(VOVWORLD) - Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok pada pekan lalu telah resmi “memulai” perang dagang dan ada banyak kemungkinan masih berkepanjangan ketika dua perekonomian papan atas di dunia ini sedang melakukan gerak-gerik memperkuat tekad tempur habis-habisan. Perang dagang ini dianggap akan diusul dengan serentetan akibat yang berbahaya, baik terhadap dua perekonomian ini sendiri maupun berpengaruh secara serius terhadap perdagangan internasional.
Aksi balas-berbalas
Perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi meledak ketika Washington resmi mengenakan tarif baru sebanyak 25% terhadap barang impor dari Beijing senilai 34 miliar USD. Segera setelah itu, negara ini juga mengaktifkan langkah-langkah balasan terhadap AS. Yang patut diperhatikan ialah barang-barang yang dikenai tarif merupakan bidang-bidang “tulang punggung” dari dua perekonomian terbesar di dunia ini.
Selain tarif yang baru saja dikenakan, dalam waktu dua pekan mendatang, AS akan terus mengenakan tarif tambahan terhadap barang-barang Tiongkok senilai 16 miliar USD. Bahkan, Presiden AS, Donald Trump juga memperingatkan bahwa Washington bersedia mengenakan lagi tarif sebanyak 10% terhadap barang dagangan Tiongkok senilai dari 200-300 miliar USD, meningkatkan jumlah total barang dagangan Tiongkok yang dikenai tarif oleh AS sebanyak 550 miliar USD. Kementerian Perdagangan Tiongkok telah mencela gerak-gerik AS sebagai satu bentuk “tekanan dagang”, bersamaan itu memberitahukan telah mengajukan gugatan terhadap AS kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Bahkan, Bejing menyebut tindakan Washington ini tidak bijaksana dan mengerosikan kepentingan negara-negara lain maupun negara ini sendiri.
Keputusan Presiden AS, Donald Trump yang mengenakan tarif terhadap barang impor dari Tiongkok bukanlah gerak-gerik di luar dugaan. Sudah sejak kampanye pemilihan, Donald Trump telah selalu menegaskan pandangan bahwa pengenaan tarif ini adalah diperlukan untuk melindungi harta benda kearifan dan teknologi AS, mengurangi defisit perdagangan AS terhadap Tiongkok.
Akan tetapi, dalam kenyataannya, sebab-musabab yang mendalam tidak berada di situ. Menurut para analis, gerak-gerik memberikan revans perdagangan antara dua pihak mencerminkan persaingan ekonomi dan militer yang semakin sengit, militer, pengaruh global antara AS dan Tiongkok, dua negara yang mempunyai banyak perbedaan tentang pendirian dan ambisi. Ketegangan strategis ini ada banyak kemungkinan hanya akan meningkat saja, jadi tidak berkurang tanpa memperdulikan bagaimana hasil akhir konfrontasi tarif sekarang ini.
Satu permainan tanpa ada yang menang
Para pakar menilai bahwa perang dagang antara dua perekonomian yang terbesar di dunia ini dengan “aksi balas-berbalas” mungkin akan berkepanjangan dan menimbulkan dampak kuat terhadap situasi ekonomi dua negara maupun perdagangan global.
Ditinjau tentang pengaruh terhadap dua perekonomian ini sendiri, di tingkat makro, langkah-langkah mengenakan tarif ini akan membuat laju pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok berkurang dari 0,1-0,2% pada tahun ini. Ini mungkin bukanlah angka yang terlalu besar, tetapi kalau menghitungkan skala satu perekonomian yang besar seperti AS dan Tiongkok, maka kerugiannya akan berada dalam taraf yang berarti. Ditambah lagi, dampak-dampak terhadap taraf risiko bisnis, kepercayaan sektor swasta dan penangguhan rantai suplai bisa memperserisus lagi sock-sock ekonomi. Pada tingkat mikro, banyak perusahaan Tiongkok yang mengekspor barang ke AS akan terpengaruh, pada saat, diperluasnya pengenaan tarif yang dilakukan oleh AS terhadap semua barang impor dari Tiongkok akan membuat banyak perusahaan AS yang beraktivitas di Tiongkok menderita kerugian.
Bagi Tiongkok, ketika perang dagang meledak, pertumbuhan ekonomi jangka pendek akan terkena pengaruh yang tidak kecil, mengakibatkan banyak kerumitan terhadap kestabilan sosial-ekonomi. Dalam pada itu, apakah pandangan keras terhadap Tiongkok yang dijalankan oleh Donald Trump mendapat dukungan besar di dalam negeri pada saat yang penting ketika dia sedang mengarah ke pemilihan Kongres pada bulan November mendatang juga merupakan masalah yang mencemaskan.Mungkin, pemerintah pimpinan Donald Trump akan harus menderita celaan dari partai oposisi dan menghadapi demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan oleh cabang-cabang yang menderita kerugian dalam perang dagang ini.
Sudah barang tentu, pihak yang menderita paling banyak kerugian bukanlah AS atau Tiongkok, melainkan justru perekonomian-perekonomian yang berkaitan erat dengan rantai nilai global. Dengan perkembangan-perkembangan yang sedang berlangsung, kalangan pakar menyatakan bahwa ini hanyalah langkah pertama dalam konfrontasi dagang yang tak kenal ampun antara dua perekonomian papan atas di dunia dengan banyak kemungkinan menimbulkan kerugian tidak hanya terhadap dua perekonomian AS dan Tiongkok saja, tapi juga mengancam perekonomian global.