(VOVworld) - Menurut pandangan tradisional dulu dari orang Vietnam, pada tanggal 30 bulan dua belas tahun imlek menegakkan pohon Neu, pada 7 bulan satu imlek menurunkan Pohon Neu dan melepas Nenek Moyang ke langit. Pohon Neu yang ditegakkan di halaman di depan rumah tidak hanya untuk mengusir setan, melainkan juga merupakan simbol suci yang mendatangkan ketenteraman pada Hari Raya Tet.
Adat istiadat meneggakkan pohon Neu pada Hari Hari Raya Tet meskipun sudah tidak umum lagi seperti dulu, akan tetapi sampai sekarang, banyak keluarga dan desa masih mempertahankan adat-istiadat ini. Pohon Neu ditegakkan di halaman rumah, di puncak pohon Neu dipasang banyak benda yang mempunyai arti spiritualitas guna mengusir setan dan memohon satu tahun baru yang baik dan aman. Peneliti Vu Hong Thuat, petugas Museum Etnologi Vietnam memberitahukan:“
Arti pertama tentang penegakan pohon Neu dalam adat-istiadat orang Vietnam yalah pohon Neu merupakan satu pohon angkasa luar yang menyambungkan langit dengan bumi. Pohon Neu menjadi pohon spiritualitas yang berkaitan dengan faktor legendaris agama Buddha yaitu memberikan baju suci kepada petani untuk membedakan manusia dengan setan. Pohon Neu merupakan pohon kedaulatan yang membatasi tanah yang dimiliki tuan rumah. Arti yang lain yalah pohon Neu menandai tiba-nya musim semi”.
Orang Vietnam menggunakan pohon bambu untuk menegakkan pohon Neu. Penggunaan pohon Neu juga mengandung banyak arti. Peneliti Vu Hong Thuat memberitahukan:“Pohon Neu harus-lah merupakan pohon bambu yang hijau, tidak dimakan ulat dan puncak-nya tidak dipangkas. Tinggi-nya pohon Neu biasanya angka gasal 5 meter atau 7 meter, kalau diteggakkan di ruang yang luas, pohon Neu bisa lebih tinggi”.
Ketika adat meneggakkan pohon Neu pada kesempatan Hari Raya Tet berangsur-angsur dilupakan dalam kenang-kenangan banyak generasi orang Vietnam, maka di kecamatan Co Loa, kabupaten Dong Anh, kota Hanoi, adat-istiadat ini muncul di banyak kepala keluarga. Bapak Truong Van Hong, salah seorang kepala keluarga di kecamatan Co Loa yang selalu mempertahankan adat menegakkan pohon Neu memberitahukan bahwa kiblat Timur merupakan salah satu diantara kiblat terbitnya mata hari. Dengan konsep ini, pohon Neu yang ditegakkan di kiblat Timur akan mendapat sinar mata hari Dewa Mata Hari dan makhluk akan berkembang biak.
Pada Hari Raya Tet, keluarga mana yang mempunyai pohon Neu membuktikan kepada semua orang bahwa mereka memiliki tanah, harta benda, semuanya itu mereka miliki dan mendapat perlindungan Dewa. Bapak Hong memberitahukan bahwa setiap benda atau perkakas rumah tangga yang dipasang di atas pohon Neu semuanya mempunyai arti sendiri, misal-nya kue-kue berarti kebahagiaan, Tahun Baru akan mendatangkan kebahagiaan kepada semua keluarga. Bulu ayam merupakan simbol untuk burung suci yang mendatangkan kekuatan alam untuk membantu manusia . Selain itu, di puncak pohon Neu juga dipasang satu boneka kecil yang dibuat dengan jerami atau kertas yang dinamakan Sang Neu. Bapak Truong Van Hong memberitahukan: “Di puncak pohon Neu dipasang satu Sang Neu. Setiap tahun, orang membuat satu yang baru. Tentang kesenian, Sang Neu perlu dihiasi sedikit untuk menciptakan satu Sang neu baru sesuai dengan perkembangan masyarakat masa kini. Di kaki pohon Neu ditanam pohon nanas-satu jenis pohon yang durinya bertujuan mengusir setan, sedangkan pohon beringin mewakili bayangan besar bagi jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal bisa berkumpul di situ”.
Satu pohon Neu kecil yang ditegakkan di depan rumah mengandung banyak arti mendalam, semua keinginan dan aspirasi manusia. Pada akhir tahun menegakkan pohon Neu agar pada awal Tahun Baru, pohon Neu akan menggeliat mendapat sinar mata hari dan daya musim semi supaya setiap orang dapat menikmati satu kehidupan yang aman, tenang dan lebih baik ketika memasuki Tahun Baru /.