(VOVworld) - Gencatan senjata baru tercapai pada Selasa (1 September) antara Pemerintah Ukraina dan faksi oposisi di bagian timur sedang menunjukkan adanya indikasi gagal ketika baku tembak dan ledakan meriam tetap terus terjadi. Meskipun sejak bentrokan di Ukraina terjadi sampai sekarng, ada beberapa permufakatan gencatan senjata yang telah ditandatangani, tapi situasi di negara ini tetap memburuk secara serius. Yang lebih berbahaya dari semuanya ialah negara-negara adi kuasa tampaknya telah terlampau bosan dan lelah dalam mencari arah mengakhiri perang.
Dua warga sipil telah tewas pada Rabu (2 September) dalam kekerasan-kekerasan di bagian timur Ukraina-tanda terkini yang menunjukkan: upaya-upaya baru untuk menghentikan bentrokan di daerah ini sedang mengalami erosi. Sebelumnya, dalam upaya memulihkan perdamaian, pemerintah Kiev dan pasukan separatis di bagian timur telah sepakat menghentikan situasi pelanggaran terhadap gencatan senjata dari tanggal 1 September. Namun, hanya belum sampai 24 jam tenteram sementara, telah ada kira-kira 30 kali tembakan meriam di sekitar bandara kota Donetsk. Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) menuduh permufakatan gencatan senjata antar-pihak di Ukraina tidak mendapatkan pengawasan penuh.
Putaran rumit dari saling tuduh dan sanksi.
Segera setelah terjadi bentrokan, Uni Eropa dengan segera memperpanjang waktu sanksi terhadap beberapa perseorangan dari Pemerintah Ukraina yang diduga menjadi sebab-musabab yang menimbulkan pelanggaran terhadap permufakaan gencatan senjata. Sejak terjadi bentrokan sampai sekarang, meskipun semua faksi yang bersangkutan telah duduk di meja perundingan, permufakatan-permufakatan gencatan senjata juga telah ditandatangani, tapi bunyi meriam di medan perang tetap belum terhenti. Bentrokan ini tetap belum berakhir dan situasi di bagian timur Ukraina tetap terus memburuk. Sejak terjadi bentrokan dari April 2014 sampai sekarang, ada kira-kira 7.000 orang yang tewas dan kira-kira 1 juta orang Ukraina menjadi pengungsi di justru kampung halaman-nya sendiri. Perdamaian di bagian timur Ukraina selama setahun lebih tetap berada dalam putaran rumit dari saling tuduhan dan sanksi.
Pada hari-hari belakangan ini, bentrokan di kawasan Donbas telah sampai pada klimaks-nya setelah dua fihak menggunakan senjata berat, tank dan pasukan infanteri untuk merebut posisi- posisi strategis, tanpa memperdulikan permufakatan gencatan yang untuk kedua kalinya ditandatangani pada Maret 2015. Pada Agustus lalu, angka korban telah mencapai tarap yang paling tinggi selama ini. Sebagian besar tembakan meriam menyasar pada daerah pemukiman penduduk, langasung mengancam jiwa penduduk sipil yang tinggal di kawasan ini. Bentrokan semakin “memanas” dan “ tidak tahu kapan akan berakhir”, sehingga mencemaskan opini umum internasional dan regional.
Sudah siap dengan skenario “B” di Ukraina
Permufakatan senjata senjata sampai saat ini tampaknya tidak menjadi pelampung penyelamat untuk bentrokan di Ukraina. Sekarang ini, siapa yang lebih dulu menimbulkan perang tidak menjqdi masalah yang pantas diperhatikan lagi terhadap semua fihak. Pada saat Pemerintah Ukraina sedang berupaya mendorong rencana merevisi Undang-Undang Dasar untuk menghentikan bentrokan di bagian Timur, maka Rusia, Amerika Serikat dan Barat juga sudah menyiapkan satu skenario “B” untuk masalah Ukraina.
Sampai sekarang ini, Ukraina bukan merupakan prioritas primer bagi para diplomat Amerika lagi. Para diplomat negara ini sedang menaruh terlalu banyak perhatian di kawasan ini yang dimana salah satu diantara prioritas- prioritas mendesak yalah berfokus meyakinkan Parlemen supaya mengesahkan permufakatan nuklir yang dicapai dengan Iran. Ditamba lagi, pada waktu belakangan ini, Gedung Putih mengeluarkan sinyal ingin memperbaiki hubungan yang dingin dengan Istana Kremlin. Pada kanyataan-nya, Amerika Serikat juga sangat capai dalam “manangani masalah” Ukraina, karena Amerika Serikat berangsur-angsur memahami bahwa mereka sulit merebut keunggulan strategis di negara yang perekonomian-nya sedang berangsur-angsur mengalami keruntuhan ini dan dipilih-nya solusi yaitu berangsur-angsur meninggalkan Ukraina adalah kebijakan paling atas.
Ketika memberikantangapan, Moskwa juga menegaskan bahwa negara-nya akan mempelajari secara konsekuen semua kemungkinan untuk memperbaik hubungan dengan Washington. Menurut Moskwa, kapanpun Amerika Serikat dan usia mempunyai kepentingan bersama, maka kedua fihak mempunyai motivasi untuk membina hubungan secara berkesinambungan.
Sementara itu, Uni Eropa juga semakin menunjukkan akan keputusasaan dan kebosanannya terhadapPemerintah Kiev. Uni Eropa sedang memahami diri sendiri bahwa mereka sedang “mengalami kerugianberat” setelah “bersusah payah” terhadap Ukraina, tapi tidak memberikan hasil apapun, seangkan hubungan dengan Rusia sedang menjadi semakin tegang, berpengaruh langsung terdakap kepentingan ekonomi kedua fihak. Terhitung sampai sekarang ini, Uni Eropa telah memberikan pos keuangan yang tidak kecil kepada Ukraina (sebanyak kira-kira 2,3 miliar dolar Amerika Serikat), sebagai imbalan-nya, ketegangan di Ukraina Timur semakin bereskalasi dan permufakatan gencatan senjata mengalami kegagalan berkali-kali.
Ukraina sekarang ini sedang menghadapi satu masa depan yang amat suram. Perekonomian Ukraina sedang berada di tepian jurang keruntuhan, internal Pemerintah sendiri mulai mengalami perselisihan. Presiden Ukraina, P. Poroshenko diprotes keras oleh para anggota Partai Sayap Kanan tentang rencana merevisi Undang-Undang Dasar dengan isi memberikan lagi kekuasaan kepada pasukan kebangkitan di bagian Timur. Bentrokan tetap terus berlangsung dan darah terus bercucuran di bagian Timur dan hari-hari mendatang pasti menjadi hari- hari yang lebih gelap di Negara Eropa Timur ini.