(VOVworld) - Pada 20 tahun lalu, tanggal 16 November 1998, UNESCO untuk pertama kalinya memutuskan mengadakan Hari Toleransi Internasional. Sejak hari itu sampai sekarang, pada setiap kesempatan ini, banyak aktivitas-aktivitas memuji mendorong dan memuliakan aktivitas-aktivitas yang bersifat toleran telah didakan di banyak negara, termasuk Vietnam.
Pada zaman Apartheidisme masih ada, di Afrika Selatan, dua orang anak dengan warna kulit yang berbeda di Cape Town
(Foto:PBB-1982)
Watak orang Vietnam ialah toleran dan lapang dada. Hal ini termanifestasikan dalam banyak pepatah yang terukir dalam jiwa setiap orang. Dalam keluarga dan dalam marga, orang mempunyai pepatah: “Adik jatuh kakak mengangkat berdiri”; “Sesama saudara rukun, keluarga itu mendapat berkah”. Tentang kehidupan bertetangga dan bersahabat ada pepatah yang mengjarkan bahwa “menjual saudara-saudara jauh, membeli tetangga dekat”.
Pada zaman dahulu kala, para pendahulu kita selesai mengalahkan musuh masih mensuplai mereka dengan pangan dan kuda untuk pulang kenegerinya
Dewasa ini, juga ada banyak teladan tentang toleransi, altruisme dari orang Vietnam. Dalam peperangan di Vietnam, banyak veteran perang Amerika Serikat telah melakukan kejahatan-kejahatan yang kejam, diantaranya harus bicara tentang peristiwa massakre Mỹ Lai, di provinsi Quang Ngai. Pada tangal 16 Maret 1968, 504 orang yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak, termasuk bayi telah dibantai oleh kompi Charlie. Para veteran perang Amerika Serikat, serdadu-serdadu yang telah ikut serta pada massakre ini, karena selalu rusuh hatinya oleh dosa-dosa yang mengerikan itu, maka telah memutuskan akan datang kembali di bumi Mỹ Lai yang penuh dengan kesedihan ini dan berharap agar penduduk Vietnam mengampuninya. Ibu Pham Thi Thuan, salah seorang diantara para saksi mata yang lepas dari maut dalam massakre ini ketika ditanya: Apakah yang Anda fikirkan tentang permintaan maaf dari para veteran perang Amerika Serikat itu? telah mengatakan bahwa keluarga saya ada 6 orang yang telah dibantai dalam massakre itu, kehilangan dan derita ini tak tertebuskan. Tapi hal itu sudah lewat, saya memberi maaf, karena merka tahu bertobat. Lalu, massakre di Thanh Phong, provinsi Ben Tre yang dilakukan oleh pasukan komando SEAL pimpinan Bob Kerrey pada tanggal 25 Februari 1969 telah membantai 21 penduduk sipil, diantaranya ada orang tua, perempuan dan anak-anak. Bob Kerrey yang di kemudian hari menjadi senator telah mengakui bahwa dia selalu terobsesi oleh memori-memori yang menyedikan itu, harus hidup bersama dengan kejahatan-kejahatan yang dia timbulkan. Dia telah minta maaf kepada para warga Thanh Phong. Keluarga para korban yang ditimbulkan oleh Bob Kerrey memberitahukan: Marah memang sangat marah, tapi orang tidak ingin menyimpan rasa dendam lama-lama. Sekarang sudah dama, tak ada orang yang melupakan masa lampau, tapi jika menyimpan kemarahan itu untuk apa”.
Baru-baru ini, adekan dua orang ibu, seorang adalah ibu korban, yang lain adalah ibu terdakwa yang berpelukan dan menangis di pengadilan, telah mengharukan banyak orang. Ibu korban meminta kepada pengadilan supaya mengurangi hukuman bagi terdakwa, orang yang telah membunuh anaknya yang tercinta. Lalu, para veteran perang di daerah pedesaan bersungai-sungai di daerah dataran rendah sungai Mekong telah menyumbangkan harta dan tenaga untuk membangun jembatan beton untuk membantu anak-anak pergi ke sekolah. Seorang ibu guru di kota Hanoi siang malam mengajar lagi anak-anak disabilitas yang tidak bisa punya persyaratan untuk pergi ke sekolah. Para guru muda dengan sukarela datang ke sekolah-sekolah di daerah pegunungan, daerah pedalaman dan daerah pelosok untuk mengajarkan anak-anak etnis minoritas. Ini tidak hanya merupakan perilaku-perilaku yang baik, melainkan juga merupakan pelajaran tentang semangat kasih sayang, rasa menenggang dari orang Vietnam.
Jangan melupakan masa lampau, tapi juga jangan hidup lama dengan rasa dendam. Setelah kematian, kehidupan tetap terus berjalan. Rasa kasih sayang dan rasa menenggang akan berangsur-angsur mehapuskan rasa-rasa dendam yang seolah-olah tak bisa diatasi. Menenggang tidak bearti kalah, tidak berrarti merendahkan diri atau menuruti mereka. Menenggang berarti menghormati, berarti menerima dan mengapresiasi keaneka-ragaman kebudayaan dunia. Menenggang di atas segala-segalanya berarti mendorong pengakuan terhadap hak-hak mendasar dari manusia, berati menjunjung tinggi sifat kemanusiaan dalam hati setiap orang. Bagi kita orang Vietnam, rasa menenggang berarti penghargaan paling besar dalam hidup manusia.