(VOVworld) - Pada delapan tahun lalu yaitu tanggal 7 November 2005, Vietnam masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan sesudah itu diakui sebagai anggota resmi organisasi ini pada tanggal 11 Januari 2007. Masuk WTO telah membuka peluang besar bagi barang dagangan dan jasa Vietnam dengan pasar yang luas yang terdiri dari 160 anggota, menduduki 97% GDP global. Setelah delapan tahun, Vietnam telah menggunakan keunggulan-keunggulan sebagai satu anggota WTO untuk mengembangkan secara menyeluruh perekonomian-nya.
Vietnam mencapai nilai ekspor sebesar 132 miliar dolar Amerika
pada tahun 2013
(Foto: vietnamplus.vn)
Menurut penilaian WTO, meskipun tetap masih ada masalah-masalah yang harus terus melakukan reformasi dan revisi, tapi perubahan yang positif setelah tujuh tahun masuk WTO telah memanifestasikan pesan bahwa Vietnam telah dan sedang melaksanakan secara serius dan bertanggung jawab komitmen- komitmen ketika masuk WTO.
Ekonomi Vietnam mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan.
Deputi Menteri Industri dan Perdagangan Vietnam, Tran Quoc Khanh, Kepala Perunding Pemerintah Vietnam tentang perdagangan internasional mengatakan bahwa sejak masuk WTO sampai sekarang, Vietnam melaksanakan secara serius komitmen-komitmen WTO tentang membuka pasar yang terbuka dan tranparan serta selangkah demi selangkah demi selangkah menyempurnakan kerangka hukum, membentuk lingkungan bisnis yang setara, liberal, menciptakan syarat yang kondusif bagi para investor asing di dalam dan di luar negeri untuk melakukan produksi dan bisnis. Bersamaan itu, kemungkinan mendekati pasar luar negeri juga selangkah demi selangkah menjadi baik, turut meningkatkan nilai ekspor Vietnam. Pada tahun pertama masuk WTO tahun 2007, total nilai barang ekspor-impor meningkat 31,3% (sama dengan 26,52 miliar dolar Amerika terbanding dengan tahun 2006). Nilai ekspor mencapai lebih dari 132 miliar dolar Amerika pada tahun 2013, meningkat 15,4% terbanding dengan tahun 2012, sama dengan 17,6 miliar dolar Amerika dan adalah tahun kedua terus menerus mengalami surplus perdagangan sejak masuk WTO. Tran Quoc Khanh menekankan bahwa perihal Vietnam melakukan reformasi terhadap institusi ekonomi, kebijakan perdagangan menurut arah semakin sessuai dengan patokan dan ketentuan WTO mendapatkan pengakuan dan dukungan dari negara-negara anggota WTO. Dia mengatakan: “Vietnam telah menjaga laju pertumbuhan tinggi dalam waktu panjang dan mengurangi secara berarti prosentasi kemiskinan. Vietnam tetap bertekat melakukan integrasi secara semakin ekstensif dan intensif pada ekonomi di kawasan dan dunia dari hari ke hari, melalui itu menjadi satu perekonomian yang semakin dinamis”.
Selama beberapa tahun ini, ekonomi Vietnam mencapai pertumbuhan rata-rata kira-kira 7,3% per tahun, pendapatan perkapita meningkat empat kali lipat dan prosentase inflasi pada tahun 2013 turun menjadi hanya tinggal dari 6-7%. Tentang perdagangan barang dagangan, Vietnam sekarang merupakan perekonomian yang mencapai tarap integrasi baik, diantaranya ekspor menduduki 3/4 GDP. Vietnam telah menjadi satu agen ekonomi dan politik penting dalam ASEAN dan kawasan Asia dan merupakan mitra penting bagi banyak negara dan kawasan.
Mendorong kuat reformasi dan membangun perekonomian menurut arah perdagangan global.
Perekonomian Vietnam sedang mengalami perubahan-perubahan penting berkat reformasi-reformasi institusi hokum secara menyeluruh yang dilaksanakan oleh Vietnam menurut komimen dengan WTO. Vu Tien Loc, Ketua Kamar Dagang dan Industri Vietnam menekankan bahwa reformasi institusi akan selalu menjadi tugas prioritas untuk membantu Vietnam mengoptimalkan hasil-guna yang diberikan dengan masuk WTO. Dia mengatakan: “Perdana Menteri Nguyen Tan Dung telah meminta untuk melakukan terobosan tentang institusi dan menganggap terobosan institusi yang menciptakan tenaga pendorong baru untuk pertumbuhan sebagai tuntutan penting primer dari Vietnam. Melakukan terobosan institusi di dalam negeri adalah paling penting bagi Vietnam untuk bisa memanfaatkan keunggulan WTO dan semua perjanjian perdagangan bebas generasi baru yang akan ditandatangani yalah TPP, Perjanjian Perdagangan Vietnam-Uni Eropa dan banyak perjanjian perdagangan bebas yang lain”.
Akan tetapi, masuk ke WTO juga mendatangkan pengaruh-pengaruh yang tidak baik terhadap pertanian Vietnam dan mendatangkan kepentingan yang belum selayak terhadap kelompok-kelompok yang paling rentan dalam masyarakat. Disamping itu, mantan Direktur Utama WTO, Pascal Lamy beranggapan bahwa untuk bisa membatasi semua bresiko terhadap perekonomian dan menciptakan syarat yang kondusif dalam pengembangan ekonomi masa “pasca WTO”, badan usaha dan bidang ekspor Vietnam perlu memperhatikan jenis komoditas yang menciptakan nilai pertambahan yang stabil. Pascal Lamy menunjukkan bahwa negara-negara papan atas melakukan ekspor di dunia juga merupakan negara-negara yang paling banyak mengimpor di dunia. Oleh karena itu, kalau mau bisa mengejar kecenderungan dagang global baru, maka Vietnam perlu memperhatikan isi impor pada komoditas yang bisa menciptakan nilai pertambahan besar dengan berdasar pada daya saing sendiri. mantan Direktur Jenderal WTO, Pascal Lamy menekankan: “Vietnam perlu menggunakan keunggulan daya saing sendiri dan bagaimana bisa menciptakan nilai pertambahan untuk ekspor. Yakni Vietnam perlu mengimpor berbagai jenis barang yang membolehkan bagian domestik bisa menggunakan secara maksimal daya saing untuk menambah nilai pertambahan produki itu ketika diekspor”.
Sekarang ini, Pemerintah Vietnam telah menyusun kebijakan mengarahkan ekspor untuk menciptakan tenaga pendorong guna membantu badan-badan usaha meningkatkan daya saing di pasar internsional dan mengembangkan ekonomi Tanah Air. Reformasi-reformasi kongkrit, tepat, tentang institusi dan kebijakan mendorong liberalisasi perdagangan serta mengatasi implikasi- implikasi dari masuk WTO ini, turut menjamin pertumbuhan dan integrasi yang berkesinambungan pada ekonomi global dari Vietnam./.