memiliki jumlah serdadu dan peralatan militer yang mengungguli dibandingkan Taliban. Di antaranya, tentara Afghanistan memiliki sekitar 170 pesawat tempur dan puluhan helikopter, sepenuhnya mengungguli pasukan pembangkang tentang angkatan udara. Sebab yang mendalam dari kelemahan tersebut dianggap bertolak dari masalah korupsi dan birokratisme yang berlangsung selama bertahun-tahun di masyarakat Afghanistan, di antaranya kekuatan tentara.
Situasi di Afghanistan saat ini dianggap sebagai soal yang sulit bagi AS, karena Presiden Joe Biden sulit membalikkan keputusan penarikan serdadunya dari Afghanistan seperti yang sudah dikomitmenkannya.