(VOVworld)- Warga etnis minoriras Kho Mu sudah sejak lama mempunyai adat berhuma, kehidupan mereka berkaitan erat dengan alam, maka kebudayaan mereka kental dengan selar –selar daerah pegunungan dan hutan. Menurut adat-istiadat tradisional, warga etnis Kho Mu selalu memuja Dewa Api dan menganggap-nya ini sebagai Dewa yang membawa kehidupan yang cukup sandang-cukup pangan bagi etnis-nya.

Ruang dapur utama dari warga etnis Kho Mu.
(Foto: vov4.vov.vn).
Menurut tradisinya, warga etnis Kho Mu telah menciptakan satu sistem adat-istiadat bekeyakinan sendiri dalam membangun rumah, mengatur ruang dapur dan mempertahankan adat mejuma Dewa Api dalam setiap rumah. Khususnya, semua dapur dalam keluarga warga etnis Kho Mu ditempatkan di tempat - tempat yang berlainan, tetapi mematuhi adat-istiadat tradisional dan pantangan - pantangan yang sangat ketat. Doktor Vi Van An, Peneliti kebudayaan etnis-etnis minoritas dari Museum Etnologi Vietnam memberitahukan:“Rumah dari warga etnis Kho Mu biasanya punya tigaruang.. Pada ruang pertama ada tangga naik, di sebelah kiri ada dapur. Dapur ini digunakan demi kebutuhan makan sehari-hari. Dapur ini tidak semata-mata hanya digunakan untuk memasak atau menghangatkan, melainklan juga menjadi tempat untuk menerima tamu”.
Dalam ruang dapur ini, para wanita selalu berkumpul berbincang-bincang dan berbagi perasaan, kegembiraan dan kesedihan. Dapur kedua di ruang tengah yalah ruang untuk memuja nenek moyang warga etnis Kho Mu. Ini merupakan ruang yang peling penting dalam setiap keluarga warga etnis Kho Mu. Oleh karena itu, semua pekerjaan atau event maha penting sepanjang tahun dilakukan oleh warga etnis Kho Mu di ruang dapur pemujaan ini. Doktor Vi Van An memberitahukan: “Menurut konsep warga etnis Kho Mu, acara memuja nenek moyang harus dilakukan dalam satu dapur sendiri, karena dalam spitualitas warga etnis Kho Mu, nenek moyang adalah mahakuasa suci. Oleh karena itu, pada hari memuja nenek moyang atau sanak keluarga, warga etnis Kho Mu selalu memyembelih kerbau, sapi dan dapur ini digunakan secara masksimal pada event-event tersebut”.
Dapur ketiga terletak di ruang terahir dalam rumah panggung disebut sebagai dapur memasak nasi dan nasi ketan. Dapur ini berkaitan dengan adat-istiadat mengarak Sang Ibunda Padi dari warga etnis Kho Mu. Pada masa panenen, biji beras pertama yang digunanakan untuk membuat nasi ketan dalam upacara memuja Sang Ibunda Padi dianggap sebagai terimakasih karena telah memberikan panenan baik. Oleh karena itu, semua perkakas rumah tangga dalam dapur ini merupakan benda-benda yang suci, orang tidak bisa bebas membawa-nya ke tempat lain.
Pada masa kini, ekonomi berkembang, tidak hanya bagi warga etnis Kho Mu saja, tetapi banyak adat istiadat warga etnis minoritas lain telah berubah, agar lebih sesuai dengan lingkungan hidup baru. Namun, konsep tentang adat memuja Dewa Api, Dewa Dapur yang memberikan kemujuran dan mengusir semua resiko dalam kehidupan tampak telah terukir secara mendalam dalam fikiran warga etnis Kho Mu. Di banyak tempat, warga etnis Kho Mu tetap masih melestarikan adat-istiadat ini untuk menjaga identitas dan ciri khas budaya dari etnis-nya.