Para laki- laki etnis Gie Trieng melakukan pertunjukan seruling Dinh Tut.
(Foto: baogialai.com.vn).
Dari generasi ke generasi, warga etnis Gie Trieng tetap masih menyimpan banyak aset budaya yang bernilai, di antaranya ada musik tradisional, khusus-nya ada nilai dari seruling Dinh Tut, lebih menganekeragamkan kehidupan kultural dan spirituil. Mereka menganggap musik sebagai kegembiraan, sebagai aktivitas yang tidak bisa kurang ada dalam kehidupan. Justru musik telah turut membangun khazanah kesenian yang kaya raya yang dimiliki warga etnis Gie Trieng. Dalam khazanah kesenian itu, tidak bisa kurang ada instrumen-instrumen musik tradisional yang sudah berkaitan dengan mereka, salah satu di antaranya yalah seruling Dinh Tut.
Di antara 10 jenis instrumen musik jenis Dinh, seruling Dinh Tut merupakan jenis instrumen musik yang sudah berkaitan dengan kehidupan warga etnis Gie Trieng. Mereka lahir di tengah - tengah suara seruling Dinh Tut yang memberikan ucapan selamat, mereka menikah juga di tengah-tengah suara seruling Dinh Tut yang berbagi kegembiraan dan kembali ke gunung dan hutan dalam suara seruling Dinh Tut yang penuh dengan rasa kasih sayang. Dalam kesenian musik dari warga etnis Gie Trieng, untuk bisa memiliki satu perangkat seruling Dinh Tut yang baik, harus ada orang-orang yang memahami jenis instrumen ini untuk memilih bambu buluh yang muda, memenuhi standar, dipotong menjadi 6 buah tabung dengan panjang-nya yang berbeda-beda, ujung yang satu dipotong menjadi tajam, ujung yang lain dikosongkan. Setiap tabung bambu buluh sama dengan satu nada musik. Bapak Zo Ram Nhia, warga di kota madya Thach My, kabupaten Nam Giang, propinsi Quang Nam memberitahukan:“Kami memotong satu pohon buluh menjadi enam tabung yang dibariskan dari yang kecil sampai yang besar. Yang besar lebih panjang dan yang kecil lebih pendek. Dulu, warga etnis Gie Trieng selalu meniupkan seruling Dinh Tut dalam pesta besar. Kami selalu menyiapkan seruling Dinh Tut untuk siap meniupkan-nya pada Hari Raya Tet”.
Dengan pesta-pesta rakyat seperti Pesta menyambut padi baru, Pesta memuja Dewa, Pesta menohok kerbau, aktivitas komunitas di rumah panggung, setiap pesta dan setiap aktivitas rakyat itu tidak bisa kurang ada acara permainan instrumen musik tradisional Dinh Tut. Pada pesta-pesta, ketika bonang dimainkan, ada 6 orang laki-laki yang mengenakan pakaian paling indah memainkan instrumen musik Dinh Tut di tengah-tengah kegembiraan seluruh warga dukuh. Berbaur pada suara instrumen musik Dinh Tut, para gadis menari menurut irama tiupan yang ringan dan lemah lembut. Saudari Hien Tiep, warga kotamadya Thach My, kabupaten Nam Giang, propinsi Quang Nam memberitahukan: “Menari dengan diiringi suara instrumen musik Dinh Tut merupakan identitas dari warga etnis Gie Trieng. Kami kaum pemuda belajar dari para lansia untuk mewarisi-nya. Jangan mengauskan tradisi Dinh Tut di kemudian hari”.
Instrumen musik Dinh Tut punya sifat komunitas sangat tinggi. Dalam setiap pesta, satu acara pertunjukan instrumen musik Dinh Tut memerlukan dari 6-8 orang. Karena untuk bisa memainkan instrumen musik Dinh Tut harus ada koordinasi harmonis yang dilakukan para anggota-nya. Menurut para sesepuh dukuh, warga etnis Gie Trieng mempunyai 8 acara tari-menari Dinh Tut, setiap acara berkaitan dengan sau makna tertentu, irama dan seni tari –nya juga berbeda-beda.
Mengalami perubahan menurut waktu, warga etnis Gie Trieng sampai sekarang ini tetap masih bisa menjaga keindahan tradisional dari etnis-nya dan kebiasaan aktivitas dalam komunitas. Setiap Pesta, Hari Raya Tet atau Pesta masuk rumah baru, suara-suara yang beken dari ong, bonang dan seruling Dinh Tut bergema seluruh ruang gunung dan hutan. Suara seruling Dinh Tut yang dimainkan para laki-laki akan selama-lama-nya bergema di tengah-tengah hutan yang berbaur dengan acara tari-menari harmonis yang dipertunjukkan oleh para gadis menjadi satu bagian yang tidak bisa kurang dalam kehidupan warga etnis Gie Trieng dewasa ini.