(VOVWORLD) - Keputusan Amerika Serikat (AS) yang mengerahkan serdadunya ke kawasan Teluk setelah ada dua basis kilang minyak Arab Saudi diserang dengan pesawat nirawak sedang membuat situasi menjadi panas seperti kancah api. Kata—kata seperti “perang” atau “bentrokan militer komprehensif” telah diulang-ulang. Pada latar belakang dewasa ini belum ada indikasi turunnya suhu ketegangan di kawasan ini.
Tempat kejadian serangan di kilang minyak di Arab Saudi (Foto: AP) |
Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Mark Esper memberitahukan bahwa pengerahan lagi serdadunya ke kawasan Timur Tengah adalah menurut permintaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk membela para mitra di kawasan ini dalam menghadapi tindakan-tindakan permusuhan yang dilakukan oleh Iran. Permintaan tersebut dikeluarkan setelah serentetan peristiwa Iran melakukan serangan terhadap pesawat nirawak AS pada bulan Juni lalu, menangkap tanker-tanker minyak beserta serangan terhadap basis-basis kilang minyak Arab Saudi baru-baru ini di mana AS melemparkan kesalahan terhadap Iran. Pasukan-pasukan tambahan AS yang digelarkan ke Timur Tengah pada pokoknya akan berfokus pada target pertahanan udara dan pertahanan rudal.
Meningkatkan lagi ketegangan
Kenyataann dari penggelaran serdadu ke Timur Tengah merupakan langkah yang perlu bagi AS ketika negara ini tidak bisa terus “diam berpangku tangan” setelah serangan terhadap keamanan para sekutunya di kawasan seperti Arab Saudi. Kasus ini bisa dianggap sebagai satu ujian bagi hubungan sekutu AS-Arab Saudi. Dalam pemberitahuannya, para pejabat AS juga menegaskan bahwa penggelaran ini akan meliputi sejumlah serdadu yang berjumlah “sedangan” dan pada pokoknya demi target bela diri.
Walaupun pihak AS menjelaskan bahwa pengerahan serdadunya ke Timur Tengah dengan maksud membela para mitra di kawasan dalam menghadapi tindakan-tindakan permusuhan yang dilakukan oleh Iran, tetapi beberapa pakar menyatakan bahwa kawasan Timur Tengah tidak memerlukan kekuatan AS, karena hal ini hanya meningkatkan ketegangan. Presiden Iran, Hassan Rouhani menyatakan bahwa keberadaan kekuatan-kekautan asing mengancam keamanan energi dan pelayaran di kawasan ini. Dia mengimbau kepada pasukan-pasukan asing supaya meninggalkan dan “menghindari jauh” kawasan Teluk agar tidak mengubah kawasan ini menjadi kawasan yang terjadi satu perlombaan senjata. Menurut dia, keamanan di kawasan Teluk, Selat Hormuz dan Laut Oman harus dijamin melalui kerjasama antara negara-negara pantai. Sementara itu, Panglima Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC), Brigadir Hossein Salami menegaskan bahwa Iran tidak membolehkan negaranya berubah menjadi medan perang dan akan membela keutuhan wilayah secara habis-habisan. Sedangkan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Mohammad Javad Zarif tidak mengecualikan kemungkinan tindakan AS yang bisa mendatangkan satu bentrokan komprehensif.
Pada saat ketegangan di kawasan Teluk naik pasang, Tentara Iran telah mengadakan parade militer besar-besaran di Teheran dan banyak kota besar, termasuk kota pelabuhan Bandar Abbas di dekat Selat Hormuz. Banyak sampan bermotor ofensif dan sistim pertahanan udara serta berbagai peralatan militer lain juga muncul pada parade militer ini. Iran juga mengadakan pameran tentang pesawat nirawak asing yang ditembak jatuh untuk menunjukkan tekad tentara negara ini dalam menghadapi ancaman dari luar.
Tidak mudah meninggalkan
AS pasti tahu apa yang mereka lakukan akan membuat kawasan Timur Tengah pada umumnya dan hubungan dengan Iran pada khususnya menjadi tegang, tapi pastilah bahwa AS tetap sedang dan akan terus mempertahankan pengaruhnya di kawasan ini. Selain alasan menjamin kestabilan harga minyak tambang, keberadaan AS secara berjangka-panjang di kawasan ini juga memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap AS. Kalau AS meninggalkan kawasan ini, situasi akan menjadi sangat rumit. Ada sangat banyak faktor yang sedang ingin mengusahakan peranan yang lebih besar di kawasan ini seperti Rusia, Tiongkok dan sebagainya. Khususnya Tiongkok, pengimpor minyak tambang yang paling besar di dunia, mengimpor kira-kira 40% volume minyak kasar dari kawasan Teluk Persia. Selama lebih dari satu dekade ini, Tiongkok memperkuat kemampuan militer di luar wilayahnya, khususnya kawasan Teluk Persia. Kapal-kapal Tiongkok ikut serta dalam banyak patroli untuk melawan bajak laut di pantai Somalia, membangun serangkaian pelabuhan yang disamarkan sebagai pelabuhan sipil di Samudera Hindia. Selain itu, pangkalan militer Beijing di Djibouti juga membantu negara ini memperkokoh kemampuan militernya.
Itu merupakan alasan-alasan bagi kalangan analis untuk menyatakan bahwa baik termasuk ketika AS sedikit bergantung pada minyak di kawasan Teluk Persia, tapi tentara negara ini tetap harus mempertahankan keberadaannya di kawasan ini.
Hubungan AS-Iran pada khususnya dan kawasan Teluk pada umumnya sedang berada dalam situasi yang sensitif. Akan tetapi, opini umum tetap berharap agar dua pihak tidak akan mendorong ketegangan terlalu jauh dan tidak terseret ke dalam bentrokan yang bersifat regional.