(VOVWORLD) - Akhir pekan lalu, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, melakukan kunjungan resmi pertama ke India, negara yang memiliki posisi yang semakin penting di kawasan dan di dunia. Berlangsung pada latar belakang di mana Jerman dan seluruh Eropa sedang menghadapi tantangan serius, kunjungan pemimpin Pemerintah Jerman ke India dianggap bermakna penting, tidak hanya bagi Berlin, tetapi juga bagi Eropa.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz (kiri) dan sejawatanya dari India, Narendra Modi (Foto: indiaexpress) |
Ini adalah kunjungan pertama Olaf Scholz ke India sejak menjadi Kanselir Jerman pada Agustus 2021. Kunjungan tersebut menarik perhatian opini internasional karena berlangsung dalam waktu yang sangat istimewa, ketika Jerman dan sebagian besar Eropa tengah terkena dampak berat dari konflik Rusia-Ukraina, sementara India kian muncul sebagai mitra penting yang ingin didekati dan dimanfaatkan oleh hampir semua pihak.
Latar Belakang Istimewa
Menurut banyak analis internasional, waktu kunjungan tersebut sangat patut diperhatikan. Pertama, kunjungan tersebut dilakukan pada kesempatan segenap satu tahun merebaknya konflik Rusia-Ukraina (24 Februari 2022), peristiwa yang tengah mempengaruhi secara mendalam situasi geopolitik global, di antaranya Eropa, dan Jerman adalah kawasan yang paling terlibat dan terkena dampak paling hebat. Yang patut diungkapkan ialah dalam krisis ini, Jerman, saat ini semakin menunjukkan peran dan pengaruh yang jelas. Berlin saat ini adalah salah satu negara Barat yang memasok senjata dan keuangan terbesar kepada Ukraina. Menurut Institut Ekonomi Dunia Kiel (Jerman), Berlin sejauh ini menjanjikan lebih dari 2,5 miliar USD bantuan militer kepada Kiev.
Kedua, Jerman sedang dalam proses menyesuaikan kebijakan luar negeri yang kuat, terutama dengan negara-negara adi kuasa di dunia. Di antaranya, Berlin memperkuat hubungan dengan sekutu tradisional adalah Amerika Serikat (AS) dan Eropa, dan pada saat yang sama memperlebar jarak dengan Rusia, terutama di bidang energi. Seiring dengan itu, Jerman secara aktif mendorong keanekaragaman mitra ekonomi dan pasar utama untuk mengurangi ketergantungan pada pasar yang paling banyak populasinya di dunia yaitu Tiongkok.
Dengan latar belakang ini, India menjadi mitra yang semakin penting di lingkup global. Negara Asia Selatan ini bukan hanya pasar yang banyak populasinya kedua di dunia, tetapi juga memiliki posisi geopolitik yang penting, salah satunya negara di dunia yang ditetapkan memiliki senjata nuklir. Khususnya, India adalah salah satu negara yang tidak menyambut sanksi terhadap Rusia yang tengah dikenakan Jerman dan sekutu Barat terkait krisis di Ukraina. Pada 23 Februari, India terus memberikan suara blangko ketika Majelis Umum PBB memberikan suara terhadap resolusi yang mengimbau Rusia agar segera menarik tentaranya. Sebelumnya, pada 12 Oktober 2022, New Delhi juga memberikan suara blangko tentang rancangan resolusi Majelis Umum PBB tentang menentang penggabungan Rusia terhadap empat daerah separatis dari Ukraina. Tidak hanya itu, New Delhi mempertahankan dan tidak henti-hentinya memperluas kerja sama dengan Moskow, terutama di bidang energi, berkontribusi dalam membantu Rusia memiliki sumber daya yang penting untuk berdiri teguh terhadap ribuan sanksi dari Barat.
Langkah Strategis Berlin
Dengan kenyataan itu, kunjungan Kanselir Jerman, Olaf Scholz ke India membawa perhitungan strategis dan tujuan ambisius. Di antaranya, yang paling menonjol adalah tujuan mempromosikan kerja sama yang intensif dan ekstensif antara Berlin dan New Delhi. Hal ini dimanifestasikan dengan jelas dalam pembicaraan antara Kanselir Jerman dan sejawatnya dari India, Narendra Modi pada hari pertama kunjungan (25 Februari). Di sini, kedua pemimpin fokus membahas langkah-langkah untuk mempromosikan hubungan bilateral dan sejumlah masalah yang menjadi minat bersama seperti konflik di Ukraina, situasi di kawasan Indo-Pasifik, dan sebagainya. Selanjutnya, kedua pimpinan melakukan diskusi dengan perwakilan badan usaha kedua negara. Dalam kunjungan tersebut, pemimpin Pemerintah Jerman juga mengunjungi Bengaluru yang diibaratkan sebagai "Lembah Silikon" dari India.
PM India, Narendra Modi (kanan) dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz (Foto: reuters) |
Berbicara pada konferensi pers bersama setelah pembicaraan, Kanselir Jerman, Olaf Scholz menegaskan bahwa kedua pihak telah sepakat untuk mempromosikan hubungan perdagangan antara India dan Uni Eropa, di antaranya cepat menyelesaikan tata cara untuk menuju ke penandatanganan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) antara kedua belah pihak. Pemimpin Pemerintah Jerman juga sangat mengapresiasi perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan perangkat lunak di India, menekankan bahwa banyak perusahaan negaranya yang berkapasitas juga demikian beroperasi di negara Asia Selatan ini. Kanselir Jerman juga menyampaikan keinginan agar negaranya dapat menarik tenaga kerja yang berkualitas tinggi dari India.
Menurut banyak analis internasional, pendekatan dari sudut pandang mempromosikan kerja sama ekonomi- perdagangan dengan India adalah langkah strategis untuk mencapai tujuan ambisius dari Kanselir Jerman, Olaf Scholz. Arah ini tidak hanya membantu Berlin dan Uni Eropa menambahkan manfaat ekonomi dan komersial yang besar dari potensi negara Asia Selatan, tetapi juga membantu memperkuat posisi Jerman, perekonomian terbesar di Uni Eropa. Ini tidak hanya memenuhi tujuan Berlin untuk mendiversifikasi pasar dan memperkuat posisi Kanselir Olaf Scholz di Jerman dan Uni Eropa saja, tetapi juga membuka kesempatan untuk secara bertahap menarik New Delhi lebih dekat dengan Uni Eropa dan Barat. Namun, kalangan pengamat mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan efektivitas perhitungan yang ambisius ini.