(VOVworl) – Sebagai salah satu diantara 6 etnis yang hidup di daerah propinsi Kontum, warga etnis minoritas Gie Trieng mempunyai jumlah penduduk kira-kira 33.000 jiwa yang pada pokok-nya bermukim di daerah kabupaten Dak Glei dan kabupaten Ngoc Hoi, sepanjang jalan Ho Chi Minh yang berperbatasan dengan negara sesaudara Laos. Warga etnis minoritas Gie Trieng mempunyai kehidupan sprititual yang kaya raya dan sampai sekarang, mereka tetap masih melestarikan banyak identitas budaya khas etnisnya. Seperti hal-nya dengan banyak etnis-etnis sesaudara yang lain dalam komunitas etnis-etnis di Vietnam, warga etnis Gie Trieng memberikan banyak sumbangan pada usaha membangun dan mengembangkan Tanah Air.

Warga etnis Gie Trieng melakukan pesta gong dan bonang.
(Foto: https://vi.wikipedia.org)
Satuan masyarakat satu-satunya dari warga etnis Gie Trieng yalah dukuh. Sesepuh dukuh adalah kepala yang membimbing semua urusan umum di desa. Sesepuh dukuh adalah orang yang berwibawa, memahami adat-istiadat, mempunyai banyak pengalaman dalam produksi dan sekaligus adalah orang yang berjasa mendirikan dukuh. Hubungan komunitas dalam dukuh cukup erat. Giang (atau dewa langit) sangat dihormati dan paling dikultuskan. Dari keyakinan politeisme, warga etnis Gie Trieng mempunyai banyak upacara dan pesta dalam aktivitas masyarakat dan dalam setiap keluarga, seperti acara memuja dewa Langit, acara memuja rumah panggung, Pesta makan nasi baru dan lain-lain…
Bersama dengan perkembangan ekonomi yang meningkatkan kehidupan ditingkatkan, warga etnis Gie Trieng juga mempunyai kesedaran dalam mengkonservasikan, mengembangkan nilai kebudayaan tradisional etnisnya. Bersamaan dengan bantuan yang diberikan Pemerintahan dan semua ormas sosial di daerah, semua dukuh warga etnis Gie Trieng mempunyai Rumah panggung tradidional yang digunakan sebagai tempat aktivitas komunitas. Banyak adat-istiadat, kebiasaan dan pesta baik dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari dari warga etnis Gie Trieng. Bapak Duong Ton Bao, seorang peneliti kebudayaan rakyat daerah Tay Nguyen memberitahukan: “Banyak adat-istiadat dan kebiasaan yang baik dalam aktivitas budaya warga etnis Gie Trieng dipertahankan. Yang tipikel yalah orkestra instrumen musik Dinh Tut yang meliputi enam orang laki-laki yang mengenakan pakaian wanita untuk melakukan pertunjukan Dinh Tut secara khas. Warga etnis Gie Trieng mempunyai pesta menyambut padi baru, Pesta menyambut rumah panggung baru dan lain-lain….Semuanya itu merupakan ciri-ciri indah dalam adat kebiasaan warga etnis Gie Trieng yang tetap terus dipertahankan dan dilétarikan dengan baik dalam kehidupan warga etnis Gie Trieng dewasa ini”.
Pada tahun - tahun ini, terutama dari tahun 1991, ketika propinsi Kon Tum didirikan kembali di atas dasar pemisahan propinsi Gia Lai-Kon Tum, kehidupan warga etnis Gie Trieng semakin berubah. Titik balik kedua yalah ketika jalan Ho Chi Minh dibangun yang membantu warga propinsi Kon Tum menghapuskan posisi buntu dan menciptaikn syarat yang amat kondusif bagi hubungan perdagangan di daerah pemukiman warga etnis Gie Trieng. Warga etnis Gie Trieng sekarang ini tidak hanya tahu menanam pohon gandum, menanam padi di huma, melainkan telah sangat profesional dalam menanam padi air, menanam dan merawat berbagai jsnis pohon bahan industri yang unggul di daerah Tay Nguyen, seperti pohon karet dan pohon kopi. Mereka sudah cukup sandang-cukup pangan.
Dengan kesedaran menjaga identitas budaya etnisnya, seiring dengan menggunakan secara fasih bahasa nasional, warga etnis Gie Trieng sekarang ini masih tetap mengunakan bahasa trgolong kelompok bahasa Mon-Khmer dan menjaga aksara dengan alfabet Latin. Bersamaan dengan itu, dalam kehidupan sehari-hari, disamping rumah-rumah yang dibangun secara modern, perkakas rumah modern, misal-nya sepeda motor, lemari es, dapur gas dan lain-lain…warga etnis Gie Trieng masih terus mencintai rumah-rumah panggung yang bersih dan sejuk, menjaga dapur, menganyam selimut, keranjang gendongan dan sebagainya…dengan banyak adat kebiasaan lain menurut tradisi kebudayaan etnis minoritas Gie Trieng.