(VOVWORLD) - Sehari setelah dilantik, Presiden Perancis, Emmanuel Macron telah melakukan perlawatan pertama di Jerman seperti satu tradisi untuk mengimbau satu rekonstruksi bersejarah terhadap Eropa guna melawan perluasan populisme.
Presiden Perancis, Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman, Angela Merkel (Foto:baotintuc.vn) |
Hasil kunjungan ini tidak hanya memperkuat hubungan Jerman-Perancis, tapi akan turut mendorong kerjasama yang lebih intensif dan ekstensif di kalangan Uni Eropa.
Jerman nampaknya telah menjadi satu destinasi pertama yang dilakukan oleh banyak pemimpin Perancis setelah dilantik. Sejak tahun 1963, Presiden Perancis, Charles de Gaulle dan Kanselir Jerman, Konrad Adenauer telah menandatangani Traktat Elysee, kerjasama Jerman-Perancis telah menjadi satu pilar utama dalam kebijakan hubungan luar negeri dari dua negara ini dan berkembang menjadi tenaga pendorong bagi unifikasi Eropa.
Tanpa perkecualian, kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Emmanuel Macron di Berlin pada Senin (15 Mei) menekankan arti penting hubungan Perancis-Jerman dalam melaksanakan target-target Eropa. Dua negara ini ingin bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah prioritas yaitu keamanan, ekonomi, investasi dan pembelaan sosial.
Eropa menjadi prioritas dalam kebijakaan hubungan luar negeri Perancis
Masalah yang paling menonjol di Eropa dewasa ini tidak hanya mencapai pertumbuhan ekonomi atau memperketat keamanan, tapi jutru adalah kesatuan dan persatuan intern. Setelah peristiwa Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) beserta munculnya gerakan populisme yang melanda luas di seluruh Eropa, sekarang ini, tugas yang paling berat bagi negara-negara lokomotif dalam Uni Eropa seperti Jerman dan Perancis ialah menegakkan kembali fundasi baru bagi persekutuan ini, melakukan reformasi agar Uni Eropa tidak jatuh pada situasi keberantakan seperti yang dikhawatirkan orang selama ini.
Dan sejak awal kampanye pemilihan, Macron selalu memanifestasikannya sebagai orang yang menjalankan pendirian mendukung Uni Eropa, menyatakan mendorong integrasi perdagangan dan melaksanakan persatuan intern. Bahkan, dia ingin membangun satu Eropa yang berintegrasi secara lebih intensif dan ekstensif sampai taraf ada anggaran keuangan bersama, parlemen bersama dan seorang menteri keuangan bersama. Dia menginginkan agar pada sidang Dewan Eropa bulan Juni mendatang, negara-negara anggota akan berhasil mengesahkan satu peta jalan tentang masalah-masalah yang diperhatikan oleh Perancis dewasa ini seperti reformasi Eurozone atau prospek keuangan Uni Eropa pada waktu mendatang. Di depan upacara pelantikan pada Minggu (14 Mei), presiden yang paling muda dalam sejarah Perancis ini sekali lagi menekankan bahwa selaku Presiden Perancis, dia menginginkan agar bahtera Eropa bisa maju pada masa kini dan pada masa depan.
Dalam langkah pertama untuk merealisasikan hal ini, pada pertemuan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, di Berlin, Macron menginginkan agar pada masa depan, Uni Eropa akan sedikit mengalami birokratisme dan mampu membela diri secara lebih baik. Dia menegaskan bahwa bagi Perancis, pengubahan traktat Eropa dalam reformasi Uni Eropa bukanlah hal yang terlarang. Di bidang perdagangan, Presiden Macron menyatakan bahwa perusahaan-perubahaan Eropa perlu lebih mantap dalam menghadapi gelombang liberalisasi perdagangan.
Perancis dan Jerman berkoordinasi untuk menetapkan arah perkembangan Uni Eropa
Menyambut rekomendasi-rekomendasi dari Presiden Perancis tentang pembangunan satu Uni Eropa yang lebih kuat, Kanselir Jerman, Angela Merkel menyatakan bahwa ini adalah satu saat yang penting bagi Uni Eropa dan Uni Eropa hanya kuat kalau Perancis kuat. Dia menegaskan bahwa dua negara adi kuasa utama dari Uni Eropa ingin menciptakan satu pemacu baru bagi kerjasama bilateral dan satu “impuls baru” bagi persekutuan Perancis-Jerman. Menurut Kanselir Jerman, dua negara telah mencapai pemahaman bersama yaitu tidak bisa hanya berfokus pada masalah Brexit, tapi pertama-tama dan di atas segala-galanya harus berpikir tentang cara memperdalam persekutuan dan membantu Eurozone mampu menghadapi krisis-krisis secara lebih baik. Dia juga menyetujui ide reformasi Uni Eropa yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis dan memberitahukan bersedia mengubah Traktat Eropa. Akan tetapi, menurut Kanselir Jerman, pertama-tama semua pihak harus menetapkan reformasi apa yang diinginkan oleh Uni Eropa, kemudian baru melakukan langkah-langkah selanjutnya.
Menjelang kunjungan tersebut, Berlin pernah mencemaskan bahwa upaya-upaya reformasi Uni Eropa secara konsekuen yang dijalankan oleh Presiden Perancis adalah “tidak realis” pada latar belakang Eurozone sedang menghadapi krisis. Juru bicara Kementerian Keuangan Jerman menyatakan bahwa kebijakan yang dilakukan oleh Macron akan menuntut pengubahan Traktat Eropa dimana hal ini memerlukan pengesahan dari semua negara anggota. Kementerian Luar Negeri Jerman juga menilai bahwa rencana mengubah traktat ini bukanlah “ide yang baik”. Akan tetapi, sekarang ini, setelah pertemuan dengan Presiden Perancis, Kanselir Jerman, Angela Merkel telah membuka kemungkinan mengubah Traktat Eropa, kalau hal itu masuk akal.
Perancis dan Jerman adalah dua anggota kunci dari Uni Eropa. Jabatan tangan antara Presiden Perancis dan Kanselir Jerman di Berlin pada Senin (15 Mei) tidak hanya menciptakan impuls baru bagi kerjasama bilateral, tapi juga meletakkan fundasi dalam menetapkan arah perkembangan Uni Eropa pada latar belakang persekutuan ini sedang sangat memerlukan keterkaitan dan kesatuan.