Minggu lalu, kami menerima laporan hasil pemantauan siaran radio tanggal 16 dan 18 Februari dari saudara Saeful Fahmi di Lombok dengan SINPO 34443. Dari Kalimantan Barat, saudara Thedja Haryanto mengirim laporan hasil pemantauan siaran radio dari tanggal 10 sampai 16 Februari dengan SINPO 44444. Kami juga menerima laporan hasil pemantauan siaran radio dari tgl 10 sampai 16 Februari dalam file excel dari saudara Fachri di Pekan Baru. Dari India, saudara Rantan Kuma Paul juga mengirim laporan hasil pemantauan siaran radio tanggal 15 dan 16 Februari dengan SINPO 44444.

Menurut laporan dari para pendengar, secara umum gelombang radio relatif stabil baik pada frekuensi 12020 Khz maupun 9840 Khz. Kami berharap Anda Sekalian terus mengirim laporan hasil pemantauan siaran radio kepada kami agar kami mengetahui situasi gelombang radio di tempat Anda.

Pada minggu lalu, artikel-artikel yang bertemakan negeri dan rakyat Vietnam dari kami tetap mendapat banyak perhatian dari para pendengar. Setelah mendengar reportase dengan judul “Saudari Tan My Xuan Turut Melestarikan Budaya Etnis Minoritas Dao dari Kerajinan Membordir dan Menjahit”, saudari Liana Safitri berkomentar: “Etnis minoritas Dao terkenal karena keahliannya menjahit dan membordir kain. Seorang warga yang ahli dalam membordir mampu membuat lapangan pekerjaan dengan gaji mencapai 5 juta Vietnam Dong. Wah, banyak juga, ya. Di samping itu juga melestarikan baju tradisional yang tidak semua orang bersedia melakukannya. Tentu akan sangat baik jika keahlian ini bisa diturunkan ke generasi muda”. Sementara itu, saudara Eddy Setiawan berbagi: “Pada tahun 1950-an, ibu saya suka memakai baju kebaya bordiran, tapi untuk membordirnya diberikan kepada penjahit bordir, biayanya cukup mahal, karena dilakukan secara manual, dan cukup lama juga, karena harus berkali kali ganti benang berwarnanya sesuai motip bunga atau hiasan yang dibodir. Benangnya pun memakai benang khusus untuk bordir yang cukup kuat dan tidak luntur kena air”.

Kecap ikan, bahan yang tidak bisa kurang dalam setiap hidangan keluarga Vietnam. Foto: Internet

Di samping itu, para pendengar seperti Bang Toyeb, Idris dan Eddy Setiawan merasa penasaran dan ingin mencari tahu tentang kecap ikan Vietnam setelah membaca reportase dengan judul “Desa Kecap Ikan Nam O”: “Apa rasa kecap ikan ini, apakah asin atau manis, atau campuran asin dan manis?”; “Di Indonesia juga banyak kecap, ada yang asin dan ada yang manis. Dan kecapnya bermacam-macam merek”; “Saya juga penasaran, saya kira kecap hanya di Indonesia saja negara lain seperti Vietnam tak ada”...

Para pendengar yang budiman, kecap ikan secara umum dipahami sebagai cairan yang keluar dari ikan setelah diasinkan dalam waktu lama. Kecap ikan digunakan sebagai saus cocolan atau bumbu dapur, merupakan bahan yang tidak bisa kurang dalam setiap hidangan keluarga Vietnam, dan bahkan menjadi “jiwa” dari banyak makanan tradisional. Kecap ikan memiliki rasa asin dan sedikit manis setelahnya, dengan keharuman yang khas. Sekarang ini, kecap ikan Vietnam telah diekspor ke banyak negara di dunia seperti Republik Korea, Jepang, Malaysia, Australia, Amerika Serikat dan sebagainya, dan disukai banyak konsumen asing. Mudah-mudahan pada waktu mendatang, kecap ikan Vietnam akan muncul lebih banyak di pasar Indonesia agar supaya para pendengar bisa dengan mudah menikmati hasil khas ini dari kuliner Vietnam.

Sumber foto: Internet

Para pendengar yang budiman, bulan Ramadhan tiba kembali. Di Vietnam, komunitas Muslim juga telah melakukan persiapan yang cermat untuk bulan suci ini. Atas nama para kru Program Siaran Bahasa Indonesia, saya berharap agar para pendengar menjalani bulan Ramadhan yang tenteram, beruntung, lancar dan penuh berkah. Ini juga merupakan ucapan selamat yang diberikan para pendengar Rudy Hartono, Liana Safitri dan Idris kepada para pendengar Muslim dari VOV: