(VOVWORLD) - “Ibu Dewi” atau “kakak Vietnam” adalah nama sayang yang diberikan orang Indonesia kepada Ibu Tu Thuy, penyiar senior program radio bahasa Indonesia, Departemen Siaran Luar Negeri, Radio Suara Vietnam (VOV5). Dengan suara yang kental, indah, emosional, ekspresi halus dan bervariasi, serta perasaan dan rekam jejak sendiri selama 38 tahun sebagai jurnalis siaran bahasa asing, penyiar Tu Thuy, mantan Wakil Kepala Seksi ASEAN urusan Program Siaran Bahasa Indonesia telah membawa Vietnam lebih dekat kepada pendengar negara ribuan pulau, turut mendorong hubungan Vietnam-Indonesia.
Penyiar Tu Thuy |
Kata-kata pembuka program siaran bahasa Indonesia dari VOV yang dibawakan oleh penyiar Tu Thuy sudah tidak asing lagi bagi banyak generasi pendengar radio Indonesia di seluruh dunia. Meski sudah pensiun selama lebih dari 8 tahun, dengan peran sebagai kolaborator, penyiar Tu Thuy masih menjadi penyiar utama dalam acara wartaberita dan artikel politik penting yang memperkenalkan budaya dan masyarakat Vietnam. Gambaran seorang penyiar veteran dengan pensil, dengan cermat mengoreksi dokumen dan bergumam membaca artikel sebelum masuk studio telah menjadi akrab bagi generasi rekannya.
"Saya masih gugup, masih mengkilaukan citra dan suaranya setiap hari saat siaran seperti kali pertama yang onair, seperti aku sedang membacakan di depan jutaan pendengar. Menurut saya bagi setiap editor bahasa asing, selain pandai berbahasa, berbicara dengan jelas, serius dalam profesinya, menemukan cara menyampaikan isi dan emosi dalam bacaannya, juga menggunakan intonasi yang tepat untuk setiap jenis berita sangatlah penting. Menambahkan pengetahuan profesional dan kehidupan membantu wartawan memiliki perspektif luas dan memimpin program yang sesuai kecenderungan pendengar".
Ibu Tu Thuy duduk di tengah (baris depan) mulai belajar dan bekerja di VOV pada tahun 1985 |
Ingat kembali pada hampir 40 tahun yang lalu, mahasiswi Tu Thuy dari Departemen Pedagogi Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Bahasa Asing Hanoi, seharusnya menjadi guru bahasa Inggris. Namun suratannya datang pada bulan Agustus 1985, ketika ia mengikuti kontes yang diselenggarakan oleh VOV untuk memilih mahasiswa lulusan universitas bahasa asing untuk mempelajari bahasa beberapa negara ASEAN, termasuk bahasa Indonesia, dan berhasil terpilih. Setelah 2 tahun belajar dan bekerja, dengan bantuan para ahli bahasa Indonesia serta bibi, paman, dan saudara di Program Siaran Bahasa Indonesia, pada bulan Agustus 1987, ia resmi menjadi editor dan penyiar Program siaran bahasa Indonesia, VOV.
Kemudian, dengan peran sebagai pengurus dan dan ahli korektor, dengan pengalaman bertahun-tahun di bidangnya, ia selalu bertanggung jawab mengoreksi berita dan artikel, mengajar generasi penerus cara menerjemahkan dan membaca dengan cara yang mirip dengan gaya dan suara penutur asli. Para personil di Program Siaran Bahasa Indonesia sering bercanda mengatakan bahwa penyiar Tu Thuy adalah "seorang wanita yang tidak memiliki usia pensiun dalam profesinya".
"Dalam kehidupan saya sebagai penyiar siaran bahasa asing, ada banyak kenangan yang tak terlupakan. Kenangan pertama adalah saat membaca kata pengantar siaran bahasa Indonesia VOV. Setiap kali saya membaca dan mendengarkan kata pengantar itu, saya masih sangat terharu dan bangga. Berikutnya adalah ketika Badan Penggarakan Rakyat Pemerintah meminta saya membaca kata propaganda perjuangan dalam bahasa Indonesia tentang kedaulatan laut dan pulau Vietnam. Suatu saat, mantan Presiden Susilo Bambang dari Indonesia mengira saya adalah warga negaranya.”
