(VOVWORLD) - Warga etnis minoritas Dao di Provinsi Yen Bai memiliki banyak kelompok, seperti: Dao Do, Dao làn tuyển, Dao quần trắng…. dan sebagainya. Setiap kelompok etnis Dao juga memiliki ciri budaya yang unik.
Dalam latar belakang integrasi yang semakin intensif dan ekstensif dengan budaya-budaya lain, banyak ciri budaya warga etnis Dao yang berangsur-angsur hilang. Menyadari hal ini, bagi para orang tua yang memiliki pengetahuan tentang budaya etnis Dao telah memanfaatkan hari raya seperti Hari Raya Tet atau hari libur untuk mengajarkan budaya tradisional kepada anak-anak mereka.
Satu kelas mengajari aksara Nom Dao di Kecamatan Minh An, Kabupaten Van Chan, Provinsi Yen Bai (Foto: baodantoc.vn) |
Memiliki pengetahuan tentang budaya, adat istiadat, dan tulisan warga etnis minoritas Dao, Duong Trung Vi dari Kecamatan Minh An, Kabupaten Van Chan, Provinsi Yen Bai, selalu peduli dengan pelestarian ciri-ciri budaya etnisnya. Setiap Hari Raya Tet datang dan musim semi tiba, Pak Vi dan rekan-rekannya yang memahami tulisan dan ritual warga etnis Dao di kecamatan mengadakan pertemuan untuk saling mengunjungi dan membangkitkan kebanggaan akan budaya etnis mereka. Dengan demikian kaum muda pun digerakkan untuk berpartisipasi dalam kursus-kursus belajar aksara Nom Dao yang diajarkan oleh Pak Vi dan kelompoknya:
“Aksara Nom Dao memiliki tingkatan yang sama dengan aksara nasional (aksara Latin). Isi buku-buku Nom Dao sangat bagus dan mendalam, pada pokoknya berisi ajaran menjadi manusia, pantangan yang tidak dilanggar, dan kemudian ritual dalam kehidupan. Saat ini banyak sekali penyebab hilangnya aksara Nom Dao, bahkan di beberapa desa tidak ada yang mengetahui aksara Nom Dao. Oleh karena itu, selain upaya kami, kami berharap semua tingkatan dan instansi akan memperhatikan untuk membantu membuka kursus menulis aksara Nom Dao yang lebih metodis untuk kaum muda”.
Nom Dao adalah jenis huruf hieroglif, sulit untuk ditulis dan dipelajari. Setiap pelajar biasanya harus mengikuti 2 sampai 3 tahun untuk dapat membaca dan menulis tingkat dasar. Karena waktu belajar yang lama, agar tidak mempengaruhi kegiatan produksi dan perkembangan ekonomi para peserta, kursus-kursus pengajaran aksara Nom Dao di Minh An diadakan pada malam hari. Kecuali pada hari libur nasional dan tahun baru, pelajaran diadakan pada siang hari. Duong Trung Luu, seorang penduduk di Minh An, sangat senang ketika dengan penuh ketekunan dan belajar aktif, dari seorang yang buta aksara Nom Dao, sekarang ia dapat membaca dan menulis aksara dengan lancar.
“Saya merasa bahwa memahami aksara Nom Dao sangat berguna dalam kehidupan. Banyak ritual dan upacara seperti perkawinan semuanya juga menggunakan aksara Nom Dao. Sekarang hanya sedikit orang yang mengetahui aksara Dao, jadi saya mencoba mempelajari dan mengumpulkan pengetahuan untuk melayani kehidupan sehari-hari dan untuk melestarikan identitas budaya etnis saya”.
Kain ikat adalah kain tenunan tangan, melalui tangan terampil wanita etnis minoritas Dao telah menjadi busana-busana dengan motif dan corak yang unik, merupakan ciri budaya tradisional masyarakat Dao yang unik dalam busana serta dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melestarikan budaya tradisional tersebut, pada setiap Hari Raya Tet, liburan, dan waktu luang, para wanita etnis Dao di Minh An berkumpul di wisma budaya desa untuk menikmati musim semi dan saling berbagi, bertukar pikiran tentang cara menyulam corak dan motif pada busana warga etnis Dao, seperti gambar burung, binatang liar, bukit, bunga. Trieu Thi Duyen, penenun kain ikat yang terampil dari Kecamatan Minh An, Kabupaten Van Chan, mengatakan:
“Saya merasa harus bertanggung jawab terhadap etnis saya, saya tahu cara menyulam, saya harus mengajari anak cucu saya untuk mewariskan dari generasi ke generasi. Saya selalu berpikir, sebagai seorang etnis Dao saya harus menjaga apa yang menjadi tradisi, pada hari-hari raya seperti Hari Raya Tet, kita harus memakainya, itu adalah warna etnisnya”.
Para perempuan etnis Dao bersama-sama menyulam motif di kain ikat (Foto: baodantoc.vn) |
Selain aksara dan pakaian tradisional, lagu rakyat juga merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Dao di Minh An khususnya dan Provinsi Yen Bai pada umumnya. Dengan keinginan untuk mengembangkan identitas budaya, beberapa seniman etnis Dao di Minh An berpartisipasi dalam tim-tim budaya dan seni di desa-desa dan dukuh-dukuh dengan mengajar tarian-tarian dan lagu dendang sayang tradisional kepada kaum muda. Trieu Thi Dong mengatakan:
“Saya suka menyanyi sejak saya masih kecil, kemudian diajar menyanyi oleh orang tua saya. Saya merasa bahwa lagu-lagu etnis Dao sangat dekat dengan kehidupan. Saat ini lagu Dao tidak hanya digunakan dalam upacara, tetapi juga dalam festival. Jadi selama ini saya mencoba mengajari anak muda cara menyanyikan lagu-lagu rakyat etnis Dao”.
Duong Duc To, Ketua Asosiasi Lansia Kecamatan Minh An, Kabupaten Van Chan, yang ditugaskan oleh kecamatan untuk bertanggung jawab melestarikan identitas budaya etnis minoritas Dao di Minh An, mengatakan bahwa ia sering menyinggung masalah-masalah tentang pelestarian dan melestarikan budaya dalam rapat-rapat desa. Meski belum membuka kursus atau klub resmi, para seniman dan perempuan di kecamatan tersebut telah membentuk kelompok-kelompok kecil, untuk mengajar dan belajar sendiri aksara Nom Dao, dan belajar menyanyikan lagu-lagu rakyat etnis Dao.
Menyambut musim semi ini, warga etnis minoritas Dao di Minh An pada khususnya dan di Provinsi Yen Bai pada umumnya, sangat bersemangat ketika setelah satu tahun desa tersebut memiliki lebih banyak warga yang dapat membaca dan menulis aksara Nom Dao, menyulam, menyanyikan lagu-lagu rakyat mereka sendiri. Seiring dengan hal tersebut, semakin banyak keluarga yang terbebas dari kemiskinan dan semakin banyak desa yang memiliki wajah baru. Yang lebih menggembirakan, pada triwulan kedua tahun ini, dengan dukungan Asosiasi Penyuluhan Belajar Provinsi Yen Bai, untuk pertama kalinya di Kecamatan Minh An, Kabupaten Van Chan, kursus tentang budaya Dao akan diselenggarakan secara metodis. Ini merupakan kesempatan yang baik bagi ciri-ciri budaya masyarakat agar lestari selama-lamanya./.