(VOVWORLD) - Setelah serentetan perkembangan yang cepat, pada 15 Agustus, pasukan Taliban menyatakan mengakhiri perang dan merebut hak kontrol sepenuhnya bagi Afghanistan. Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani mengakui kegagalan dan telah meninggalkan tanah air. Dengan demikian, setelah lebih dari 20 tahun digulingkan oleh Amerika Serikat (AS), saat ini Taliban telah kembali memegang penyelenggaraan tanah air, membuka satu situasi baru di negara Asia Selatan ini.
Para militan di Istana Presiden di Kabul pada tanggal 15 Agustus (Sumber: AP/ Zabi Karimi) |
Dalam satu pernyataan pada 15 Agustus, juru bicara politik Taliban, Mohammad Naeem berkomitmen Taliban akan cepat memperjelas bentuk negara dan rezim politik di Afghanistan. Dengan pernyataan ini Taliban resmi menegaskan hak kedaulatannya di negara ini.
Taliban Kembali Berkuasa
Pernyataan juru bicara politik Taliban dikeluarkan hanya beberapa jam setelah kekuatan ini memasuki Ibukota Kabul dan cepat mengontrol semua kantor pemerintah, meliputi Istana Presiden. Sebelum menduduki Kabul, Taliban telah merebut hak kontrol terhadap 33 di antara 34 provinsi dan kota di Afghanistan. Laju kemajuan pasukan Taliban tampaknya tidak menghadapi tentangan pun dari pihak tentara Afghanistan.
Pada 16 Agustus, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani resmi mengakui keruntuhan pemerintah, menegaskan bahwa dia meninggalkan tanah air untuk menghindari pertumpahan darah. Ia juga menuduh Taliban yang telah menggunakan kekerasan untuk menentang proses demokrasi di negara ini. Menurut sumber-sumber berita, Ashraf Ghani telah naik pesawat untuk meninggalkan Afghanistan sebelum Taliban masuk Ibukota Kabul. Tetapi, destinasi pemimpin ini belum diumumkan.
AS dan banyak negara Barat telah mengkonfirmasikan perihal Taliban merebut hak kontrol terhadap Kabul dan seluruh Afghanistan, bersamaan itu menegaskan tidak akan membawa kekuatannya kembali ke negara Asia Selatan tersebut.
Dengan demikian, hanya 3 bulan setelah AS dan sekutunya memulai penarikan hampir semua kekuatan tempurnya dari Afghanistan sesuai komitmen, Taliban telah merebut hak kontrol terhadap tanah air menurut satu skenario yang cukup mendadak yaitu keruntuhan cepat pemerintah pusat Afghanistan. Satu situasi baru telah dibuka di Afghanistan dengan banyak pertanyaan yang belum memiliki jawaban yang pasti.
Situasi Baru yang Sulit Diduga
Dalam pernyataannya setelah menguasai Kota Kabul, juru bicara politik Mohammad Naeem menekankan bahwa Taliban telah berhasil mencapai target yang diikutinya selama 20 tahun ini yakni “kebebasan untuk tanah air dan kemerdekaan untuk rakyat”. Pejabat Taliban ini juga berkomitmen menjamin keselamatan semua perutusan diplomatik internasional, bersamaan itu mengimbau para pemimpin Afghanistan dan negara-negara terkait agar melakukan dialog untuk memecahkan hubungan-hubungan bilateral dan regional. Khususnya, Taliban berkomitmen bahwa struktur pemerintah baru akan meliputi para tokoh yang berada di luar organisasi ini, menghormati hak kaum perempuran dan berbagai etnis minoritas serta hak kebebasan berbicara dalam kerangka Syariat Islam.
Berdasarkan pernyataan ini, tampaknya Taliban saat ini mempunyai banyak perbedaan dibandingkan tahap kekuatan ini memimpin Afghanistan pada 20 tahun sebelumnya (1996-2001). Tetapi, menurut penilaian kalangan intelijen dan para analis AS dan Eropa, tidak ada yang memberikan jaminan yang pasti tentang masa depan tanah air dan warga Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban. Kecemasan ini berasal dari banyak dasar. Terutama keunggulan yang dimiliki Taliban adalah aktivitas bersenjata, belumlah satu organisasi politik sipil yang sesuai untuk menyelenggarakan tanah air. Bersamaan itu Afghanistan tengah berada dalam kesulitan keuangan dan kian mengalami instabilitas keamanan, politik dan sosial setelah masa perang yang berkepanjangan.
Di samping itu, meskipun berkomitmen menghormati hak kaum perempuan dan hak kebebasan berbicara, tetapi Taliban tetap menegaskan bahwa hal itu berada dalam kerangka Syariat Islam, hukum keras yang dilaksanakan kekuatan ini untuk menindas warga pada tahap mereka berkuasa sebelumnya. Satu kecemasan lagi yakni Taliban menjalin hubungan yang erat dengan banyak organisasi teroris dan ekstremis, di antaranya Al Qeada dan IS. Taliban yang bisa bereksis dan menjadi kuat seperti dewasa ini karena ada bantuan keras dari banyak organsiasi teroris dan ekstremis regional beserta beberapa kekuatan lainnya. Oleh karenanya sangat memungkinkan Taliban akan terus mempertahankan hubungan-hubungan ini dalam tahap memimpin tanah air di waktu mendatang.
Meskipun begitu, tidak sedikit pandangan yang menyatakan bahwa dengan tekanan komunitas internaisonal dan praktik yang sudah ditempuh, Taliban mungkin akan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang positif dalam mengelola tanah air di waktu mendatang. Bagaimana warga Afghanistan yang akan hidup dan membangun tanah air di bawah penyelenggaraan Taliban, semuanya akan dibuktikan tidak lama lagi.