(VOVWORLD) - Meskipun mayoritas provinsi dan kota tetap melaksanakan pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19, namun setelah hari pembukaan tahun ajaran 2021-2022, semua daerah telah melaksanakan secara penuh tugas-tugas tahun ajaran. Tidak ada papan tulis, kapur putih, lokasi di banyak tempat, guru dan pelajar hanya berinteraksi melalui layar laptop atau telepon pintar. Tentu saja banyak kesulitan dan tantangan, tetapi semua berusaha mengubah metode belajar-mengajar agar para pelajar yang "berhenti pergi ke sekolah tetapi tidak berhenti belajar".
Acara pembukaan istimewa untuk tahun ajaran 2021-2022 (Foto: Koran Lao Dong) |
Di antara daerah-daerah yang telah menyelenggarakan pembukaan dan pelaksanaan tahun ajaran baru 2021-2022, hampir semuanya telah menggabungkan metode pengajaran tatap muka dan online. Hanya di beberapa daerah tanpa kasus transmisi lokal Covid-19 setidaknya selama 14 hari pengajaran tatap muka boleh diselenggarakan. Untuk memenuhi kebutuhan pelajar akan ilmu, barisan guru harus mengubah metode pengajaran agar sesuai untuk pengajaran online dan memenuhi jam pengajaran yang berkualitas:
“Agar bisa menciptakan pelajaran yang menarik bagi anak-anak dalam mengikuti pelajaran tersebut, para guru pun harus aktif menerapkan platform teknologi informasi dalam perancangan kegiatan-kegiatan pengajaran”.
“Mengembangkan interaksi melalui beberapa bentuk. Misalnya, dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil, anak-anak bisa berdiskusi dalam kelompok. Guru akan datang ke kelompok satu per satu untuk membantu para pelajar, atau kami menggunakan kotak obrolan, pelajar menulis jawaban mereka di kotak obrolan itu yang juga untuk meningkatkan interaksi”.
Tantangan terbesar dalam mengajar online adalah metode mengajar untuk siswa kelas 1 sekolah dasar. Siswa kelas 1 masih perlu dilatih langsung dalam tulisan tangan, postur duduk untuk belajar, dan posisi memegang pena. Namun karena sekarang belajar melalui layar, banyak mengalami kesulitan. Oleh karena itu, seiring dengan keproaktifan dan keluwesan untuk mengubah metode pengajaran, guru harus secara hati-hati dalam membimbing untuk belajar sendiri sebelum dan sesudah pelajaran kepada para siswa melalui grup orang tua. Nguyen Thi Lan Phuong, Kepala Sekolah Dasar Phu Do, Distrik Nam Tu Liem, Kota Hanoi, mengatakan bahwa bagi sekolah dasar, khususnya siswa kelas 1, hubungan yang erat antara guru dan keluarga siswa sangat menentukan kualitas mengajar dalam periode ini.
“Agar pembelajaran online siswa kelas 1 berhasil, orang tua harus berpartisipasi dan mempersiapkan kondisi yang perlu bagi anak-anak mereka. Misalnya, peralatan, ruang belajar, dan orang tua juga bertugas menginstal perangkat lunak untuk pengajaran. Setelah itu, guru akan memandu orang tua mengakses ke dalam perangkat lunak belajar, dan orang tua akan menemani anak-anaknya saat memulai”.
Seorang siswa SD dalam satu jam pelajaran online (Foto: Koran Dan Tri) |
Wabah Covid-19 masih berkembang kompleks dan di luar perkiraan, sehingga "berubah untuk beradaptasi dan hidup berdampingan dengan pandemi" adalah pedoman yang dipilih oleh seluruh instansi pendidikan dan pelatihan untuk dilaksanakan di tahun ajaran 2021-2022. Setiap daerah memiliki rencana-rencana belajar-mengajar untuk beradaptasi sesuai dengan tingkat wabah COVID-19 di setiap daerah, bahkan daerah-daerah yang belum mencatat kasus baru selama 14 hari lebih juga telah menyusun rencana pengajaran yang sesuai. Pham Anh Tuan, Kepala Dinas Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Ha Nam, mengatakan:
“Sekolah selalu memperhatikan baik pengajaran maupun pencegahan wabah. Sekarang guru dan pelajar datang ke sekolah selalu dalam keadaan siap untuk mencegah pandemi, mulai dari masker, disinfektan, dan pengukuran suhu tubuh. Jam-jam istirahat dan kegiatan-kegiatan kolektif semuanya berubah dan dipersingkat untuk mencegah pandemi secara maksimal. Provinsi Ha Nam melakukan persiapan dengan sangat baik sehingga ketika ada perubahan bisa langsung beradaptasi”.
Proses mengajar dan belajar dalam kondisi pandemi masih mengalami banyak kekurangan, sehingga Kementerian Pendidikan dan Pelatihan melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap ujian dan penilaian pelajar, di antaranya untuk kelas 1 dan 2 hanya dilakukan ujian dan penilaian ketika anak-anak kembali ke sekolah. Menteri Pendidikan dan Pelatihan Nguyen Kim Son menegaskan:
“Dalam waktu dekat, belum dilakukan ujian dan penilaian selama pengajaran melalui televisi atau online untuk kelas 1 dan kelas 2, dan harus menunggu setelah mereka kembali bisa berinteraksi langsung, meninjau, memupuk, dan kemudian memeriksa. Jika sampai September tahun depan masih tidak bisa datang ke sekolah untuk melakukan peninjauan dan pemeriksaan, maka akan ada penyesuaian keputusan. Sekarang anak-anak kelas 1 dan kelas 2 belajar online atau melalui televisi juga hanya untuk belajar sambil bermain”.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan juga mengumumkan tersedianya gudang rencana pelajaran elektronik di internet untuk mendukung guru melakukan pengajaran online selama siswa untuk sementara waktu belum bisa pergi ke sekolah. Hal ini dilakukan demi mencegah pandemi Covid-19. Bersamaan itu, pemerintahan daerah-daerah berharap agar Pemerintah segera melaksanakan program vaksinasi Covid-19 bagi pelajar agar mengurangi risiko infeksi selama mereka berada di sekolah.