(VOVWORLD) - Pada Jumat (28 Juni), Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perekonomian-Perekonomian Maju dan Baru MunculPapan Atas di dunia(G20) dibuka di Kota Osaka, Jepang. KTT pada tahun ini berlangsung pada latar belakang di dunia semakin ada bentrokan-bentrokan kepentingan seperti munculnya proteksionisme perdagangan pada saat kecenderungan liberalisasi perdagangan bebas sedang berkembang. Semua masalah ini menimbulkan dampak yang tidak kecil terhadap KTT ini.
Ilusttrasi (Foto: internet) |
Berlangsung dari 28-29 Juni, KTT G20 menjadi penting tidak hanya karena KTT ini menandai 20 tahun terbentuknya G20, tapi karena KTT ini berlangsung pada latar belakang dunia sedang menghadapi tantangan-tantangan yang terbesar selama 10 tahun ini. Serentetan masalah yang pernah memanaskan forum ini pada tahun lalu di Argentina seperti bentrokan dagang, perubahan iklim, ketegangan bilateral, lingkungan, energi dan lain-lain, maka pada tahun ini semuanya tetap merupakan masalah-masalah titik berat yang dihadapkan pada KTT G20 di Jepang.
Bersama-sama membahas masalah-masalah yang mencuat
Dengan target sentral ialah “pertumbuhan yang kuat, berkesinambungan, setara dan komprehensif”, KTT G20 tahun ini meliputi 4 sesi perbahasan utama yaitu ekonomi global, perdagangan dan investasi,; Pembaruan kreatif dan ekonomi digital; Lingkungan, energi dan perubahan iklim; Perkembangan yang berkesinambungan, lapangan kerja, perempuan dan kesehatan.
Menurut Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, bekerjasama untuk mempertahankan dan memperkokoh tertib dagang internasional yang terbuka dan bebas merupakan tantangan yang paling penting dari zaman. Para pemimpin akan menilai risiko-risiko terhadap perekonomian global ketika bank-bank sentral besar sedang menerapkan langkah-langkah melonggarkan kebijakan moneter, bersamaan itu menegaskan kembali tekad menggunakan semua instrumen kebijakan untuk menjamin pertumbuhan yang bersifat mencakup dan berkesinambungan. Jepang juga berharap agar para pemimpin G20 bisa menyepakati arti penting dari perdagangan bebas dan setara
Satu tema lain yang juga diprioritaskan oleh negara tuan rumah ialah masalah membina prinsip-prinsip internasional untuk memanfaatkan potensi perekonomian digital dan menjamin kebebasan rotasi data lintas perbatasan melalui pembangunan satu mekanisme internasional. Tokyo menyatakan bahwa semua transaksi data lintas perbatasan sedang menjadi satu cabang bisnis yang sudah umum di dunia dan bisa menjadi satu tenaga pendorong pertumbuhan ekonomi pada masa depan. Oleh karena itu, Jepang berhaluan mengagasi proses ini pada KTT G20 ini.
Akan tetapi, 2 titik berat tersebut (perdagangan dan data) tidak bisa terpisahkan dari perombakan terhadap Organisasi Perdagangan Sedunia (WTO). Harus membuat WTO menjadi lebih sesuai dengan martabat sebagai organisasi yang membela perdagangan bebas internasional dan kesetaraan. Walaupun begitu, para anggota G20 sekarang ini sedang mempunyai perbedaan pandangan tentang cara merombak WTO.
Masalah ketiga pada KTT kali ini ialah arti penting dari pembaruan kreatif dalam memecahkan semua tantangan terhadap lingkungan global. Di Kota Osaka, Jepang menginginkan G20 mengkonfirmasikan arti pentingnya dari pembaruan kreatif itu.
Tantangan-tantangan
KTT G20 telah menjadi salah satu di antara forum-forum internasional tahunan yang paling penting di dunia. Akan tetapi, apa yang sedang berlangsung menunjukkan tidak mudah mencapai permufakatan-permufakatan yang bersifat terobosan.
Pertama-tama, KTT G20 dibayangi oleh perang tarif yang semakin bereskalasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Organisasi-organisasi multilateral seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan WTO menghadapi tantangan-tantangan yang belum pernah ada dari internalnya, khususnya program aksi “Amerika Serikat First” yang dijalankan oleh Presiden Donald Trump.
Hasil yang dicapai oleh rapat-rapat tingkat Menteri G20 sejak awal tahun hingga sekarang juga memperlihatkan indikasi-indikasi instabilitas. Ada banyak kemungkinan para pemimpin G20 akan tidak mengeluarkan komitmen tentang masalah menentang proteksionisme, karena seperti halnya dengan KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) pada tahun lalu, karena Washington akan menentang semua komitmen seperti itu.
Tentang masalah-masalah yang lain, menjelang KTT G20, Presiden Perancis, Emmanuel Macron menyatakan akan tidak menandatangani Pernyataan Bersama G20 kalau naskah ini tidak mengungkapkan secara jelas masalah menanggulangi perubahan iklim. Reaksi ini dikeluarkan oleh Presiden Macron setelah rancangan Pernyataan Bersama G20 dibocorkan sama sekali tidak mengungkapkan dukungan menyeluruh terhadap Permufakatan Paris 2015. Pihak Perancis mencemaskan bahwa hal ini bisa membuat G20 mengulangi skenario tahun lalu di Argentina ketika masalah menanggulangi perubahan iklim diremehkan.
KTT G20 berlangsung pada latar belakang dunia sedang menghadapi tantangan-tantangan besar. Kontradiksi dan perbedaan yang semakin meningkat antara beberapa negara akan menimbulkan pengaruh yang tidak kecil terhadap hasil “forum utama demi kerjasama ekonomi internasional” ini.