Ibu Tu Thuy menjadi juru bahasa dalam pertemuan antara Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Tan Dung pada 14 September 2011, di Jakarta, Indonesia |
Terkenal di dunia berbahasa Indonesia, dengan kemampuan menguasai bahasa layaknya penduduk asli, penyiar Tu Thuy memiliki banyak kesempatan untuk membawa suaranya untuk melayani Partai dan Negara, dikerahkan dan diundang untuk menjadi penerjemah bagi delegasi-delegasi tingkat tinggi dan pertemuan antara pemerintah kedua negara. Selain itu, ia juga banyak diundang untuk menyuarakan film politik, dokumenter, atau menyosialisasikan situs sejarah dalam bahasa Indonesia. Bapak Nguyen Van Phu, Wakil Direktur Kanal VTC10, berkesempatan bekerja sama dengan Ibu Tu Thuy ketika membuat film dokumenter tentang 60 tahun kunjungan Presiden Ho Chi Minh ke Indonesia (1959-2019) dan "Klub Pendengar VOV di Idonesia” pada tahun 2019 berbagi:
“Dalam proses membuat film di negara ribuan pulau selama puluhan hari, saya sangat terkesan ketika pendengar radio Indonesia, di antaranya ada pendengar yang sudah berusia 90 tahun yang bertemu dan bertukar dengan penyiar Tu Thuy. Mereka menempuh penggalan jalan ratusan kilometer untuk dapat bertemu dan berbicara tentang Vietnam yang mereka dengarkan di radio dan klas-klas pengajaran bahasa Vietnam yang didirinkan penyiar Tu Thuy. Itulah bahan yang berharga bagi saya untuk dimasukkan ke dalam film dokumenter saya. Suara yang emosial penyiar Tu Thuy sangat sesuai dengan film yang bersifat sejarah.”
Ibu Tu Thuy bersama rekan-rekan berbagai generasi dari Program siaran bahasa Indonesia |
Dengan cinta dan semangatnya bagi siaran radio, dia mendapat rasa cinta dan kasih sayang dari pendengar negara ribuan pulau. Bapak Rudy Hartono, Ketua Klub Pendengar Borneo Indonesia dan Ibu Nikei, pendengar setia VOV selama lebih dari 30 tahun berbagi:
"Ketika saya pertama kalinya mengenal VOV, saya tertarik dengan suara khas, suara penyiar wanita, ternyata suara itu adalah suara Ibu Dewi. Beliau juga sering memberikan tanggapan surat para pendengar, termasuk surat saya, dan ketika itu saya membayangkan negeri Vietnam yang sangat indah, tenteram dan damai. Dari temu udara akhirnya kami bertemu di darat. Beberapa kali bertemu dengan beliau, saya merasakan seorang sosok ibu Vietnam yang gigih dan memiliki citra seperti Duta Kebudayaan karena setiap berjumpa beliau selalu memperkenalkan VOV, memperkenalkan negeri Vietnam, budayanya dan rakyatnya. Kehangatan dan kebaikan hati Ibu Dewi membuat kami seolah-olah tidak ada jarak antara penyiar dan pendengarnya. Kemudian beliau juga sangat rendah hati, memiliki suara emas dan kami pendengar Indonesia memanggilnya kakak Vietnam yang sangat kami kagumi, hormati dan kami cintai".
"Halo, saya Nike di Solo dan Hero di Solo. Kami sangat mencintai VOV, mencintai suara penyiar Ibu Dewi. Semoga Ibu selalu sehat, akan terus berjalan seperjalanan dengan pendengar kami".
Para pendengar menyambut Ibu Tu Thuy di Pulau Kalimantan, Indonesia |
Kecintaan dari para pendengar, Piagam pujian dari Direktur Jenderal, lencana demi penyiaran, lencana demi pers dari VOV atau Piagam Kementerian Luar Negeri Indonesia merupakan pengakuan atas dedikasi seumur hidup penyiar Tu Thuy terhadap penyiaran Vietnam dan hubungan diplomatik antara Vietnam dan Indonesia.
“Saya selalu pikir bahwa saya akan melayani VOV dan melayani pendengarnya sampai saya tidak mempunyai kekuatan lagi. Semoga program siaran bahasa Indonesia dan VOV akan makin berkembang, jaya di udara dan menjadi sahabat terpercaya bagi para pendengar tercinta di seluruh dunia!"