(VOVWORLD) - Dibentuk pada tahun 2019, setelah 6 tahun (tahun 2025), Klub tenun kain ikat di Desa Kep, Kecamatan Ia Mo Nong, Kabupaten Chu Pah, Provinsi Gia Lai telah memberikan sumbangan positif pada pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Kaum perempuan etnis minoritas Jrai di daerah ini membisnis pariwisata yang dikombinasikan dengan pengalaman kerajinan menenun kain ikat, melalui itu melestarikan kebudayaan tradisional sekaligus mengembangkan ekonomi. B
Perempuan etnis Jrai di Ia Mo Nong menenun kain. Foto: VOV |
Kerajinan menenun kain ikat dari etnis minoritas Jrai merupakan kerajinan tradisional, diwariskan dari generasi ke generasi. Masyarakat etnis Jrai percaya bahwa perempuan harus tahu menenun kain. Saudari Ro Cham H’Xuyet memberitahukan:
Ketika gadis etnis Jrai dewasa, mereka harus belajar bagaimana menenun kain ikat sebagai mahar. Ketika tiba di rumah pengantin pria, gadis harus memberikan celana, baju, kain sebagai mahar kepada mertuanya. Jika seorang gadis tidak tahu cara menenun, dia dianggap tidak terampil.
Kain ikat buatan masyarakat etnis Jrai biasanya memiliki tiga warna campuran yaitu merah, hitam dan putih. Setiap potong kain ditenun secara manual, menunjukkan keterampilan dan bakat dari setiap pengrajin. Saudari Siu Thoi berkata:
Kain ikat ditenun secara manual. Motif pada kain biasanya berupa gambar burung, ikan, rumput, pohon, bunga, daun... Penenunan satu set pakaian sering membutuhkan waktu sepekan.
Sekarang sudah ada beberapa badan usaha yang menandatangani kontrak pembelian dan pemasokan produk-produk kain ikat tradisional dari masyarakat setempat di rantai-rantai toko dalam negeri dan akan ekspor. Dari situ, membuka peluang untuk melestarikan dan mengembangkan kerajinan tenun tradisional. Wisatawan yang datang berkunjung juga membeli produk kain ikat sebagai suvenir.
Warga di Kecamatan Ia Mo Nong melakukan pertunjukan gong dan bonang. Foto: VOV |
Selain melestarikan dan mengembangkan kerajinan tenun tradisional, Desa Kep juga membangun pola wisata berbasis masyarakat. Wisatawan yang datang ke Desa Kep dapat mengunjungi rumah “Rong” (rumah panggung), zona rumah kubur, air terjun Cong Chua, mengunjungi sawah, menonton penangkapan ikan. Pada malam hari, wisatawan juga dapat menikmati kuliner, menonton tarian “xoang” dan pertunjukan gong dan bonang. Saudari H’Uyen Nie, Wakil Kepala Badan Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat Desa Kep, Wakil Ketua Asosiasi Perempuan Kecamatan Ia Mo Nong, memberitahukan:
Kami menyelenggarakan tur pengalaman, merancang paket pengalaman bagi wisatawan dengan banyak kegiatan. Wisatawan dapat merasakan keindahan budaya dan kehidupan sehari-hari dari penduduk setempat. Pola-pola itu menarik wisatawan.
Kebun kopi di Kecamatan Ia Me Nong. Foto: VOV |
Sesepuh desa, gadis dan anak-anak siap mengenakan pakaian etnis tradisional untuk syuting dan difoto oleh wisatawan. Sekian banyak rombongan wisatawan domestik dan mancanegara datang mengalami wisata berbasis masyarakat di desa. Saudara Pranav Seth, wisatawan, fotografer India, menyatakan:
Melalui Asosiasi Fotografer Provinsi Gia Lai, saya mengenal keindahan yang primitif dari tempat ini, jadi saya telah datang ke sini untuk memfoto momen-momen kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Saya merasakan keindahan, keakraban dan keramahtamahan dari masyarakat setempat. Ketika pulang ke India, saya akan menyosialisasikan kebudayaan dan rakyat Vietnam.
Setelah sekian lama tampaknya telah terlupakan, sekarang ini, kerajinan menenun kain ikat di Desa Kep telah hidup kembali dan secara bertahap bersemarak. Sejak mengembangkan kerajinan tenun tradisional yang dikombinasikan dengan pariwisata berbasis masyarakat, wajah Desa Kep telah berubah, kehidupan masyarakatnya kian membaik./.