(VOVworld) – Pada tanggal 31 Januari, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah mengakhiri kunjungan 3 hari di Iran dengan tugas memperjelas kecurigaan-kecurigaan mengenai program nuklir negara ini. Peristiwa ini serta banyak detil baru telah mendatangkan banyak variasi di kalangan opini umum yaitu: Perasaan harap-harap cemas.
Ketika ketegangan antara pemerintahan Teheran dan Barat, setelah perintah sanksi baru yang dikenakan oleh Uni Eropa terhadap negara Islam ini pada tanggal 23 Januari belum mereda, maka serentetan peristiwa yang berlangsung kemudian telah membuat opini umum tidak bisa tidak merasa cemas akan bahaya perang yang sudah dekat di kawasan Timur Tengah ini. Pada tanggal 31 Januari, Tamir Pardo-Direktur Badan Intelijen Israel Mossad telah berada di Washington untuk membahas kemungkinan melakukan satu serangan terhadap basis-basis nuklir Iran. Sebelumnya, pada tanggal 30 Januari, pada kunjungan di Amerika Serikat, Presiden Georgia Mikhael Saakashvili telah mengadakan pembicaraan dengan timpalannya dari Amerika Serikat Barack Obama di Gedung Putih, di mana salah satu di antara isinya yang penting yalah kemungkinan partisipasi Georgia pada perang melawan Iran dan penggunaan wilayah negara ini oleh Pentagon untuk melakukan serangan terhadap Teheran. Kalangan analis beranggapan bahwa, bandara-bandara Vaziani, Marneuli dan Batumi di Georgia selama ini telah mendapatkan biaya besar dari Amerika Serikat untuk diupgrade sehingga bisa digunakan oleh Pentagon untuk tujuan mereka di kemudian hari. Dalam program wawancara “60 menit” yang dilakukan CBS dua hari yang lalu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta sekali lagi menegaskan tekad pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama untuk menghentikan usaha nuklir Teheran. Kepala Pentagon tersebut juga menekankan bahwa, para pejabat Amerika Serikat “akan melaksanakan segala langkah yang diperlukan untuk menghentikan masalah ini” kalau Washington menerima informasi intel bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad
(Foto: wikipedia.org)
Sementara itu, di kalangan pejabat Washington sendiri, tema memperkuat tekanan untuk memaksa negara Republik Islam Iran menghentikan program nuklir juga sedang panas dibahas. Pada tanggal 31 Januari, hari kedua terus menerus, Ketua Komisi Hubungan Luar negeri Parlemen Amerika Serikat, Howard Berman dan anggota Komisi Hubungan Luar negeri dari Senat Amerika Robert Menendez, yang semuanya adalah orang dari Partai Demokrat telah merekomendasikan supaya memperketat sanksi terhadap Iran, kongkritnya yalah menyasar bidang energi Teheran maupun pasukan Garda Revolusi Islam (IRGC) dan melakukan serangan terhadap organisasi-organisasi keuangan bukan milik Amerika Serikat yang menciptakan syarat yang kondusif kepada transaksi-transaksi keuangan dari Korporasi Minyak bakar Nasional Iran (NIOC) atau Perusahaan Transportasi Minyak Nasional Iran (NITC) kalau pemerintah Amerika Serikat menemukan bahwa dua perusahaan tersebut bersangkutan dengan IRGC.
Jelaslah, kalau ditinjau dari banyak aspek, dari ekonomi, diplomatik sampai langkah militer yang telah dan sedang digunakan oleh Amerika Serikat dan Barat semuanya ada peta jalan untuk memperketat dan selangkah demi selangkah mengisolasi negara Islam ini. Perlawanan dari pemerintahan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad kemudian telah membuat opini umum khawatir. Dengan latihan perang yang diadakan di selat Hormuz, pada pertengahan bulan Januari tahun 2012, Teheran telah mengeluarkan pesan jelas tentang potensi militernya. Bahkan, Iran bisa menutup selat Hormuz sebagai balasan terhadap sanksi-sanksi Uni Eropa, tindakan dimana dinyatakan Amerika Serikat sebagai tidak bisa diampuni. 30 Januari, pemerintahan Teheran juga mengumumkan kemajuan-kemajuan militernya. Yaitu melakukan upacara unjuk muka pesawat terbang tanpa pilot buatan sendiri yang berkode A1, mencapai ketinggian maksimal lebih dari 3.000 meter dan mampu terbang sedikit-dikitnya 2 jam serta bisa membawa muatan seberat 5 kilogram.
Akan tetapi, harapan untuk krisis nuklir ini belum habis juga. Tanggal 31 Januari, kunjungan survei tiga hari di Iran yang dilakukan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dikepalai oleh Herman Nackaerts untuk mengklarifikasikan masalah-masalah kontroversial dalam program nuklir Iran telah memelihara satu harapan. Walaupun, dalam kunjungan tersebut, rombongan IAEA tidak melakukan survei di basis nuklir manapun di Iran, akan tetapi hanya melakukan pembicaraan dengan para pejabat Teheran, ditambah lagi bahwa, isi perbahasan dan para pesertanya tidak diberitahukan akan tetapi rencana yang diajukan kedua pihak mengenai pertemuan-pertemuan tentang program nuklir Iran selanjutnya telah memperlihatkan kepada opini umum bahwa, kepercayaan sedang selangkah demi selangkah ditegakkan. Tanggal 1 Februari, dalam satu pernyataannya, IAEA memberitahukan bahwa akan mengadakan satu konferensi di Teheran pada tanggal 21 dan tanggal 22 Februari ini.
Opini umum beranggapan bahwa, kunjungan IAEA ke negara Islam ini adalah tepat waktu, turut meredakan ketegangan-ketegangan antara Iran dan Barat yang sedang meningkat. Kita masih ingat, pada bulan November tahun 2011, IAEA telah mengumumkan laporan yang menyangsikan bahwa, aktivitas penelitian dan pengembangan nuklir Iran bersangkutan dengan produksi senjata nuklir. Justru itulah yang menjadi alasan bagi Barat untuk memberikan tekanan serta meningkatkan langkah-langkah sanksi terhadap cabang minyak tambang Iran. Oleh karena itu, kunjungan inspeksi yang terbaru ini mendapat perhatian khusus dari opini umum. Sebelumnya, ketika berbicara di televisi negara Iran, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad telah menyampaikan bahwa, Teheran bersedia mengadakan perundingan tentang masalah nuklir dengan kelompok negara-negara adi kuasa P5+1 (yang terdiri dari Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris, Perancis plus Jerman) tanpa memperdulikan apa saja yang ditegaskan oleh Barat. Jelaslah, itu adalah indikasi positif bagi komunitas internasional untuk bisa memelihara harapan, walaupun itu hanya merupakan harapan tipis saja./.
Anh Huyen