(VOVWORLD) - Selama beberapa hari ini, komunitas internasional terus menerus mengimbau Rusia, Ukraina dan para pihak yang terlibat konflik di Ukraina saat ini, untuk mengusahakan suatu gencatan senjata pada kesempatan hari Natal dan tahun baru yang segera akan datang, membuka jalan bagi negosiasi damai untuk menghentikan sepenuhnya peperangan. Namun, melihat realitas medan perang dan situasi dunia sekarang ini, prospek tercapainya kesepakatan gencatan senjata dianggap memiliki banyak tantangan, menuntut lebih banyak upaya dari semua pihak terkait serta komunitas internasional.
Hampir sepuluh bulan setelah Rusia mencanangkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari lalu, situasi konflik di Ukraina masih sangat rumit.
Situasi Rumit
Baku tembak yang sengit antara kedua pihak tercatat di setiap front, di keempat wilayah yang menyatakan memisahkan diri dari Ukraina dan memutuskan untuk bergabung dengan Rusia yaitu Kherson, Zaporizhzhia di wilayah selatan, dan Donetsk dan Lugansk di wilayah timur.
Yang patut diperhatikan ialah tentara Rusia baru-baru ini menggencarkan serangan dengan pesawat tanpa awak UAV dan rudal jarak jauh terhadap infrastruktur energi, di antaranya sistem kelistrikan, di hampir semua kota besar Ukraina, sehingga menimbulkan kekurangan sumber pasokan energi yang serius bagi jutaan orang Ukraina di tengah musim dingin.
Dengan latar belakang itu, Barat terus menerus memperkuat bantuan keuangan dan khususnya beraneka jenis senjata berat modern untuk tentara Ukraina, bersamaan dengan itu, berkomitmen akan mempertahankan dan memberikan bantuan jangka panjang kepada Kiev. Langkah ini membuat baku tembak antara Rusia dan Ukraina kian sengit dan sulit diduga hasilnya. Hal itu juga sama artinya dengan bertambahnya lagi tantangan bagi negosiasi damai, atau setidaknya membutuhkan lebih banyak waktu bergantung pada perkembangan di medan perang.
Perayaan hari Natal dan tahun baru kian dekat. Namun peperangan terus terjadi yang sama artinya dengan jutaan warga Ukraina dan puluhan ribu prajurit kedua pihak tidak dapat berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga mereka pada hari Natal dan tahun baru. Sebaliknya, mereka harus terus menghadapi bahaya menjadi korban bom dan peluruh berikutnya di tengah hari raya terpenting sepanjang tahun.
Tantangan dan Prospek
Menghadapi kenyataan itu, selama ini, komunitas internasional terus menerus mendesak Rusia dan Ukraina untuk bersama dengan para pihak terkait, bergerak menuju suatu gencatan senjata pada kesempatan hari Natal dan tahun baru mendatang. Yang baru dan patut diperhatikan di antaranya ialah imbauan Paus Fransiskus, Pemimpin Takhta Suci Vatikan, pada 14 Desember. Pada awal pekan ini, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, juga menganggap bahwa Rusia seharusnya menarik pasukan dari Ukraina sebelum hari Natal.
Namun, peluang tercapainya gencatan senjata pada kesempatan hari Natal dan tahun baru dinilai tidak tinggi. Dalam jumpa pers pada 14 Desember, di Moskow, ketika ditanya apakah Rusia mempertimbangkan kemungkinan gencatan senjata pada hari Natal atau tahun baru jika Ukraina memberikan usulan, Juru bicara Istana Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan: “Tidak ada usulan seperti itu dari siapa pun, topik ini tidak berada dalam agenda”. Pada hari yang sama, Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Kirby juga menilai: dengan skala peperangan yang sedang berlangsung, peluang konflik Rusia-Ukraina akan segera berakhir sangat rendah.
Tanpa memedulikan prospek yang kurang optimis itu, opini umum tetap percaya bahwa masih ada peluang bagi negosiasi damai untuk menghentikan konflik antara Rusia dan Ukraina. Salah satu dasar penting bagi kepercayaan itu ialah kedua pihak telah dengan sukses melakukan negosiasi dan pertukaran tahanan selama ini dengan ratusan tahanan yang dibebaskan. Yang terakhir dilaksanakan pada 14 Desember ketika Rusia menyerahkan 65 tahanan kepada pihak Ukraina, di antaranya seorang warga negara AS. Namun, jumlah total tahanan yang diserahkan oleh Ukraina kepada Rusia belum diumumkan.
Namun, yang lebih penting ialah baik Rusia maupun negara-negara yang memiliki kepentingan terkait, terutama Eropa, memahami secara jelas bahwa semakin lama peperangan, semakin besar kerugian para pihak terkait, terlepas dari siapapun digabung yang menang. Akan tetapi, dengan situasi sekarang, untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata terakhir, upaya dan iktikad baik yang diberikan para pihak selama ini belum cukup, melainkan perlu secara aktif mendorong dan menunjukkannya secara lebih serius di waktu mendatang./.