(VOVWORLD) - Dalam komunitas 54 etnis Vietnam, ada etnis-etnis yang populasinya hanya sebanyak ratusan orang, juga ada etnis-etnis yang baru ditemukan pada tahun 1985. Meskipun hidup di daerah terpencil di kabupaten-kabupaten pegunungan dengan adat istiadat dan kebisaan yang khas, tapi mereka tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam komunitas sesaudara etnis-etnis Vietnam.
Salah satu di antara 5 etnis minoritas yang populasinya paling sedikit di Vietnam adalah etnis minoritas O Du yang hidup di Kabupaten Tuong Duong, Provinsi Nghe An, Vietnam Tengah.
Warga etnis minoritas O Du (Sumber: Koran Nghe An) |
Warga etnis minoritas O Du pernah memiliki sejarah sendiri, memiliki dasar geografi sendiri dan satu kehidupan yang tidak bisa dikelirukan dengan etnis-etnis minoritas yang lain. Melalui kisah-kisah yang diceritakan kembali oleh para lansia etnis ini, etnis minoritas O Du dulu hidup di satu negara kecil yaitu Muang Phuan – satu zona otonomi termasuk Provinsi-provinsi dari Xieng Khoang, Hua Phan dari Laos sampai kabupaten-kabupaten sebelah Barat Provinsi Nghe An. Pada tahun-tahun akhir abad XIV, masyarakat O Du mengalami gejolak besar. Mereka diburu, dipojokkan dan dimundurkan ke jalan buntu. Karena populasinya sedikit dan kekuatan-nya lemah maka untuk menghindari permusnahan, hampir semua warga etnis minoritas O Du harus menyembunyikan suara, nama dan adat-istiadatnya serta hidup di tengah warga etnis-etnis minoritas lain. Itu merupakan sebab-musabab yang menjelaskan kehidupan etnis minoritas O Du sekarang terkena pengaruh kuat dari komunitas etnis-etnis tetangga.
Juga karena bermukim di tengah etnis minoritas Thai dan etnis minoritas Kho Mu selama bertahun-tahun, maka telah menjadi salah satu di antara ciri-ciri kebudayaan dan gaya hidup yang khas untuk bisa mudah mengidentifikasi warga etnis minoritas O Du. Profesor, Dang Nghiem Van, Kepala Seksi Penelitian Kebudayaan, Museum Etnologi Vietnam mengatakan:
“Dalam kenyataan-nya, sampai sekarang, hampir tidak ada keluarga etnis minoritas O Du yang murni. Itu merupakan fenomena sosiologis dan juga merupakan sebab-musabab pertama yang menjelaskan mengapa etnis minoritas O Du merupakan etnis minoritas yang populasi-nya sedikit keduanya di antara 54 etnis Vietnam”.
Karena populasinya sedikit dan tidak melestarikan aksaranya, hanya ada beberapa lansia yang bisa bertutur bahasa O Du saja maka warga etnis minoritas O Du harus meminjam aksara bahasa Thai. Juga karena tidak menggunakan sistem bahasa sendiri menurut tata bahasa Khmer, maka warga etnis minoritas O Du menggunakan bahasa campuran dari warga etnis Kho Mu dan warga etnis minoritas Thai.
Sebagai salah satu di antara etnis-etnis minoritas yang mengembara dan berimigrasi paling banyak di antara etnis-etnis Vietnam maka identitas warga etnis minoritas O Du berangsur-angsur punah. Pada tahun 2006, ketika kehidupan warga etnis minoritas O Du semakin menjadi stabil tapi mereka sekali lagi harus memindahkan tempat pemukimannya untuk mengabdi proyek bangunan pembangkit listrik tenaga air Ban Ve. Etnis minoritas O Du berpindah ke tempat tinggal yang baru (yang sekarang adalah dukuh Vang Mon, Kecamatan Nga My, Kabupaten Tuong Duong, Provinsi Nghe An). Meskipun begitu, kehidupan yang susah-payah tidak memadamkan daya hidup dalam hati setiap warga etnis minoritas O Du. Menurut statistik pada tahun 1935, populasi etnis O Du hanya sebanyak 34 orang, sampai sekarang, warga etnis minoritas O Du yang hidup di tengah warga etnis minoritas Thai dan Kho Mu telah meningkat menjadi kira-kira 70 kepala keluarga, sama dengan 400-500 orang.
Warga etnis minoritas O Du hidup di rumah panggung. Menurut arsitekturnya, ada 4 atap dari buluh dan mengarah ke gunung. Tiang rumahnya ditancapkan di tanah. Satu rumah panggung dari warga etnis minoritas O Du biasanya mempunyai 4-8 tiang, sama dengan satu rumah yang punya 1 atau 3 ruang. Ketika mendirikan rumah panggung, warga etnis minoritas O Du juga menegakkan tiang utama sebelumnya, kemudian tiang-tiang yang lain menurut aturan dari kiri sampai kanan dan dari atas ke bawah. Profesor Dang Nghiem Van memberitahukan:
“Ada kesamanan dan perbedaan antara rumah panggung dari warga etnis minoritas O Du dengan rumah panggung etnis-etnis yang lain. Hal ini mempunyai nilai yang tinggi dan bersangkutan dengan kepercayaan. Altar dari warga etnis minoritas O Du mempunyai nilai yang teramat penting dan berbeda dengan altar dari warga etnis-etnis yang lain. Altar dari warga etnis minoritas O Du diletakkan di bagian atas kamar tidur”.
Nampal sajian dengan semua yang paling baik dan enak dari warga etnis minoritas O Du (Sumber: Koran Nghe An) |
Karena tidak mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan tentang alam maka warga etnis minoritas O Du berdasarkan pada suara guntur untuk menetapkan detik peralihan tahun. Maka salah satu di antara adat-istiadat yang paling kuno dari warga etnis minoritas O Du yang masih dilestarikan sampai sekarang ialah keyakinan menyambut Guntur. Profesor Dang Nghiem Van memberitahukan:
“Biasanya, dulu warga etnis minoritas O Du tidak merayakan Hari Raya Tahun Baru Tradisional Imlek, maka yang paling penting bagi mereka yalah Hari Raya Guntur pada awal musim. Mereka memperkirakan waktu yang akan ada suara guntur untuk mereka membersihkan dan mengeringkan semua perabot rumah tangga guna menyambut suara guntur pertama – suara yang mengawali tahun baru. Mereka akan melakukan persembahan untuk berterima kasih kepada langit dan bumi yang telah memberikan berkat kepada anak-cucu keluarga-nya. Oleh karena itu, mereka ingin mempersembahkan semua yang paling baik dan enak kepada dewa. Suara guntur merupakan tanda yang mengawali hal yang baru dan kembang biak. Itu dianggap sebagai satu ritual yang bersifat masyarakat paling tinggi dari warga etnis minoritas O Du dulu”.
Sekarang di dukuh Vang Mon, Kecamatan Nga My, Kabupaten Tuong Duong, Provinsi Nghe An, satu kelas belajar bahasa O Du telah dibuka oleh para sesepuh untuk mempertahankan pengajaran kepada generasi muda dengan keinginan mewariskan pusaka-pusaka budaya yang bernilai. Dengan pusaka bahasa yang hanya ada kira-kira 200 kosa kata, kehilangan kebudayaan yang besar ini menuntut banyak upaya dari komunitas warga etnis minoritas O Du dalam usaha memulihkan bahasa etnis-nya.