(VOVWORLD) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-35 baru saja berakhir setelah berlangsung selama 3 hari di Bangkok, Ibukota Thailand. Satu tema besar yang menyerap perhatian negara-negara dalam dan luar kawasan pada KTT ini ialah masalah Laut Timur dan perkembangan COC. Berlangsung pada latar belakang Tiongkok baru saja melakukan serentetan pelanggaran terhadap Zona Ekonomi Eksklusif (EEZ) dan landas kontinen Viet Nam. KTT kali ini terus menegaskan filosofi ASEAN ialah selalu mempertahankan secara tepat nilai solidaritas dan kemandirian yang pernah menjadi fondasi untuk memberikan keberhasilan kepada eksistensinya ASEAN selama lebih dari separo abad ini.
PM Nguyen Xuan Phuc menghadiri KTT ASEAN ke-35 (Foto: VGP/Quang Hieu) |
Menurut semangat yang disampaikan oleh KTT ASEAN ke-35 di Bangkok ialah memperkokoh semangat solidaritas ASEAN, mengembangkan sentralitas Asosiasi ini, memperluas dan memperdalam hubungan dengan para mitra ASEAN, menegakkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan yang berkesinambungan di setiap negara dan seluruh kawasan. Di antaranya, kestabilan di Laut Timur merupakan prasyarat bagi perkembangan ASEAN.
Perdamaian dan kestabilan di Laut Timur merupakan perhatian bersama dan kepentingan bersama
Sudah sejak lama, masalah Laut Timur menjadi perhatian utama di semua KTT tahunan ASEAN. SEbagai kawasan yang penting, pintu gerbang perdagangan dan pelayaran internasional, Laut Timur selama ini menyaksikan perkembangan-perkembangan rumit, di antaranya ada tindakan-tindakan yang menimbulkan ketegangan atau pelanggaran terhadap landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif negara-negara di kawasan. Yang terkini, Tiongkok terus-menerus melakukan pelanggaran terhadap hukum internasional, melanggar kedaulatan Viet Nam yang diakui menurut hukum internasional, terutama Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982 (UNCLOS 1982). Di antaranya, khususnya ialah kelompok kapal survei Hai Yang 8 yang dikerahkan oleh Tiongkok melanggar secara serius zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen Viet Nam di Dangkalan Tu Chinh (Vanguard Bank) di bagian selatan Laut Timur dari awal bulan Juli sampai bulan Oktober lalu.
Semua tindakan Tiongkok ini telah menimbulkan ketegangan, menciptakan ancaman terhadap kebebasan pelayaran dan penerbangan di Laut Timur-jalur pengangkutan laut urat nadi yang penting primer, bersamaan itu, mengancam perdamaian, keamanan, kestabilan dan kerjasama perkembangan di kawasan dan dunia. Hal ini bisa dilihat secara jelas melalui pernyataan-pernyataan dan kecemasan yang mendalam dari kalangan politisi dan opini umum regional dan internasional selama ini. Perdamaian, kestabilan, keamanan dan keselamatan pelayaran di sana menjadi perhatian bersama dan kepentingan bersama di kawasan dan ASEAN. Tidak hanya ASEAN saja, negara-negara di luar kawasan ini juga memberikan sumbangan dan tanggung-jawab terhadap tujuan ini.
Pada semua sesi perbahasan KTT ASEAN ke-35 dan semua konferensi yang bersangkutan, kawasan laut strategis yang penting primer di kawasan dan dunia ini terus-menerus diungkapkan oleh para pemimpin ASEAN. Yang patut diperhatikan ialah Perdana Menteri (PM) Tiongkok, Li Keqiang pada konferensi ini menegaskan bahwa Tiongkok bersedia melakukan perundingan dan menuju ke penandatanganan COC dengan ASEAN pada tahun 2021.
Pemahaman bersama akan menuju ke upaya bersama
Sudah sejak lama, ASEAN telah membahas dan mengeluarkan banyak pernyataan penting tentang Laut Timur. Semua pandangan dan pernyataan ASEAN mendapat dukungan kuat dari negara-negara dan para mitra. Yaitu perdamaian, keamanan dan keselamatan pelayaran di Laut Timur harus dikaitkan dengan lingkungan yang damai dan berkembang di kawasan. Semua masalah yang muncul di Laut Timur harus dipecahkan berdasarkan hukum internasional dan UNCLOS 1982 maupun semua prinsip ASEAN. Ini merupakan masalah bersama dari ASEAN dan kawasan dan juga merupakan pemahaman bersama dan tanggung-jawab bersama ASEAN. Dalam kenyataannya, baru-baru ini, ketika ada masalah yang muncul, juga ada negara ini atau negara yang lain punya perbedaan pendapat, tapi ASEAN juga berdasarkan pada prinsip dan pandangan bersama yang sudah ada untuk menanganinya, dari situ membangun pendirian bersama.
Setelah 52 tahun terbentuk dan berkembangnya, tidak bisa diingkari bahwa ASEAN semakin menjadi mitra yang penting bagi banyak negara adi kuasa. ASEAN juga merupakan jembatan penghubung dari banyak forum di kawasan dan dunia. Oleh karena itu, lebih dari pada yang sudah-sudah, ASEAN berhasil memahami peranannya dalam menjamin keamanan dan perdamaian di kawasan. Bagaimanapun, ASEAN harus mempertahankan secara tepat nilai solidaritas, kemandirian dan memainkan sentralitasnya dalam semua gagasan menetapkan kawasan yang pernah merupakan fondasi memberikan keberhasilan kepada ASEAN lebih lanjut lagi sepenajang eksistensinya selama lebih dari separo abad ini.
Menyedari secara jelas akan bahaya, tantangan, bersamaan itu, mengusahakan suara bersama dan solusi untuk memecahkan sengketa, mempertahankan perdamaian, keamanan dan kestabilan di Laut Timur merupakan perhatian bersama ASEAN, karena perdamaian, keamanan dan kestabilan di Laut Timur mempunyai kepentingan yang bersangkutan erat dengan semua negara anggota. Berhasil mengusahakan suara bersama, menciptakan musyawarah dan mufakat serta solidaritas dalam internal ASEAN merupakan faktor penting primer yang menciptakan kekuatan untuk memberikan balasan dan mencegah semua pelanggaran terhadap hukum internasional dan pelanggaran terhadap kedaulatan semua pihak yang bersangkutan di Laut Timur.