Pemandangan di pulau Truong Sa Besar
(Foto: ttvnol.com)

Pada tahun-tahun 70-an abad lalu, saudara Le Van Tan, kampung halamannya di provinsi Thanh Hoa, pada saat itu baru berusia 20 tahun mulai masuk tentara menurut panggilan suci dari Ibu Pertiwi. Setelah mendapat pelatihan, dia bertugas di medan perang Tay Nguyen. Sampai awal tahun 1976, setelah pembebasan Vietnam Selatan dan penyatuan Tanah Air, Le Van Tan berangkat menjalankan tugas di pulau Sinh Ton di kepulauan Truong Sa.

Para prajurit melakukan patroli di pulau Sinh Ton
(Foto: hoangsa.com)

Pada awalnya, dia bersama kawan-kawan sekesatuannya mulai membangun pulau ini dengan berbagai pekerjaan. Di pulau Sinh Ton pada waktu itu tidak ada listrik, air minum, sayur-sayuran, dll. Makanan satu-satunya yang ada di pulau pada saat itu ialah makanan kaleng dari daratan dan ikan di laut. Ketika ingat masa waktu berada di pulau Sinh Ton, Le Van Tan menceritakan bahwa kehidupan para komandan dan prajurit di pulau pada waktu itu masih sangat sulit, setiap kali makan, semuanya amat ingin makan sayur-sayuran.

Le Van Tan mengatakan bahwa "Bagi pulau Sinh Ton pada saat itu, kehidupan materiil dan spirituil kami sangat susah, yang pada pokoknya minta pengiriman dari daratan yang berupa peralatan pembangunan, sedangkan kami memanfaatkan batang-batang kayu yang terhanyut di laut untuk membangun rumah dan ranjang".

Setelah kehidupan materiil di pulau Sinh Ton menjadi stabil, prajurit Le Van Tan dipindahkan ke pulau Truong Sa Besar.

Sudah 30 tahun berpisah dengan pulau, kini dapat dapat mengunjungi pulau Truong Sa, Mayor Kolonel Le Van Tan menangis karena terharu. Setibanya di pulau Truong Sa Besar, dia segera berlari ke arah pohon ketapang di pulau ini karena pohon ketapang ini adalah pohon dia tanam selama dia berada di sini. Duduk di bawah bayangan pohon ketapang ini, dia memberitahukan bahwa dalam hatinya, pulau Truong Sa Lon adalah masa-masa yang penuh dengan nostalgia terhadap rumahnya. Dia dan kawan sekesatuannya harus saling menyemangati, meredakan nostalgia, bersama-sama menanam benih pohon, menanam sayur-sayuran, memelihara anjing, dll untuk melupakan nostalgia dalam hatinya.

Bapak Tan ingat pernah sekali ketika melakukan patroli di laut, dia secara kebetulan menemukan sejenis buah yang terdampar di pulau. Melihat ada buah yang bentuk empat segi, dia ingin tahu maka dia telah membawa buah ini pulang dan mencoba menanamnya. Lalu dari hari ke hari, dengan tetesan air tawar yang disimpan dari bagian air minum saban hari dari bapak kepala pulau ini, tak disangka bahwa buah tersebut telah bersemi, berakar dan berdaun. Bapak Tan masih ingat pada hari itu, seluruh pulau sangat gembira. 

Buah Ketapang di pulau Truong Sa Besar
(Foto: biendong.net)

Dia mengatakan bahwa "Pohon Ketapang itu dulu saya mengambil buah yang terhanyut di laut kemudian menanamnya. Setelah 30 tahun kini ia telah menjadi pohon tua seperti itu. Kemudian pohon ini dikembang-biakkan dan ditanam di pulau-pulau lain dan sekarang semuanya juga telah menjadi pohon tua".

Para komandan dan prajurit menanam pohon ketapang di pulau Truong Sa Besar
(Foto: congan.com.vn

Di bawah sinar matahari senja yang amat indah, bapak Le Van Tan dengan hati-hati melihat setiap daun pohon ketapang dan terkenang waktu dia bersama dengan kawan sekesatuannya merawat pohon ini. Di pulau Truong Sa sekarang, pohon ketapang adalah pohon yang dirawat secara paling cermat. Karena buahnya adalah kado yang amat bernilai yang diberikan Truong Sa kepada para pengunjung dari daratan, adalah kado yang turut mempersempit jarak laut pulau dengan kampung halaman./.